BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Faktor-Faktor Psikis
Yang Berpengaruh Terhadap Proses Dan Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Makalah Faktor-Faktor Psikis
Yang Berpengaruh Terhadap Proses Dan Hasil Belajar
Untuk mengerti kegiatan yang disebut “berguru”, perlu dikerjakan analisis untuk mendapatkan masalah-dilema apa yang terlibat di dalam acara mencar ilmu itu. Dikatakan bahwa berguru merupakan sebuah proses. Sebagai sebuah proses sudah barang pasti harus ada yang diproses (masukan atau input), dan hasil pemerosesan (keluaran atau out put).
Di dalam proses mencar ilmu mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan atau input yakni siswa yang mempunyai karaktristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai , fisiologis adalah bagaimana keadaan fisiknya panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis ialah perhatian, kognitif, afektif dan motivasi.
Yang termasuk instrumental input atau faktor-aspek yang disengaja dirancang yaitu kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang menawarkan pengajaran, fasilitas dan akomodasi, serta administrasi yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan system maka instrumental input ialah factor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapai hasil yang diharapkan, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses berguru mengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar.
Di dalam pembahasan makalah ini, akan membahas tentang : Prinsip dasar berguru mengajar, Hasil berguru selaku tujuan, Karakteristik hasil berguru yang di harapkan, dan Aspek psikis aspek penentu kesuksesan mencar ilmu.
1. Prinsip Dasar Proses Belajar Mengajar
a. Prinsip-prinsip Belajar
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh andal bisa dirangkum prinsip-prinsip mencar ilmu antara lain sebagai berikut :
a. Belajar akan berhasil bila diikuti kemaian dan tujuan tertentu.
b. Belajar akan lebih berhasil jikalau dibarengi berbuat, latihan dan ulangan.
c. Belajar akan lebih berhasil jika member sukses yang mengasyikkan.
d. Belajar lebih berhasil jikalau tujuan belajar berhubungan dengan kegiatan mencar ilmu itu sendiri atau berafiliasi dengan keperluan hidup.
e. Belajar lebih berhasil kalau bahan yang sedang dipelajari dimengerti, bukan sekedar menghafal fakta.
f. Dalam proses mencar ilmu membutuhkan santunan dan panduan orang lain.
g. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya pergeseran dalam diri si pelajar.
h. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.[1]
b. Prinsip Dasar Proses Belajar Mengajar
Menurut Moh. Uzer Usman, proses belajar mengajar adalah sebuah proses yang mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berjalan dalam suasana edukatif untuk meraih tujuan tertentu.[2]
Belajar dan mengajar ialah proses acara komunikasi dua arah. Proses mencar ilmu mengajar ialah kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa selaku pelajar yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar yang mengajar. Kemampuan mengorganisir proses belajar mengajar ialah kesanggupan para guru dalam menciptakan situasi komunikasi yang edukatif antar pendidik penerima ajar yang meliputi segi kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagai upaya mempelajari sesuatu menurut penyusunan rencana sampai dengan tahap penilaian dan tindak lanjut biar tercapai tujuan pengajaran.
Guru selaku fasilitaor dalam proses mencar ilmu mengajar bertugas membuat situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru mesti mempersiapkan aktivitas pengajaran secara sistematis, sehingga dapat cekatan dalam proses mencar ilmu mengajar. Beberapa standar yang bisa digunakan dalam menganggap proses mencar ilmu mengajar antara lain yaitu sebagai berikut[3] :
a. Konsistensi aktivitas berguru mengajar dengan kurikulum.
b.Keterlaksanaannya oleh guru.
c. Keterlaksanaannya olh siswa.
d. Morivasi mencar ilmu siswa.
e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan mencar ilmu.
f. Interaksi guru-siswa.
g.Kmampuan atau keahlian guru mengajar.
h.Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa.
