BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Hakikat Alam semesta
Makalah Hakikat Alam semesta
Alam semesta ialah realitas yang dihadapi oleh manusia, yang hingga sekarang baru sebagian kecil saja yang dapat dikenali dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta, akan namun membuatnya selaku fasilitas dan fasilitas ilmu wawasan yang dapat dikembangkan dari potensi manusia yang telah ada dikala ajali.
Proses pendidikan yang berjalan di dalam interaksi yang pruralistis (antara subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat diputuskan oleh aspek manusianya. Sebab kedudukan insan selaku subyek didalam masyarakat, bahkan didalam alam semesta, memperlihatkan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi diri manusia. Manusia mengemban amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bareng . bahkan insan utamanya bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).
Di dalam perspektif Islam, alam semesta ialah sesuatu selain Allah Swt. Oleh alasannya itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi mencakup seluruh yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja meliputi hal-hal yang konkrit yang dapat diperhatikan melalui panca indera manusia, namun alam semesta juga ialah segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diperhatikan oleh panca indera insan.
alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk mempertahankan dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu wawasan yang terproses lewat pendidikan. Dari itulah pemakalah khusus membicarakan ihwal Esensi Alam Semesta menurut Persfektif Filsafat Pendidikan Islam yang berisikan pengertian, proses penciptaan Alam Semesta, tujuan dan fungsi penciptaan Alam Semesta dan implikasi Alam Semesta kepada pendidikan islam
1. Alam Semesta dalam perspektif Falsafah Pendidikan Islam
Alam dalam persepsi Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم ) yang seakar dengan ’ilmu (علم, wawasan) dan alamat (مة علا, membuktikan). Ketiga perumpamaan tersebut mempunyai relasi makna. Alam selaku ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh pesan tersirat. Dengan mengetahui alam, seseorang akan mendapatkan wawasan. Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan.[1] Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan perumpamaan cosmos yang bermakna harmonis, serasi. Karena alam itu diciptakan dalam kondisi terorganisir dan tidak berantakan. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan fatwa bagi insan.[2]
Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari informasi al-quran yang mengandung banyak sekali interpretasi aliran bagi manusia.[3]
Menurut Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa kata `alamin merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan beragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa cuma Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak mampu dibagi-bagi. Kemudian ia menuturkan kembali bahwa desain islam megenai alam semesta ialah penegasan bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah Swt.[4]
Dari satu segi alam semesta dapat didefenisikan selaku kumpulan jauhar yang tersusun dari maddah (bahan) dan shurah (bentuk), yang mampu diklasifikasikan ke dalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari segi lain, alam semesta bisa juga dibagi ke dalam beberapa jenis seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-flora (nabatat), binatang (hayyawanat), dan insan.[5]
Menurut Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam menyatakan bahwa alam semesta atau alam jagat ialah selain dari Allah swt adalah cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung dan dataran, sungai dan lembah, tumbuh-tanaman, binatang, insan, benda dan sifat benda, serta makhluk benda dan yang bukan benda. Beliau juga menuturkan bahwa sebahagian ulama Islam mutaakhir membagi alam ini terhadap empat bahagian yaitu ruh, benda, tempat dan waktu. Sedangkan manusia menjadi salah satu komponen alam semesta sebagai makhluk baharu dengan fungsi untuk memakmurkan alam semesta serta meneruskan kemajuaannya.[6]
Menurut Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Al-rasyidin dalam bukunya falsafah pendidikan Islam pertanda bahwa semua yang maujud selain Allah Swt baik yang telah diketahui maupun yang belum dikenali insan disebut alam. Kata `alam terambil dari akar kata yang sama dengan `ilm dan `alamah, ialah sesuatu yang menerangkan sesuatu selainnya. Oleh karena itu dalam konteks ini, alam semesta yaitu alamat, alat atau fasilitas yang sungguh terang untuk mengenali wujud yang kuasa, pencipta yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui. Dari segi ini dapat dipahami bahwa keberadaaan alam semesta ialah gejala yang menjadi alat atau fasilitas bagi insan untuk mengenali wujud dan membuktikan eksistensi serta kemahakuasaan Allah Swt.[7]
Di dalam Al Qur'an pemahaman alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami dengan ungkapan "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[8]. Istilah ini dijumpai didalam beberapa surat Al Qur'an ialah: Dalam surat maryam ayat 64 dan 65
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa (64). Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang serupa dengan beliau (yang layak disembah)?(65)
Dalam surat ar-rum ayat 22
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah membuat langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu betul-betul terdapat gejala bagi orang-orang yang Mengetahui.
Dalam surat al-anbiya ayat 16
Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta berarti sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (konkret) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) ialah bahagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.
Untuk dapat Memahami dan meneliti alam yang lalu menciptakan science yang benar, haruslah melalui pendidikan yang benar dan berkualitas. Oleh karena itu, Islam memiliki pedoman yang sangat penting dalam pendidikan, dalam rangka menghasilkan para scientist, ilmuwan atau ulama, yang kemudian akan memelihara dan memakmurkan alam ini.
2. Proses penciptaan alam semesta
Al Qur’an sudah menjelaskan bahwa bahu-membahu seluruh insiden di alam semesta ini, telah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan rancangan yang sudah tertera di dalamnya. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah dimengerti atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
Dengan kata lain, insiden dunia ini yakni sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir” dari rencana Allah yang bahwasanya telah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah insan mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil aba-aba-Nya.[9]
Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan dengan jelas mengenai hal tersebut, dan mampu dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta berdasarkan al-Qur`an ialah secara sedikit demi sedikit. Hal ini dapat dikenali melalui firman Allah Swt dalam Surat Al Anbiya ayat 30:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahu-membahu langit dan bumi itu keduanya dahulu ialah sesuatu yang padu, lalu Kami pisahkan antara keduanya. Dan dibandingkan dengan air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos berdasarkan sains modern, maka desain penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disanggah lagi kebenarannya.
Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau diketahui dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, telah dipaparkan secara terang oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains terbaru mengemukakannya[10]. Berkenaan Ayat ihwal asal mula alam semesta dari kabut/nebula terdapat dalam surat fushilat ayat 9 hingga 12 yaitu:
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir terhadap yang menciptakan bumi dalam dua kala dan kau adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu yakni Rabb semesta alam".(9) Dan dia membuat di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. ia memberkahinya dan ia menentukan padanya kadar masakan-masakan (penghuni)nya dalam empat periode. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang mengajukan pertanyaan.(10) Kemudian ia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih ialah asap, lalu beliau Berkata kepadanya dan terhadap bumi: "Datanglah kau keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami tiba dengan suka hati".(11) Maka ia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. ia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang erat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik mungkin. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(12)
Dapat ditarik kesimpulan melalui ayat-ayat diatas, adalah: Disebutkan bahwa antara langit dan bumi (kosmos) semula ialah satu kesatuan lalu mengalami proses pemisahan. Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) selaku materi penciptaan kosmos. Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus, namun secara bertahap.
