Minggu, 06 Desember 2020

Tega Larane Ora Tega Patine

Masyarakat Jawa tidak ajaib dengan istilah "Tega Larane Ora Tega Patine". Ungkapan ini menggambarkan bagaimana eratnya hubungan persaudaraan. Terlebih jika korelasi persaudaraan tersebut terikat oleh ikatan darah.

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, secara harfiah ungkapan tersebut memiliki arti tega sakitnya, tidak tega matinya. Artinya walaupun antar saudara kadang-kadang berantem, cekcok, beda pandangan, tetapi bila terjadi kesusahan dan penderitaan, mereka tetap akan saling menolong.

Masyarakat Jawa tidak asing dengan ungkapan  Tega Larane Ora Tega Patine

Ada suatu kisah yang dapat kita ambil hikmahnya. Disebuah desa ada suatu sumur yang dianggap seram. Hal ini dikarenakan setiap kali penduduk desa ingin mengambil air, tali dan ember yang diulurkan kedalam sumur senantiasa ditarik. Beberapa baskom bahkan terlepas dari talinya. Kemungkinan ada yang membuka simpul tali itu di dalam sumur sana. Sekian usang tidak dikenali penyebab peristiwa abnormal ini.

Banyak masyarakatdesa menyimpulkan, bahwa sumur itu dihuni oleh sesosok jin jahat yang suka mengganggu. Karena air merupakan keperluan vital penduduk, tetua desa pun berkumpul. Melalui musyawarah diputuskan untuk menjawab teka teki sumur angker, seseorang mesti masuk kedalamnya.

Tidak ada seorangpun penduduk desa yang berani untuk masuk kedalam sumur alasannya takut. Kemudian ada seorang cowok, ia bersedia dengan syarat. Saudara kandungnya harus ikut memegang tali ketika dia masuk kedalam. 

Orang-orang bertanya "kenapa harus saudaramu, disini juga banyak perjaka-perjaka yang tegap lagi besar lengan berkuasa. Saudaramu itu tinggal nya jauh dari desa kita ini?" Pemuda itu tak bergeming. Karena tidak ada orang lain yang berani masuk ke dalam sumur, merekapun kemudian menjemput kerabat kandung pemuda itu. 

Pagi itu, sesudah mengikat tubuhnya dengan tali si pemuda pun turun ke dalam sumur. Orang-orang beramai-ramai memegang tali, termasuk disana saudara kandungnya. Perlahan mereka menurunkan badan cowok itu sehingga masuk ke dasar sumur. 

Semua menunggu dengan hati berdebar. Di atas watu di dasar sumur, si pemuda menemukan seekor kera. Inilah sumber persoalan nya selama ini. Ia kemudian membawa kera itu bersamanya dan berkata,  "tarik talinya !"

Dengan secepatnya penduduk desa menawan tali pengikat tubuh si perjaka. Menjelang hingga ke permukaan sumur, si kera yang begitu senang menyaksikan cahaya matahari terlepas dari pegangan cowok, memanjat sisa tali dan melompat keluar sumur. 

Karena terkejut dengan sosok binatang ini, dan rasa takut yang sudah mencengkram hati, masyarakatdesa berhamburan berlari melepas tali. Mereka menerka jin telah merubah cowok malang itu menjadi sesosok monyet. Semua lari kecuali saudara kandung perjaka itu. 

Ia tetap bertahan memegang tali dan dengan sulit payah mempesona tali menyelamatkan adiknya seorang diri. Fahamlah masyarakatdesa, mengapa si pemuda begitu menghendaki kehadiran saudaranya. Tanpanya, dia pasti sudah mati terhempas karena mereka semua berlepas diri meninggalkannya.

Kapanpun, kerabat yakni saudara. Tak pandang seberapa banyak harta yang dipunya. Seberapa jauh jarak diantaranya, ikatannya tak kan lekang oleh era, begitulah citra "Tega Larane Ora Tega Patine"

Sumber https://www.aansupriyanto.com/


EmoticonEmoticon