2. Hasil Belajar Sebagai Tujuan
Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh karena itu hasil berguru siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan mutu pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori mencar ilmu belajar di sekolah dari Blomm yang mengatakan ada tiga variable utama dalam teori belajar di sekolah, yakni karakteristik individu, mutu, dan hasil berguru siswa. Sedangkan Carrol beropini bahwa hasil berguru siswa dipengaruhi lima aspek, ialah (a). Bakat pelajar, (b). Waktu yag tesedia untuk belajar, (c). Waktu yang diharapkan untuk menerangkan pelajaran, (d). Kualitas pengajaran, dan (e). Kemampuan individu.[4]
Dalam proses mencar ilmu individu sering mengabaikan perihal perkembangan hasil mencar ilmu selama dalam belajarnya. Penelitian menunjukkan, bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya yakni penting, sebab dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah diraih, seseorang akan lebih berupaya mengembangkan hasil mencar ilmu selanjutnya.[5]
Hasil mencar ilmu yang diraih siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu aspek dari lingkungan. Faktor yang tiba dari diri siswa terutama kesanggupan yang dimilikinya. Faktor kesanggupan siswa sangat besar sekali pengaruh terhadap hasil berguru yang dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil berguru siswa di sekolah 70 persen dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan.[6]
Di samping aspek kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada aspek lain, mirip motivasi berguru, minat dan perhatian, perilaku dan kebiasaan berguru, keteguhan, social, ekonomi, dan aspek fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik minatpara jago pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh donasi bantuan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil mencar ilmu siswa, merupakan hal logis da wajar, alasannya hakikat tindakan mencar ilmu yaitu perubahan tinggah laris individu yang diniati dan disadarinya. Siswa mesti mencicipi adanya sesuatu kebutuhan untuk mencar ilmu dan berprestasi. Ia harus mengerahkan segala upaya untuk mencapainya.[7]
3. Karakteristik Hasil Belajar Yang Diharapkan
Karakteristik hasil belajar yang dibutuhkan ada dua aspek[8], ialah :
a. Pengajaran Ditinjau dari Segi Prosesnya
a. Jelas merinci apa yang mau dinilai yang menjadi prioritas dalam proses evaluasi.
b.Suatu mekanisme peenilaian haruslah dipilih karema berkaitan dengan karakteristik atau unjuk kerja yang diukur.
c. Penilaian yang komprehensif membutuhkan beraneka prosedur.
d. Penilain memerlukan pengetahuan mengenai keterbatasannya.
e. Penilaian merupakan suatu cara untuk mendapatkan apa yang akan diinginkan, bukan akhir dari prose situ sendiri.
Karakteristik Perubahan Hasil Belajar, ialah Perubahan Intnsional, pergeseran faktual-aktif, dan pergantian efektif fungsional.[10]
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses berguru mengajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dikerjakan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karaktristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sedikitnya ia merasakan pergantian dalam dirinya, mirip penambahan pengetahuan, kbiasaan, perilaku dan pandangan tertentu, keeterampilan dan seterusnya. Sehubungan dengan itu, pergantian yang diakibatkan mabuk, aneh, dan letih tidak termasuk dalam karakteristik mencar ilmu, karena individu tersebut tidak menyadari atau tidak mennghendaki keberadaannya.
b. Perubahn Positif-Aktif
Perubahan yang terjadi alasannya adalah proses mencar ilmu bersifat aktual dan aktif. Positif artinya baik, brmanfaat, serta sesuai dengan cita-cita. Hal ini juga berarti bahwa pergeseran tersebut senantiasa merupakan penambahan, ialah diperoleehnya sesuatu yang baru (pemahaman dan keahlian gres) yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Adapun pergantian aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya mirip alasannya proses kematangan (misalnya, bayi yag bisa merangkak sehabis bisa duduk) namun karena usaha siswa itu sendiri.
c. Perubahan Efektif-Fungsional
Perubahan yang timbul sebab proses belajar bersifat efektif, yaitu beerhasil guna. Artinya pergeseran tersebut menenteng pengaruh, bernakna, dan faedah tertentu bagi siswa. Seelain itu, pergeseran belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap ketika bila diperlukan, pergeseran tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsioanl diperlukan memberikan faedah yang luas contohnya ketika siswa menempuh cobaan dan mengikuti keadaan dengan lingkungan sehari-hari dalam menjaga kehidupannya.
Selain itu pergantian yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya pergantian-pergantian aktual lainnya. Sebagai acuan kalau seorang siswa belajar menulis, maka disamping akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, beliau , juga akan mampu menemukan kecakapan lainnya seperti menciptakan catatan, mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.