Al-Rasyidin mengungkapkan bahwa Allah Swt membuat alam semesta ini tidak sekaligus atau sekali jadi, akan namun lewat beberapa tahapan, era atau proses. Dalam sejumlah surah, al-Qur`an senantiasa menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat diterjemahkan dalam arti enam hari, enam abad atau enam era.[11] Adapun ayat yang menceritakan wacana penciptaan alam dalam enam kala terdapat pada surat yunus ayat 3 dan surat Al-Araf ayat 54 adalah:
Sesungguhnya Tuhan kau yakni Allah yang membuat langit dan bumi dalam enam periode, Kemudian ia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang hendak memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah , Tuhan kau, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kau tidak mengambil pelajaran?
Sesungguhnya Tuhan kamu yakni Allah yang Telah membuat langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. ia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan segera, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah . Maha Suci Allah , Tuhan semesta alam.
Dalam surat An-Naaziat ayat 27-33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam semesta.
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya(27), Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya (28), Dan ia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terperinci benderang (29), Dan bumi sehabis itu dihamparkan-Nya (30), Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya (31), Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh (32), (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-binatang ternakmu (33).
Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan memakai ungkapan yang beragam seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menyebabkan, dengan tidak meniscayakan waktu dan daerah penciptaan. Dengan kata lain, bahwa penciptaan alam semesta tidak mesti mesti di dahului oleh ruang dan waktu.[12]
Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan sudah terjadi perdebatan panjang yang bermuara pada adanya perbedaan interpretasi etimologis terhadap terma-terma yang dipakai oleh AlQur`an. Para teolog muslim beropini bahwa ala mini diciptakan dari ketiadaaan (al-khalq min `adam) atau creation ex nihillo. Bagi mereka, karena Allah maha kuasa, maka dalam membuat sesuatu dari ketiadaaan bukanlah sebuah kemustahilan.[13] Di pihak lain, dengan menurut logika dan ilmu serta dengan pengamatan terhadap fenomena alam secara alamiah, para filosof beropini bahwa penciptaan terjadi atas dasar pengubahan materi dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya.[14]
Terlepas dari perdebatan panjang perihal penciptaan alam semesta ini, maka Al-Qur`an telah menandakan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan proses, dan tidak terjadi sekaligus. Dalam hal ini pemakalah mengambil kesimpulan bahwa:
a. Alam semesta diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses
b. Asal mula penciptaan alam semesta berasal dari asap
c. Penciptaan alam semesta terbentuk melalui enam periode atau enam hari atau enam kala
Dari informasi di atas pemakalah mengindikasikan bahwa keterkaitan perihal proses penciptaan alam semesta bagi manusia dalam pendidikan, yaitu manusia yang sudah mempunyai kesempatandari Allah Swt dalam menyebarkan potensi tersebut tidak dapat dijalankan secara spontan, tetapi mesti dilaksanakan dengan proses dan tahapan panjang melalui alam ini, selaku sarana dan kemudahan yang menghantarkan insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya.
3. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Alam Semesta
Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta intinya yaitu fasilitas untuk menghantarkan insan pada wawasan dan pembuktian perihal eksistensi dan kemahakuasaan Allah Swt.[15] Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang terang wacana keberadaaan Allah Swt. Oleh alasannya adalah itu dalam mempelajari alam semesta, insan akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt yaitu Zat yang membuat alam semesta.
Omar menjelaskan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai peserta amanah dengan menjadi khalifah di tampang bumi ini. Alam dapat menjadi sumber ide lewat potensi logika yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan hakikat-hakikat yang terdapat di dalam alam semesta ini.[16] Lebih lanjut beliau menerangkan bahwa manusia akan memperoleh faedah dan laba yang amat besar bila manusia tersebut bisa dan mengetahui dalam memanfaatkan apa saja yang terdapat di alam semesta ini.
Al-qur`an dalam hal ini menerangkan bahwa penciptaan alam semesta bermaksud bukan menjadi seteru bagi insan, bukan menjadi penghambat manusia dalam berpikir dan berkembang, juga bukan menjadi lawan insan, akan tetapi alam semesta diciptakan oleh Allah Swt untuk berhubungan dengan insan dengan memakai alam sebagai sumber dan mediasi untuk menerima tanggapanilmu, yang mampu menolong mereka dalam melakukan amanah yang sudah diberikan Allah Swt selaku khalifah dalam melaksanakan roda kehidupan dan serta dalam mengerjakan kemaslahatan umat manusia semuanya.[17] Kemudian juga di terangkan bahwa alam semesta merupakan ladang ilmu bagi insan yang darinya dapat diperoleh aneka macam manfaat dalam menyanggupi segala kebutuhan manusia yang pada kesannya manusia itu akan dituntut untuk dapat mensyukuri atas apa-apa yang mereka peroleh dan mereka nikmati dari santunan Allah swt. Hal ini tampakdari firman Allah swt dalam surat an-nahl:14 adalah:
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), semoga kamu mampu mengkonsumsi daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kau pakai; dan kamu melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan biar kamu bersyukur.
Manusia mengemban amanat dari Allah Swt sebagai khalifah untuk mengorganisir bumi secara bertanggungjawab. Peran penting yang diamanahkan terhadap manusia ialah memakmurkan bumi (al ‘imarah) dan memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan (ar-ri’ayah). Manusia mempunyai keharusan kolektif untuk mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap mempertahankan kekayaan semoga tidak punah sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu. Melihara bumi tergolong memelihara aqidah dan adat manusianya, memelihara dari kebiasaan jahiliyah (merusak dan merusak alam demi kepentingan sesaat) sebab sumber daya manusia yang rusak akan sangat berpeluang menghancurkan alam. [18]
Untuk lebih jelas bagaimana hakikat dari tujuan serta fungsi penciptaan alam semesta adalah selaku berikut:
Penciptaan alam semesta bertujuan untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan segala kekuasaanNya[19]. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat 38-39
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak membuat keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.
