Pernah mengamati, apa yang dijalankan anak-anak yang masih kecil di rumah? Semua tergantung apa yang dibilang guru kepadanya. Seorang bapak pernah bercerita wacana anak bungsunya berusia 6,5 tahun. Mendadak anaknya bersungguh-sungguh membersihkan tempat tidurnya. Merapikan bantal, guling, dan sprei. Suatu dikala ia memintanya bergegas, karena harus secepatnya berangkat sekolah. Bungsunya bilang, "Sebentar Yah, mesti rapikan tempat tidur dulu. Nanti semoga ditulis di buku penghubung".
|
Begitulah, memang di buku penghubungnya ada beberapa check list yang mesti diisi dan ditandatangani guru dan orang tua. Salah satunya soal, kegiatan membereskan kawasan tidur tadi. Selain itu, apakah makan siangnya habis atau sisa, apakah sholat 5 waktu, dan item-item lainnya.
“Karena itu, para guru, terutama guru SD, perlu sering membisikkan kalimat-kalimat aktual kepada siswanya. Sebab siswa biasanya lebih manut apa kata gurunya, ketimbang orang tuanya.” Demikian tutup bapak itu, pada kisah tentang anak bungsunya.
Disadari atau tidak, fikiran dipengaruhi oleh kalimat-kalimat yang muncul di sekitar kita. Kalau kita sering menggunakan kalimat-kalimat negatif, maka fikiran yang timbul dari diri kita yakni asumsi yang negatif. Sebaliknya, bila kita memakai kalimat nyata, maka asumsi yang muncul adalah pikiran konkret.
Kata-kata yang kita ucapkan pada siswa akan membawa imbas besar bagi hidupnya. Setiap kata atau kalimat yang terucap untuknya akan sekaligus menenteng pesan tersirat perihal dirinya. Tentang kemampuan yang ia punya, atau ketidak mampuannya. Ketika pesan itu tersimpan dalam batinnya, usang kelamaan akan menjadi sebuah pembenaran atas setiap kegagalan yang dialaminya. Bahkan, sering kali kata negatif yang sudah terserap dalam alam bawah sadarnya, tetap masih bekerja, meskipun dia tidak menyadarinya.
Ayah Edy, seorang praktisi pendidikan anak dalam bukunya Ayah Edy Punya Cerita, menuliskan penelitian yang dilakukan Douglas Bloch terhadap kekuatan kalimat nyata. Douglas mewancarai dua golongan, adalah orang-orang yang sukses dan orang-orang yang tinggal di penjara. Ternyata ada perbedaan besar sekali tentang kata-kata apa yang dahulu sering mereka dengar dari orang tua mereka.
Inilah kata-kata yang dahulu sering didengar sebagian besar golongan orang yang dipenjara. “Kamu memang anak sialan, lihat saja nanti, kelak hidupmu akan rampung di penjara!”
Sementara itu, inilah kata-kata yang dahulu sering didengar oleh kelompok orang-orang yang sukses. Kalimat penghargaan, “Lihat, betapa bagusnya kamu melakukan itu.” Kalimat penguatan, “Mama yakin, kamu akan mampu mengatasinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
Sungguh dahsyat efek kalimat yang terucap bagi periode depan seorang anak. Jadi marilah kita ganti kalimat-kalimat yang bernuansa negatif dengan kalimat faktual.
Berikut ialah contoh kalimat negatif yang mungkin sering kita dengar dari para guru. “Aduh, kau susah amat ya diajarinya?” coba ganti dengan, “Pak Guru yakin kamu bergotong-royong mampu mengerjakannya, cuma butuh waktu saja, Ayo dicoba lagi...”
“Kamu, kok tampaknya tidak pernah dapat nilai cantik?” coba diganti dengan, “Pak Guru percaya, kalau kau mau, niscaya kamu bisa menjangkau nilai labih baik dari yang kini kamu mampu. Pak Guru tahu betul kok, kesanggupan kamu.
“Gitu aja nggak mampu!” mampu diganti dengan, “Yuk, kita coba lagi, kau telah hampir bisa lhoh...”
Selain guru di sekolah, orang tua di rumah, juga bisa mengganti kalimat negatif yang umum terucap dengan kalimat aktual. “Kamu memang anak yang suka bikin malu.” Coba ganti dengan, “Sayang, setiap orang pernah berbuat salah. Mama yakin, kamu mampu berubah, sejak kecil, kau anak Mama yang selalu bertingkah baik.”
“Dasar pemalas!” coba ganti dengan “Eh kau tahu nggak, aslinya kau dulu waktu masih kecil, rajin sekali lhoh. Mama yakin, ini bukan kau yang sebetulnya. Ayo kita bereskan daerah tidur.”
Perlu dikenang, kalimat mana yang kita pilih, maka masa depan itulah yang hendak terjadi pada siswa kita di sekolah. Demi menyiapkan generasi emas, mulai hari ini marilah kita biasakan mengucapkan kalimat-kalimat nyata pada mereka saban hari.
Sumber https://www.aansupriyanto.com/
EmoticonEmoticon