4. Aspek Psikis Faktor Penentu Keberhasilan Belajar
Aspek psikis ialah keadaan rohaniah siswa mampu menghipnotis kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial ialah tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, minat dan motivasi.[11] Faktor-faktor psikis memang sangat menentukan di dalam belajar. Diantara faktor-aspek psikis yang memilih keberhasilan dalam mencar ilmu, yakni[12] :
1) Perhatian
Pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek atau banyak sekurang-kurangnya kesadaran yang menyertai kegiatan yang dikerjakan dinamakan perhatian. Dilihat banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas, perhatian bias dibedakan menjadi :
- Perhatian Intensif
- Perhatian Tidak Intensif
Makin intensif perhatian belajar semakin berhasillah belajar, oleh kesannya materi dan penyampaian sebaiknya bisa menimbulkan perhatian yang intensif. Dilihat dari timbulnya perhatian bias dibedakan menjadi :
- Perhatian Spontan
- Perhatian Reflektif
Perhatian jenis pertama timbul seperti tanpa disengaja, sedang jenis kedua muncul alasannya usaha. Apabila dipandang dari luasnya obyeknya perhatian bias dibagi menjadi :
- Perhatian Konsentratif
- Perhatian Distributif
Guru mempunyai peran menertibkan lingkungan.kelas sedemikian rupa, sehingga memungkinkan suburnya perhatian konsentratif dalam setiap proses mencar ilmu mengajar berlangsnng.
Satu hal lagi yang sangat penting dan mempunyai relasi yang sungguh erat dengan aktivitas mencar ilmu, ialah hal-hal yang menarik perhatian. Secara gelobal mampu dibedakan menjadi:
- Hal-hal yang keluar dari konteksnya
- Hal-hal yang berafiliasi dengan keperluan individu, kegemaran, pekerjaan, kemampuan, dan sejarah hidup serta kelompoknya.
Orang remaja dan guru akan lebih baik jikalau senantiasa menyadari hubungan antara suatu materi yang dipelajari anak dengan cita-citanya, pekerjaan, dan pemenihan keperluan nati sehabis remaja, dan jikalau guru menciptakan diktat, ringkasan atau membimbing anak membaca buku ada keuntungannya membiasakan mereka dengan menandai kalimat/kata-kata penting tertentu, misalnya dengan garis bawah, tulisan tebal, tulisan miring diantara tulisan tegak yang lain.
2) Kognitif
a. Pengamatan
Pengamatan yakni sebuah daya jiwa untuk memasukkan kesan dari luar melalui/dengan memakai alat indera, mirip : melihat, mendengar, mencium, meraba sesuatu dan sebagainya. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan wawasan seseorang. Fungsi pengamatan ini disebut fungsi reseptif dan berlaku pada abad sekarang.[13]
Secara lazim manusia mengenal dunia kasatmata lewat observasi ialah dengan melihat, mendengar, membau, mengecap, dan meraba. Maka tidak aneh jikalau kalangan ajaran jiwa Gestalt menyatakan bahwa panca indra yakni pintu gerbang ilmu wawasan yang penting dan mutlak mempunyai dampak terhadap belajar. Salah satu bukti contohnya orang bau tanah yang cuma kurang satu panca indra dari lima panca indra ternyata lamban dalam mencar ilmu, walaupun sudah ada pemberian huruf braile.
Ada 4 faktor yang memungkinkan terjadinya sebuah observasi, adalah : perangsang (stimulus benda yang diperhatikan), alat indera, otak dan perhatian.
b. Tanggapan Dan Fantasi
Bayangan yang tinggal dalam ingatan sehabis melaksanakan observasi bias disebut balasan, sedangkan daya untuk membentuk tanggapan-balasan gres menurut tanggapan0tanggapan yang sudah ada dinamakan fantasi.
Pentingnya jawaban dalam belajar bisa kita lihat kembali persepsi Herbert, ia menganggap jiwa insan terdiri unsur-elemen kecil berupa tanggapan, berguru tidak lain yakni menghimpun balasan-jawaban sebanyak-banyaknya.