Al-qur`an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan alam semesta ini ialah untuk menawarkan terhadap insan akan tanda-tanda (ayah) atas eksistensi dan kekuasaan Allah Swt[20]. Sebagaimana firmanNya dalam surat Fushshilat ayat 53
Kami akan memberikan kepada mereka gejala (kekuasaan) kami di segala daerah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi insan untuk menggali khazanah belakang layar Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat menyumbangkan sebuah kebajikan dan manfaat manusia seluruhnya yang pada akhirnya insan akan memahami apa hakikat diciptakannya alam semesta ini[21]. Hal ini tertera dalam surat Yunus : 4
Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; selaku komitmen yang benar dibandingkan dengan Allah , Sesungguhnya Allah membuat makhluk pada permulaannya Kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), semoga dia memberi pembalasan terhadap orang-orang yang beriman dan yang melaksanakan amal saleh dengan adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Alam semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia, untuk menyanggupi kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini. Oleh kesudahannya alam telah ditundukkan oleh Allah Swt untuk mereka, selaku tempat tinggal bagi manusia, ini dimaksudkan agar insan mudah dalam mengetahui alam semesta dan tahu bagaimana cara memanfaatkannya untuk kepentingan mereka[22]. Salah satu ayat yang mengambarkan akan hal ini terdapat dalam surat Ibrahim ayat 33
Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Alam semesta ini diciptakan bermaksud untuk menunjuk manusia sebagai Khalifah yang mengemban amanah dari Allah Swt, dalam mengemban amanah tersebut apakah manusia mampu menjalankannya dengan menghadapi banyak sekali cobaan dan cobaan atau sebalikya, manusia justru mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya dengan berbuat kerusakan dimuka bumi ini[23]. Ini tercantum dalam surat Al-baqarah ayat 30
Ingatlah saat Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menimbulkan seorang khalifah di tampang bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menimbulkan (khalifah) di bumi itu orang yang akan menciptakan kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengenali apa yang tidak kau ketahui."
Dari informasi di atas pemakalah mengambil kesimpulan dengan hubungannya kepada pendidikan Islam yaitu alam semesta tercipta sebagai sesuatu yang khusus bagi manusia untuk mengemban amanah dari Allah Swt sebagai khalifah yang mau memimpin, memelihara, mempertahankan serta menimbulkan alam ini sebagai sarana dalam berkehidupan dengan menjangkau berbagai wawasan ilmu wawasan. Dengan memamfaatkan sebaik mungkin apa saja yang terkandung dari penciptaan alam ini. Dari itulah manusia akan tahu apa hakikat tujuan diciptakannya alam semesta bagi mereka yang pada pada dasarnya akan menghantarkan insan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah Swt.
4. Implikasi penciptaan alam semesta terhadap pendidikan islam
Islam menegaskan bahwa esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia yaitu al-Rabb, yakni Tuhan Maha Pencipta yang menciptakan seluruh Makhluk yang makro dan mikro kosmos. Al-syaibany sebagaimana yang tertera dalam bukunya Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam menjelaskan bahwa proses pendidikan yakni memberikan sesuatu kepada titik kesempurnaannya secara berangsur-angsur. Karenanya, implikasi filosofi kepada pendidikan islam yakni bahwa pendidikan islam merupakan sebuah proses atau tahapan dimana penerima asuh diberi santunan fasilitas untuk mengembangkan kesempatanjismiyah dan ruhaniyahnya sehingga fungsional untuk melaksanakan fungsi dan tugas-tugasnya dalam kehidupan di alam semesta.[24] oleh alasannya pendidikan merupakan proses dan tahapan, maka pendidikan Islami akan berjalan secara kontiniu sepanjang kehidupan insan di tampang bumi ini.
Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang dipakai oleh insan untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak mampu hidup dan “mampu berdiri diatas kaki sendiri” dengan bergotong-royong. Karena antara manusia dan alam semesta saling memerlukan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan insan butuh alam semesta selaku sarana berinteraksi dengan insan lainnya.[25]
Seorang pendidik muslim yakin bahwa pendidikan selaku proses pertumbuhan dalam membentuk pengalaman dan perubahan yang diharapkan dalam tingkah laris individu dan kelompok cuma akan sukses melalui interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitarserta dengan alam sekeliling, daerah beliau hidup. Omar[26] berpendapat bahwa makhluk, benda dan apa yang ada di sekelilignya yakni bahagian alam luas dan manusia itu sendiri dianggap selaku sebahagian dari alam ini. Sebab itu proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya bukan sekedar faktual terbentuk dari alam yang bersifat sosial, akan tetapi dapat juga terbentuk lewat alam alamiah yang bersifat material.
Perbedaaan dalam etika, etika, adat, tradisi dan cara hidup insan ialah sangat berpengaruh dalam suatu pembentukan huruf. Penduduk pesisir umpamanya, memiliki etika dan cara hidup tersendiri. Demikian juga halnya dengan masyarakatyang bertempat tinggal di kawasan pegunungan atau sahara. Dalam hal ini juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan sifat dan susila manusia yang bertempat tinggal di kawasan perkotaan dan pedesaaan. [27]
Dari keterangan di atas mengindikasikan bahwa alam juga dapat memberikan imbas besar bagi setiap individu atau kalangan insan yang berlawanan-beda lewat daerah tinggal, tempat atau iklim. Sehingga secara tidak langsung akan membentuk suatu watak dan sifat yang berlawanan-beda.
Meskipun alam diciptakan dan ditundukan Allah Swt untuk insan, bukan bermakna insan mampu mengenali dan memahami apa-apa yang terdapat dari padanya, alasannya hingga kini pun fenomena alam dengan segala kerahasiaan Allah Swt dalam menciptakannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh dasar inilah Al-Quran mengajurkan terhadap manusia untuk terus menggali khazanah yang terdapat dari penciptaan alam semesta ini. Anjuran dan kemungkinan untuk mempelajari alam semesta tertuang di berbagai ayat-ayat al-quran yang di antaranya:
Surat Yunus ayat 101
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah berfaedah tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi perayaan bagi orang-orang yang tidak beriman".
Dalam surat al-Ankabut ayat 20
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah membuat (insan) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam surat At-Tariq ayat 5
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa ayat di atas menunjukkan bahwa mengetahui dan mempelajari alam ialah mungkin, kalau tidak, maka Allah Swt dalam ayat-ayatNya tidak akan menganjurkan untuk mempelajarinya.[28]
Dalam perspektif Islam, manusia mesti mewujudkan tujuan kemanusiaanya di alam semesta, baik selaku Syahid Allah , `abd Allah maupun Khalifah Allah . Dalam konteks ini berdasarkan Al-Rasyidin bahwa Allah Swt mengakibatkan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untuk bersyahadah akan keberadaaan dan kemahakuasaan-Nya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu yakni penuaian sebagai makhluk `ibadah dan pelaksanaan peran-tugas sebagai khalifah. Beliau juga menjelaskan bahwa alam semesta ialah institusi pendidikan, yaitu tempat di mana insan dididik, dibina, dilatih, dan dibimbing supaya berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan fungsi dan tugasnya selaku `abd Allah dan khalifah dalam menerapkan amal ibadah dan amal shalih terhadap Allah Swt. Melalui proses pendidikan di alam semesta inilah, kelak Allah Swt akan menganggap siapa diantara hamban-Nya yang bisa meraih markah atau prestasi terbaik.[29]
Sebagaimana yang dikenali bahwa selain Allah Swt ialah alam semesta, dari informasi tersebut menjelaskan bahwa alam semesta terwujud dari bentuk-bentuk yang konkrit (alam positif) dan bentuk-bentuk yang Abstrak ( alam Ghaib). Oleh alasannya adalah itu pendidikan islam dalam penyusunan dan pengembangan kurikulumnya mesti mengacu kepada konsepsi islam ihwal alam semesta. Alam semesta terbagi kedalam dua bahagian yakni alam aktual dan ghaib, alam nyata yakni alam yang mampu ditangkap oleh panca indera insan melalui pengamatan dan fenomena alam ini, sedangkan alam ghaib yaitu alam yang tidak mampu ditangkap oleh panca indera manusia. Kepercayaan mengenai keberadaaan alam ghaib hanya dapat diyakini dengan keimanan yang bersumber dari Allah Swt lewat ayat-ayat yang termaktub di dalam Al-Qur`an.
Wilayah studi objek pendidikan islam tidak saja berhubungan dengan hal-hal yang dapat diamati oleh indera manusia ( fenomena) saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang tidak mampu diamati oleh indera manusia (noumena). Yang berafiliasi dengan hal-hal yang konkrit, maka keberadaaan alam syahadah selaku objek kajian pendidikan islam menghendaki kegiatan pengamatan inderawi, akal sehat rasional, dan eksperimentasi ilmiah. Sementara itu, yang berhubungan dengan hal-hal yang ghaib, untuk dapat memahami dan mengetahuinya diperlukan acara supra inderawi dan supra rasional. Karenaya dalam pendidikan islam , ilmu-ilmu pengetahuan yang mau ditransformasikan ke dalam diri akseptor asuh tidak hanya terbatas pada pengetahuan inderawi dan rasional, namun juga tentang ilmu-ilmu laduny, isyraqi, ilumunasi, dan kewahyuan[30].
Proses pendidikan menghantarkan manusia untuk dapat memahami dengan benar ihwal keberadaaan alam semesta bersama-sama dengan apa yang terkandung di dalamnya, bagaimana manusia mampu memakai alam sebagai institusi dan objek dalam membuatkan kesempatanyang telah ada. Di sisni pemakalah memaparkan bagaimana manusia dapat mengetahui alam dengan proses pendidikan. banyak cara yang mampu dilaksanakan manusia untuk menggali khazanah alam semesta ini, tetapi, cuma beberapa hal yang mampu pemakalah paparkan.
Dalam al-quran diterangkan cara-cara mengetahui alam. Salah satu cara mengetahui alam raya ini dapat dilaksanakan melalui indera penglihatan, indera pendengaran, perasa, pencium dan peraba[31]. Artinya, semua alat utama ini dapat membantu insan untuk melaksanakan pengamatan dan eksperimen. Hal ini terdapat pada surat An-Nahl ayat 78
Dan Allah mengeluarkan kau dari perut ibumu dalam kondisi tidak mengenali sesuatupun, dan beliau memberi kamu indera pendengaran, penglihatan dan hati, semoga kau bersyukur.
Panca indera belumlah cukup atau satu-satunya jalan mengetahui alam, tetapi diperlukan lagi ialah akal sehat atau nalar.[32] Di samping alat indera dan logika manusia, ada lagi cara lain yaitu melalui wahyu dan inspirasi (ide)[33].
1. Simpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pada hakikatnya Allah swt selaku pencipta dan sekaligus sebagai penanda jalan bagi manusia (maha guru) Tuhan didalam membuat manusia di muka bumi ini yaitu semata-semata untuk mengabdi kepada-Nya dan untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Dalam hal manusia dapat mengurus alam semesta , maka insan perlu menerima pendidikan (Subyek pendidikan dan sekaligus sebagai obyek pendidikan).
Dalam fatwa filsafat pendidikan Islami. Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, namun untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan otoriter untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhluk-Nya yang patut diberi amanat itu, yakni MANUSIA. Dan oleh kesudahannya insan yakni makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sungguh mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini ialah amanat Allah yang kelak akan meminta pertanggungjawaban dari seluruh manusia dalam menjalankan amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan pribadi, akan tetapi melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan faktor. Ini tidak berarti Allah Swt tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sealigus, Akan namun justru karena ada proses itulah maka tercipta dan timbul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi insan itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah Swt, yakni flora dan fauna. Kehidupan yang demikian adalah proses korelasi interaktif secara harmonis dan sebanding yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya.
---------------------
[1] Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), cet. Ke-1, hal. 289
Proses pendidikan yang berjalan di dalam interaksi yang pruralistis (antara subjek dengan lingkungan alamiah, sosial dan cultural) amat diputuskan oleh aspek manusianya. Sebab kedudukan insan selaku subyek didalam masyarakat, bahkan didalam alam semesta, memperlihatkan konsekuensi tanggung jawab yang besar bagi diri manusia. Manusia mengemban amanat untuk membimbing masyarakat, memelihara alam lingkungan hidup bareng . bahkan insan utamanya bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya (human dignity).
Di dalam perspektif Islam, alam semesta ialah sesuatu selain Allah Swt. Oleh alasannya itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi mencakup seluruh yang ada dan berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak saja meliputi hal-hal yang konkrit yang dapat diperhatikan melalui panca indera manusia, namun alam semesta juga ialah segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diperhatikan oleh panca indera insan.
alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk mempertahankan dan memeliharaan alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu wawasan yang terproses lewat pendidikan. Dari itulah pemakalah khusus membicarakan ihwal Esensi Alam Semesta menurut Persfektif Filsafat Pendidikan Islam yang berisikan pengertian, proses penciptaan Alam Semesta, tujuan dan fungsi penciptaan Alam Semesta dan implikasi Alam Semesta kepada pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Hakikat Alam semesta
Makalah Hakikat Alam semesta
1. Alam Semesta dalam perspektif Falsafah Pendidikan Islam
Alam dalam persepsi Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم ) yang seakar dengan ’ilmu (علم, wawasan) dan alamat (مة علا, membuktikan). Ketiga perumpamaan tersebut mempunyai relasi makna. Alam selaku ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh pesan tersirat. Dengan mengetahui alam, seseorang akan mendapatkan wawasan. Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan.[1] Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan perumpamaan cosmos yang bermakna harmonis, serasi. Karena alam itu diciptakan dalam kondisi terorganisir dan tidak berantakan. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan fatwa bagi insan.[2]
Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari informasi al-quran yang mengandung banyak sekali interpretasi aliran bagi manusia.[3]
Menurut Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa kata `alamin merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan beragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa cuma Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak mampu dibagi-bagi. Kemudian ia menuturkan kembali bahwa desain islam megenai alam semesta ialah penegasan bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah Swt.[4]
Dari satu segi alam semesta dapat didefenisikan selaku kumpulan jauhar yang tersusun dari maddah (bahan) dan shurah (bentuk), yang mampu diklasifikasikan ke dalam wujud konkrit (syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari segi lain, alam semesta bisa juga dibagi ke dalam beberapa jenis seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-flora (nabatat), binatang (hayyawanat), dan insan.[5]
Menurut Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam menyatakan bahwa alam semesta atau alam jagat ialah selain dari Allah swt adalah cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung dan dataran, sungai dan lembah, tumbuh-tanaman, binatang, insan, benda dan sifat benda, serta makhluk benda dan yang bukan benda. Beliau juga menuturkan bahwa sebahagian ulama Islam mutaakhir membagi alam ini terhadap empat bahagian yaitu ruh, benda, tempat dan waktu. Sedangkan manusia menjadi salah satu komponen alam semesta sebagai makhluk baharu dengan fungsi untuk memakmurkan alam semesta serta meneruskan kemajuaannya.[6]
Menurut Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Al-rasyidin dalam bukunya falsafah pendidikan Islam pertanda bahwa semua yang maujud selain Allah Swt baik yang telah diketahui maupun yang belum dikenali insan disebut alam. Kata `alam terambil dari akar kata yang sama dengan `ilm dan `alamah, ialah sesuatu yang menerangkan sesuatu selainnya. Oleh karena itu dalam konteks ini, alam semesta yaitu alamat, alat atau fasilitas yang sungguh terang untuk mengenali wujud yang kuasa, pencipta yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha Mengetahui. Dari segi ini dapat dipahami bahwa keberadaaan alam semesta ialah gejala yang menjadi alat atau fasilitas bagi insan untuk mengenali wujud dan membuktikan eksistensi serta kemahakuasaan Allah Swt.[7]
Di dalam Al Qur'an pemahaman alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami dengan ungkapan "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[8]. Istilah ini dijumpai didalam beberapa surat Al Qur'an ialah: Dalam surat maryam ayat 64 dan 65
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa (64). Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang serupa dengan beliau (yang layak disembah)?(65)
Dalam surat ar-rum ayat 22
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah membuat langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu betul-betul terdapat gejala bagi orang-orang yang Mengetahui.
Dalam surat al-anbiya ayat 16
Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta berarti sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (konkret) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) ialah bahagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.
Untuk dapat Memahami dan meneliti alam yang lalu menciptakan science yang benar, haruslah melalui pendidikan yang benar dan berkualitas. Oleh karena itu, Islam memiliki pedoman yang sangat penting dalam pendidikan, dalam rangka menghasilkan para scientist, ilmuwan atau ulama, yang kemudian akan memelihara dan memakmurkan alam ini.
2. Proses penciptaan alam semesta
Al Qur’an sudah menjelaskan bahwa bahu-membahu seluruh insiden di alam semesta ini, telah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan rancangan yang sudah tertera di dalamnya. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah dimengerti atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.
Dengan kata lain, insiden dunia ini yakni sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir” dari rencana Allah yang bahwasanya telah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah insan mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil aba-aba-Nya.[9]
Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan dengan jelas mengenai hal tersebut, dan mampu dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta berdasarkan al-Qur`an ialah secara sedikit demi sedikit. Hal ini dapat dikenali melalui firman Allah Swt dalam Surat Al Anbiya ayat 30:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahu-membahu langit dan bumi itu keduanya dahulu ialah sesuatu yang padu, lalu Kami pisahkan antara keduanya. Dan dibandingkan dengan air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?"
Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos berdasarkan sains modern, maka desain penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disanggah lagi kebenarannya.
Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut gas tersebut atau diketahui dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, telah dipaparkan secara terang oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains terbaru mengemukakannya[10]. Berkenaan Ayat ihwal asal mula alam semesta dari kabut/nebula terdapat dalam surat fushilat ayat 9 hingga 12 yaitu:
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir terhadap yang menciptakan bumi dalam dua kala dan kau adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu yakni Rabb semesta alam".(9) Dan dia membuat di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. ia memberkahinya dan ia menentukan padanya kadar masakan-masakan (penghuni)nya dalam empat periode. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang mengajukan pertanyaan.(10) Kemudian ia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih ialah asap, lalu beliau Berkata kepadanya dan terhadap bumi: "Datanglah kau keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami tiba dengan suka hati".(11) Maka ia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. ia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang erat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik mungkin. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(12)
Dapat ditarik kesimpulan melalui ayat-ayat diatas, adalah: Disebutkan bahwa antara langit dan bumi (kosmos) semula ialah satu kesatuan lalu mengalami proses pemisahan. Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) selaku materi penciptaan kosmos. Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus, namun secara bertahap.
Al-Rasyidin mengungkapkan bahwa Allah Swt membuat alam semesta ini tidak sekaligus atau sekali jadi, akan namun lewat beberapa tahapan, era atau proses. Dalam sejumlah surah, al-Qur`an senantiasa menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat diterjemahkan dalam arti enam hari, enam abad atau enam era.[11] Adapun ayat yang menceritakan wacana penciptaan alam dalam enam kala terdapat pada surat yunus ayat 3 dan surat Al-Araf ayat 54 adalah:
Sesungguhnya Tuhan kau yakni Allah yang membuat langit dan bumi dalam enam periode, Kemudian ia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang hendak memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah , Tuhan kau, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kau tidak mengambil pelajaran?
Sesungguhnya Tuhan kamu yakni Allah yang Telah membuat langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. ia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan segera, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah . Maha Suci Allah , Tuhan semesta alam.
Dalam surat An-Naaziat ayat 27-33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam semesta.
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya(27), Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya (28), Dan ia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terperinci benderang (29), Dan bumi sehabis itu dihamparkan-Nya (30), Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya (31), Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh (32), (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-binatang ternakmu (33).
Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan memakai ungkapan yang beragam seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menyebabkan, dengan tidak meniscayakan waktu dan daerah penciptaan. Dengan kata lain, bahwa penciptaan alam semesta tidak mesti mesti di dahului oleh ruang dan waktu.[12]
Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan sudah terjadi perdebatan panjang yang bermuara pada adanya perbedaan interpretasi etimologis terhadap terma-terma yang dipakai oleh AlQur`an. Para teolog muslim beropini bahwa ala mini diciptakan dari ketiadaaan (al-khalq min `adam) atau creation ex nihillo. Bagi mereka, karena Allah maha kuasa, maka dalam membuat sesuatu dari ketiadaaan bukanlah sebuah kemustahilan.[13] Di pihak lain, dengan menurut logika dan ilmu serta dengan pengamatan terhadap fenomena alam secara alamiah, para filosof beropini bahwa penciptaan terjadi atas dasar pengubahan materi dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya.[14]
Terlepas dari perdebatan panjang perihal penciptaan alam semesta ini, maka Al-Qur`an telah menandakan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan proses, dan tidak terjadi sekaligus. Dalam hal ini pemakalah mengambil kesimpulan bahwa:
a. Alam semesta diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses
b. Asal mula penciptaan alam semesta berasal dari asap
c. Penciptaan alam semesta terbentuk melalui enam periode atau enam hari atau enam kala
Dari informasi di atas pemakalah mengindikasikan bahwa keterkaitan perihal proses penciptaan alam semesta bagi manusia dalam pendidikan, yaitu manusia yang sudah mempunyai kesempatandari Allah Swt dalam menyebarkan potensi tersebut tidak dapat dijalankan secara spontan, tetapi mesti dilaksanakan dengan proses dan tahapan panjang melalui alam ini, selaku sarana dan kemudahan yang menghantarkan insan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya.
3. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Alam Semesta
Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta intinya yaitu fasilitas untuk menghantarkan insan pada wawasan dan pembuktian perihal eksistensi dan kemahakuasaan Allah Swt.[15] Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang terang wacana keberadaaan Allah Swt. Oleh alasannya adalah itu dalam mempelajari alam semesta, insan akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt yaitu Zat yang membuat alam semesta.
Omar menjelaskan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai peserta amanah dengan menjadi khalifah di tampang bumi ini. Alam dapat menjadi sumber ide lewat potensi logika yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan hakikat-hakikat yang terdapat di dalam alam semesta ini.[16] Lebih lanjut beliau menerangkan bahwa manusia akan memperoleh faedah dan laba yang amat besar bila manusia tersebut bisa dan mengetahui dalam memanfaatkan apa saja yang terdapat di alam semesta ini.
Al-qur`an dalam hal ini menerangkan bahwa penciptaan alam semesta bermaksud bukan menjadi seteru bagi insan, bukan menjadi penghambat manusia dalam berpikir dan berkembang, juga bukan menjadi lawan insan, akan tetapi alam semesta diciptakan oleh Allah Swt untuk berhubungan dengan insan dengan memakai alam sebagai sumber dan mediasi untuk menerima tanggapanilmu, yang mampu menolong mereka dalam melakukan amanah yang sudah diberikan Allah Swt selaku khalifah dalam melaksanakan roda kehidupan dan serta dalam mengerjakan kemaslahatan umat manusia semuanya.[17] Kemudian juga di terangkan bahwa alam semesta merupakan ladang ilmu bagi insan yang darinya dapat diperoleh aneka macam manfaat dalam menyanggupi segala kebutuhan manusia yang pada kesannya manusia itu akan dituntut untuk dapat mensyukuri atas apa-apa yang mereka peroleh dan mereka nikmati dari santunan Allah swt. Hal ini tampakdari firman Allah swt dalam surat an-nahl:14 adalah:
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), semoga kamu mampu mengkonsumsi daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kau pakai; dan kamu melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan biar kamu bersyukur.
Manusia mengemban amanat dari Allah Swt sebagai khalifah untuk mengorganisir bumi secara bertanggungjawab. Peran penting yang diamanahkan terhadap manusia ialah memakmurkan bumi (al ‘imarah) dan memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan (ar-ri’ayah). Manusia mempunyai keharusan kolektif untuk mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap mempertahankan kekayaan semoga tidak punah sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu. Melihara bumi tergolong memelihara aqidah dan adat manusianya, memelihara dari kebiasaan jahiliyah (merusak dan merusak alam demi kepentingan sesaat) sebab sumber daya manusia yang rusak akan sangat berpeluang menghancurkan alam. [18]
Untuk lebih jelas bagaimana hakikat dari tujuan serta fungsi penciptaan alam semesta adalah selaku berikut:
Penciptaan alam semesta bertujuan untuk memperlihatkan kepada manusia bahwa Allah swt adalah Maha Pencipta seluruh alam dengan segala kemuliaanNya dan segala kekuasaanNya[19]. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat al-Dukhan ayat 38-39
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak membuat keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui.
Al-qur`an secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan alam semesta ini ialah untuk menawarkan terhadap insan akan tanda-tanda (ayah) atas eksistensi dan kekuasaan Allah Swt[20]. Sebagaimana firmanNya dalam surat Fushshilat ayat 53
Kami akan memberikan kepada mereka gejala (kekuasaan) kami di segala daerah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Alam semesta diciptakan sebagai bahan dan sumber pelajaran serta pengamatan bagi insan untuk menggali khazanah belakang layar Allah Swt dengan akal dan pengamatan untuk dapat menyumbangkan sebuah kebajikan dan manfaat manusia seluruhnya yang pada akhirnya insan akan memahami apa hakikat diciptakannya alam semesta ini[21]. Hal ini tertera dalam surat Yunus : 4
Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; selaku komitmen yang benar dibandingkan dengan Allah , Sesungguhnya Allah membuat makhluk pada permulaannya Kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), semoga dia memberi pembalasan terhadap orang-orang yang beriman dan yang melaksanakan amal saleh dengan adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.
Alam semesta diciptakan Allah Swt untuk kepentingan manusia, untuk menyanggupi kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini. Oleh kesudahannya alam telah ditundukkan oleh Allah Swt untuk mereka, selaku tempat tinggal bagi manusia, ini dimaksudkan agar insan mudah dalam mengetahui alam semesta dan tahu bagaimana cara memanfaatkannya untuk kepentingan mereka[22]. Salah satu ayat yang mengambarkan akan hal ini terdapat dalam surat Ibrahim ayat 33
Dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan Telah menundukkan bagimu malam dan siang.
Alam semesta ini diciptakan bermaksud untuk menunjuk manusia sebagai Khalifah yang mengemban amanah dari Allah Swt, dalam mengemban amanah tersebut apakah manusia mampu menjalankannya dengan menghadapi banyak sekali cobaan dan cobaan atau sebalikya, manusia justru mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya dengan berbuat kerusakan dimuka bumi ini[23]. Ini tercantum dalam surat Al-baqarah ayat 30
Ingatlah saat Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menimbulkan seorang khalifah di tampang bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menimbulkan (khalifah) di bumi itu orang yang akan menciptakan kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengenali apa yang tidak kau ketahui."