Fantasi yakni daya jiwa untuk menciptakan balasan-balasan atau kesan-kesan yang gres dengan dukungan balasan-balasan yang telah ada.
Sedangkan fantasi kita pun mampu menandakan pentingnya, dengan fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain, memungkinkan manusia melepaskan diri dari waktu dan kawasan serta memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dituju. Hingga dengan fantasi manusia mampu berguru sejarah dan mampu berguru mengarang, mencipta, merancang, dan sebagainya.
Di dalam fungsinya daya fantasi menyertai daya pengamatan dan daya berpikir manusia. Di dalam penyertaan terhadap observasi, fantasi kadang-kadang membantu diperolehnya hasil observasi yang baik, tetapi kadang kala mampu juga merusak/mengacaukan proses dan hasil pengamatan.
c. Ingatan
Kesan-kesan yang tertinggal dari observasi di dalam diri insan yang berupa tanggapan-tanggapan maupun pengertian itu disimpan untuk di saat-waktu dikeluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan itu disebut daya ingatan.
Sifat-sifat ingatan tiap-tiap orang berlainan-beda. Ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu yang lama tidak cepat dilupakan dan ada yang sebaliknya. Ada yang gampang mengenang pada waktu bilamana saja dan di mana saja, namun ada juga yang sulit mengingat sesuatu, kalau tidak pada waktu dan kawasan tertentu.
Batasan ingatan yang terbanyak diutarakan mahir jiwa yakni mencamkan kesan-kesan, menyimpan dan memproduksikan. Perencanaan tersebuta akan sanagt dibantu antara lain oleh pembagian waktu yang tepat, tata cara yang cocok, pemakaian sketsa, ikhtisar, dan table-tabel. Secara keseluruhan kenangan sanagt menolong mencar ilmu, insan hampir tidak pernah mencar ilmu tanpa sumbangan kenangan materi yang mendahuluinya.
Mengingat dengan maksud agar ingat wacana sesuatu, belum termasuk sebagai kegiatan mencar ilmu. Mengingat yang tidak didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut yakni tergolong aktivitas mencar ilmu, terlebih mengenang itu bekerjasama dengan acara-aktivitas belajar yang lain.[14]
d. Berpikir
Berpikir yaitu acara jiwa dengan arah yang diputuskan oleh duduk perkara yang dihadapi. Proseesnya diawali dengan pembentukan pemahaman, diteruskan pembentukan pertimbangan dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Cepat lambatnya berpikir bagi individu sanngat besar pengaruhnya terhadap berguru, utamanya belajar jenis pemecahan problem. Adapun yang menjadi obyek serta maksudnya, berpikir ialah aktivitas berguru. Dengan berpikir, orang menemukan penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu perihal hubungan sesuatu.[15]
3) Faktor Afektif
Afektif meliputi perasaan, emosi, dan situasi hati. Dalam kondisi stabil dan normal perasaan sungguh menolong individu melaksanakan tindakan belajar, tetapi dengan perasaan intensitas sedemikian tinggi, sehingga eksklusif kehilangan control yang wajar terhadap dirinya, misalnya takut, murka, resah, putus asa atau sangat besar hati, ini semua sangat menghambat proses berguru, sedangkan kondisi efektif individu yang lebih bersifat tetap mampu disebut situasi hati dan secara garis besar mampu dibedakan menjadi suasana perasaan riang dan suasana perasaan sedih. Yang disebutkan pertama menolong mencar ilmu, sedang yang terakhir sangat mengusik perbuatan mencar ilmu.
4) Faktor Motivasi
Keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan guna meraih sebuah tujuan bisa disebut motivasi. Motivasi dikatakan murni kalau diri individu ada harapan yang besar lengan berkuasa untuk mencapai hasil mencar ilmu itu sendiri. Secara umum. Terdapat peranan penting motivasi dalam berguru, yaitu :
a. Motivasi ialah daya penggerak psikis dalam diri siswa yang metimbulkan aktivitas belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan.
b. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa bahagia dalam berguru, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi memiliki energy yang banyak dalam melaksanakan acara mencar ilmu.[16]
Dalam buku mencar ilmu dan pembelajaran Ali Imran (1996), mengemukakan enam unsure atau factor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran keenam factor tersebut yakni selaku berikut :
a. Cita-cita/ aspirasi pembelajar.
b. Kemampuan pembelajar.
c. Kondisi pembelajar.
d. Kondisi lingkungan pembelajar.
e. Unsur-komponen dinamis belajar/pembelajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar
Dalam upaya memotivasi ada empat cara,ialah :
a. Mengoptimalkan prinsip-prinsip belajar.
b. Mengoptimalkan unsure-unsur berguru.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pembelajar..
d. Mengembangkan aspirasi dalam mencar ilmu.