Dari informasi di atas pemakalah mengambil kesimpulan dengan hubungannya kepada pendidikan Islam yaitu alam semesta tercipta sebagai sesuatu yang khusus bagi manusia untuk mengemban amanah dari Allah Swt sebagai khalifah yang mau memimpin, memelihara, mempertahankan serta menimbulkan alam ini sebagai sarana dalam berkehidupan dengan menjangkau berbagai wawasan ilmu wawasan. Dengan memamfaatkan sebaik mungkin apa saja yang terkandung dari penciptaan alam ini. Dari itulah manusia akan tahu apa hakikat tujuan diciptakannya alam semesta bagi mereka yang pada pada dasarnya akan menghantarkan insan menjadi hamba yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah Swt.
4. Implikasi penciptaan alam semesta terhadap pendidikan islam
Islam menegaskan bahwa esensi alam semesta adalah selain dari Allah Swt. Dia yaitu al-Rabb, yakni Tuhan Maha Pencipta yang menciptakan seluruh Makhluk yang makro dan mikro kosmos. Al-syaibany sebagaimana yang tertera dalam bukunya Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam menjelaskan bahwa proses pendidikan yakni memberikan sesuatu kepada titik kesempurnaannya secara berangsur-angsur. Karenanya, implikasi filosofi kepada pendidikan islam yakni bahwa pendidikan islam merupakan sebuah proses atau tahapan dimana penerima asuh diberi santunan fasilitas untuk mengembangkan kesempatanjismiyah dan ruhaniyahnya sehingga fungsional untuk melaksanakan fungsi dan tugas-tugasnya dalam kehidupan di alam semesta.[24] oleh alasannya pendidikan merupakan proses dan tahapan, maka pendidikan Islami akan berjalan secara kontiniu sepanjang kehidupan insan di tampang bumi ini.
Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang dipakai oleh insan untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak mampu hidup dan “mampu berdiri diatas kaki sendiri” dengan bergotong-royong. Karena antara manusia dan alam semesta saling memerlukan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan insan butuh alam semesta selaku sarana berinteraksi dengan insan lainnya.[25]
Seorang pendidik muslim yakin bahwa pendidikan selaku proses pertumbuhan dalam membentuk pengalaman dan perubahan yang diharapkan dalam tingkah laris individu dan kelompok cuma akan sukses melalui interaksi seseorang dengan perwujudan dan benda sekitarserta dengan alam sekeliling, daerah beliau hidup. Omar[26] berpendapat bahwa makhluk, benda dan apa yang ada di sekelilignya yakni bahagian alam luas dan manusia itu sendiri dianggap selaku sebahagian dari alam ini. Sebab itu proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya bukan sekedar faktual terbentuk dari alam yang bersifat sosial, akan tetapi dapat juga terbentuk lewat alam alamiah yang bersifat material.
Perbedaaan dalam etika, etika, adat, tradisi dan cara hidup insan ialah sangat berpengaruh dalam suatu pembentukan huruf. Penduduk pesisir umpamanya, memiliki etika dan cara hidup tersendiri. Demikian juga halnya dengan masyarakatyang bertempat tinggal di kawasan pegunungan atau sahara. Dalam hal ini juga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan sifat dan susila manusia yang bertempat tinggal di kawasan perkotaan dan pedesaaan. [27]
Dari keterangan di atas mengindikasikan bahwa alam juga dapat memberikan imbas besar bagi setiap individu atau kalangan insan yang berlawanan-beda lewat daerah tinggal, tempat atau iklim. Sehingga secara tidak langsung akan membentuk suatu watak dan sifat yang berlawanan-beda.
Meskipun alam diciptakan dan ditundukan Allah Swt untuk insan, bukan bermakna insan mampu mengenali dan memahami apa-apa yang terdapat dari padanya, alasannya hingga kini pun fenomena alam dengan segala kerahasiaan Allah Swt dalam menciptakannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh dasar inilah Al-Quran mengajurkan terhadap manusia untuk terus menggali khazanah yang terdapat dari penciptaan alam semesta ini. Anjuran dan kemungkinan untuk mempelajari alam semesta tertuang di berbagai ayat-ayat al-quran yang di antaranya:
Surat Yunus ayat 101
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah berfaedah tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi perayaan bagi orang-orang yang tidak beriman".
Dalam surat al-Ankabut ayat 20
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah membuat (insan) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam surat At-Tariq ayat 5
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa ayat di atas menunjukkan bahwa mengetahui dan mempelajari alam ialah mungkin, kalau tidak, maka Allah Swt dalam ayat-ayatNya tidak akan menganjurkan untuk mempelajarinya.[28]
Dalam perspektif Islam, manusia mesti mewujudkan tujuan kemanusiaanya di alam semesta, baik selaku Syahid Allah , `abd Allah maupun Khalifah Allah . Dalam konteks ini berdasarkan Al-Rasyidin bahwa Allah Swt mengakibatkan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untuk bersyahadah akan keberadaaan dan kemahakuasaan-Nya. Wujud nyata yang menandai syahadah itu yakni penuaian sebagai makhluk `ibadah dan pelaksanaan peran-tugas sebagai khalifah. Beliau juga menjelaskan bahwa alam semesta ialah institusi pendidikan, yaitu tempat di mana insan dididik, dibina, dilatih, dan dibimbing supaya berkemampuan merealisasikan atau mewujudkan fungsi dan tugasnya selaku `abd Allah dan khalifah dalam menerapkan amal ibadah dan amal shalih terhadap Allah Swt. Melalui proses pendidikan di alam semesta inilah, kelak Allah Swt akan menganggap siapa diantara hamban-Nya yang bisa meraih markah atau prestasi terbaik.[29]
Sebagaimana yang dikenali bahwa selain Allah Swt ialah alam semesta, dari informasi tersebut menjelaskan bahwa alam semesta terwujud dari bentuk-bentuk yang konkrit (alam positif) dan bentuk-bentuk yang Abstrak ( alam Ghaib). Oleh alasannya adalah itu pendidikan islam dalam penyusunan dan pengembangan kurikulumnya mesti mengacu kepada konsepsi islam ihwal alam semesta. Alam semesta terbagi kedalam dua bahagian yakni alam aktual dan ghaib, alam nyata yakni alam yang mampu ditangkap oleh panca indera insan melalui pengamatan dan fenomena alam ini, sedangkan alam ghaib yaitu alam yang tidak mampu ditangkap oleh panca indera manusia. Kepercayaan mengenai keberadaaan alam ghaib hanya dapat diyakini dengan keimanan yang bersumber dari Allah Swt lewat ayat-ayat yang termaktub di dalam Al-Qur`an.
Wilayah studi objek pendidikan islam tidak saja berhubungan dengan hal-hal yang dapat diamati oleh indera manusia ( fenomena) saja, tetapi meliputi segala sesuatu yang tidak mampu diamati oleh indera manusia (noumena). Yang berafiliasi dengan hal-hal yang konkrit, maka keberadaaan alam syahadah selaku objek kajian pendidikan islam menghendaki kegiatan pengamatan inderawi, akal sehat rasional, dan eksperimentasi ilmiah. Sementara itu, yang berhubungan dengan hal-hal yang ghaib, untuk dapat memahami dan mengetahuinya diperlukan acara supra inderawi dan supra rasional. Karenaya dalam pendidikan islam , ilmu-ilmu pengetahuan yang mau ditransformasikan ke dalam diri akseptor asuh tidak hanya terbatas pada pengetahuan inderawi dan rasional, namun juga tentang ilmu-ilmu laduny, isyraqi, ilumunasi, dan kewahyuan[30].
Proses pendidikan menghantarkan manusia untuk dapat memahami dengan benar ihwal keberadaaan alam semesta bersama-sama dengan apa yang terkandung di dalamnya, bagaimana manusia mampu memakai alam sebagai institusi dan objek dalam membuatkan kesempatanyang telah ada. Di sisni pemakalah memaparkan bagaimana manusia dapat mengetahui alam dengan proses pendidikan. banyak cara yang mampu dilaksanakan manusia untuk menggali khazanah alam semesta ini, tetapi, cuma beberapa hal yang mampu pemakalah paparkan.
Dalam al-quran diterangkan cara-cara mengetahui alam. Salah satu cara mengetahui alam raya ini dapat dilaksanakan melalui indera penglihatan, indera pendengaran, perasa, pencium dan peraba[31]. Artinya, semua alat utama ini dapat membantu insan untuk melaksanakan pengamatan dan eksperimen. Hal ini terdapat pada surat An-Nahl ayat 78
Dan Allah mengeluarkan kau dari perut ibumu dalam kondisi tidak mengenali sesuatupun, dan beliau memberi kamu indera pendengaran, penglihatan dan hati, semoga kau bersyukur.
Panca indera belumlah cukup atau satu-satunya jalan mengetahui alam, tetapi diperlukan lagi ialah akal sehat atau nalar.[32] Di samping alat indera dan logika manusia, ada lagi cara lain yaitu melalui wahyu dan inspirasi (ide)[33].
BAB III
PENUTUP
Makalah Hakikat Alam semesta
Makalah Hakikat Alam semesta
1. Simpulan dan Saran
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa pada hakikatnya Allah swt selaku pencipta dan sekaligus sebagai penanda jalan bagi manusia (maha guru) Tuhan didalam membuat manusia di muka bumi ini yaitu semata-semata untuk mengabdi kepada-Nya dan untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Dalam hal manusia dapat mengurus alam semesta , maka insan perlu menerima pendidikan (Subyek pendidikan dan sekaligus sebagai obyek pendidikan).
Dalam fatwa filsafat pendidikan Islami. Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, namun untuk seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan otoriter untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhluk-Nya yang patut diberi amanat itu, yakni MANUSIA. Dan oleh kesudahannya insan yakni makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sungguh mendasar, yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya ini ialah amanat Allah yang kelak akan meminta pertanggungjawaban dari seluruh manusia dalam menjalankan amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan pribadi, akan tetapi melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan faktor. Ini tidak berarti Allah Swt tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sealigus, Akan namun justru karena ada proses itulah maka tercipta dan timbul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi insan itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah Swt, yakni flora dan fauna. Kehidupan yang demikian adalah proses korelasi interaktif secara harmonis dan sebanding yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya.
DAFTAR PUSTAKA
- Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1 (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
- Ghulsyani, Mahdi, Filsafat Sains Menurut Al-Qur`an (Bandung: Mizan, 1993)
- H.M.Hadi Masruri dan H.Imron Rossidy, Filsafat Sains Dalam AlQur`an: Melacak Kerangka Dasar Integrasi Ilmu dan Agama (Malang: UIN Malang Press, 2007)
- Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), cet. Ke-1
- an-Nahlawi, Abdurrahman, Ushulut tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal mujtama` terj shihabuddin (Beirut: dar al-fikr al-mu`asyir, 1983)
- Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008)
- Zar, Sirajuddin, Konsep penciptaan alam dalam pedoman Islam, Sains dan AlQur’an (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 1999)
- Syam, Mohammad Noor, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat Pendidikan Pancasila (Surabaya: Usaha Nasional, 1986)
- al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy terj Hasan Langulung, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
- Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
---------------------
[1] Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), cet. Ke-1, hal. 289
[2] ibid
[3] Sirajuddin Zar, Konsep penciptaan alam dalam ajaran Islam, Sains dan AlQur’an (Jakarta: RajaGrafindo Perkasa, 1999), hal. 19
[4] Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam, Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Axiologi Praktik Pendidikan (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), hal. 3
[5] Al-Rasyidin, Ibid., h. 4
[6] Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany terj Hasan Langulung, Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 58
[7] M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah kutipan Al-Rasyidin, Op Cit., h. 4-5
[8] Al-Rasyidin, Ibid.
[9] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987), h. 185
[10] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 32
[11] Al-Rasyidin, Op Cit., h. 6
[12] H.M.Hadi Masruri dan H.Imron Rossidy, Filsafat Sains Dalam AlQur`an: Melacak Kerangka Dasar Integrasi Ilmu dan Agama (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 91
[13] H.M.Hadi Masruri dan H.Imron Rossidy, ibid., h. 93
[14] Al-Rasyidin, Op Cit.
[15] Al-rasyidin, ibid., h. 8
[16] Omar, Op Cit., h. 75-76
[17] Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut Al-Qur`an (Bandung: Mizan, 1993), h. 95
[18] Abdurrahman an-nahlawi, Ushulut tarbiyah Islamiyah wa asalibiha fil baiti wal madrasati wal mujtama` terj shihabuddin, (Beirut: dar al-fikr al-mu`asyir, 1983), h. 52
[19] Mahdi Ghulsyani, Op Cit., h. 78
[20] Al-Rasyidin, Op Cit., h. 9
[21] Omar, Op Cit., h. 77
[22] Al-Rasyidin, Op Cit., h. 10
[23] Langulung, Op Cit., h. 185
[24] Al-Rasyidin, Op Cit., h. 11
[25] Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 153.
[26] Omar, Op Cit., h. 57
[27] Ibid., h. 58
[28] Mahdi Ghulsyani, Op Cit., h. 79
[29] Al-rasyidin, Op Cit., h. 12
[30] Ibid
[31] Mahdi, Op Cit., h. 83
[32] Akal sungguh berfungsi untuk menjawab pertanyaan yang tidak dapat terselesaikan melalui observasi panca indera manusia. Mahdi, Ibid., h. 84
[33] Ibid
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com
EmoticonEmoticon