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan motivasi ekstinsik. Motivasi instrinsik ialah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ektrinsik adalah motivasi yang dating dari luar, contohnya dukungan kebanggaan, pemberian nilai hingga perlindungan kado dan aspek-faktor eksternal yang lain yang memiliki daya dorong motivasional.[17]
Dari aneka macam teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat dipraktekkan dalam proses pembelajaran, yang disebut selaku ARCS model adalah Attention (perhatian), Relevansi (Relevansi), Confidence (keprcayaan diri), dan Satisfaction (kepuasaan). Dalam proses dan pem belajaran, kempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekkan untuk trus dijaga sehingga motivasi siswa terplihara selama proses belajar dan pembelajaran beerlangsung.[18]
Attention (perhatian), ialah dorongan ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini timbul alasannya adalah dirangsang lewat elemen-elemn baru, asing, baru lain dengan yang telah ada, dan kotradiktif/kompleks. Terdapat beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, ialah sebagai berikut ;
a. Gunakan sistem penyampaian yang beragam.
b. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran.
c. Gunakan humor dalam pnyajian pembelajaran.
d. Gunakan pristiwa positif, ankdot dan teladan-teladan untuk memperjelas desain yang diutarakan.
e. Gunakan teknik mengajukan pertanyaan untuk melibatkan siswa.
Relevansi (Relevansi), ialah adanya korelasi yang ditunjukkan antara bahan pembelajaran, keperluan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang mampu dipakai untuk mnunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yakni selaku berikut :
a. Sampaikan kepada siswa apa yang mampu mereka kerjakan sehabis memplajari bahan pembelajaran.
b. Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan dipelajari.
c. Berikan acuan latihan/tes yang pribadi bekerjasama dengan kondisi siswa atau profeesi tertentu.
Confidence (keprcayaan diri), ialah merasa diri kompeten atau bisa merupakan kesempatanuntuk dapat berintraksi dengan lingkungan. Motivasi akan berkembangsejalan dengan meningkatnya keinginan untuk beerhasil. Ada sejumlah strategi untuk memajukan iman didir, yaitu selaku berikut :
a. Meningkatkan impian siswa untuk sukses dengan memperbanyak pengalaman berhasil.
b. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus.
c. Meningkatkan keinginan untuk berhasil dengan memakai kriteria untuk sukses.
d. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa.
e. Tumbuh kembangkan keyakinan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun.
f. Berikan umpan balik kontruktif selama pembelajaran, biar siswa mengetahui sejauhmana pemahaman dan prestasi mencar ilmu mereka.
Satisfaction (kepuasaan). Yaitu merupakan kepuasan kebrhasilan dalam meraih suatu tujuan akan menciptakan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha meraih tujuan yang sama. Ada sejumlah taktik untuk mencapai kepuasan, siswa akan termotivasi untuk mencapai kepuasan, yaitu sebagai berikut :
a. Gunakan pujian seecara lisan, umpan balik yang informative, bukan bahaya atau sejenisnya.
b. Berikan peluang kepada siswa untuk secepatnya memakai/mempraktikkan wawasan yang baru dipelajari.
c. Minta terhadap siswa yang sudah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum sukses.
d. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di kurun kemudian dengan sebuah standar tertentu, bukan dengan siswa lain.
Prinsip-prinsip berguru ialah : Belajar akan berhasil bila disertai kemaian dan tujuan tertentu, Belajar akan lebih sukses kalau diikuti berbuat, latihan dan ulangan, Belajar akan lebih berhasil bila member berhasil yang menggembirakan, Belajar lebih berhasil bila tujuan mencar ilmu berafiliasi dengan aktivitas mencar ilmu itu sendiri atau berafiliasi dengan kebutuhan hidup, Belajar lebih berhasil jikalau materi yang sedang dipelajari diketahui, bukan sekedar menghafal fakta, Dalam proses berguru memerlukan sumbangan dan tutorial orang lain, Hasil mencar ilmu dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar, Ulangan dan latihan perlu akan namun harus didahului oleh pemahaman.
Belajar dan mengajar merupakan proses acara komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar ialah acara yang integral (terpadu) antara siswa selaku pelajar yang sedang mencar ilmu dan guru sebagai pengajar yang mengajar. Kemampuan mengorganisir proses mencar ilmu mengajar adalah kesanggupan para guru dalam membuat situasi komunikasi yang edukatif antar pendidik peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotorik, selaku upaya mempelajari sesuatu menurut penyusunan rencana hingga dengan tahap penilaian dan tindak lanjut supaya tercapai tujuan pengajaran.
Hasil berguru pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil mencar ilmu siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan mutu pengajaran. Karakteristik hasil berguru yang dibutuhkan ada dua faktor, adalah : Pengajaran Ditinjau dari Segi Prosesnya, pengajaran ditinjau dari sisi hasil belajar. Diantara aspek-faktor psikis yang menentukan kesuksesan dalam belajar, ialah perhatian, kognitif, afektif dan motivasi.
[1]Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang : Pustaka Pelajar, 2008), h. 69
[2]Surya Subrata, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 19
[3] Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2005.
[4]Ahmad Sabri, Quantum Teaching, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Ciputat Press, 2010), h. 45-46
[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang : Rineka Cipta, 1990), h. 111
[6] Ahmad Sabri, h. 45
[7]Ibid.
[8] Ibid, h. 38-44
[9]Evelin, Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), h. 145
[10]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo, 2005), h. 117-119
[11]Varia Winansih, Diktat Psikologi Pendidikan, (Medan : IAIN, 2005), h. 18
[12] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, h. 71-77
[13]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Karya, 1988), h. 39
[14]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 111
[15]Ibid.
[16]Evelin , Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, h. 51
[17] Ibid, h. 57
[18]Ibid, h. 142-143
Di dalam proses mencar ilmu mengajar di sekolah, maka yang dimaksud masukan atau input yakni siswa yang mempunyai karaktristik tertentu, baik fisiologis maupun psikologis. Mengenai , fisiologis adalah bagaimana keadaan fisiknya panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis ialah perhatian, kognitif, afektif dan motivasi.
Yang termasuk instrumental input atau faktor-aspek yang disengaja dirancang yaitu kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang menawarkan pengajaran, fasilitas dan akomodasi, serta administrasi yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan system maka instrumental input ialah factor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapai hasil yang diharapkan, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses berguru mengajar itu akan terjadi di dalam diri pelajar.
Di dalam pembahasan makalah ini, akan membahas tentang : Prinsip dasar berguru mengajar, Hasil berguru selaku tujuan, Karakteristik hasil berguru yang di harapkan, dan Aspek psikis aspek penentu kesuksesan mencar ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Faktor-Faktor Psikis
Yang Berpengaruh Terhadap Proses Dan Hasil Belajar
PEMBAHASAN
Makalah Faktor-Faktor Psikis
Yang Berpengaruh Terhadap Proses Dan Hasil Belajar
1. Prinsip Dasar Proses Belajar Mengajar
a. Prinsip-prinsip Belajar
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh andal bisa dirangkum prinsip-prinsip mencar ilmu antara lain sebagai berikut :
a. Belajar akan berhasil bila diikuti kemaian dan tujuan tertentu.
b. Belajar akan lebih berhasil jikalau dibarengi berbuat, latihan dan ulangan.
c. Belajar akan lebih berhasil jika member sukses yang mengasyikkan.
d. Belajar lebih berhasil jikalau tujuan belajar berhubungan dengan kegiatan mencar ilmu itu sendiri atau berafiliasi dengan keperluan hidup.
e. Belajar lebih berhasil kalau bahan yang sedang dipelajari dimengerti, bukan sekedar menghafal fakta.
f. Dalam proses mencar ilmu membutuhkan santunan dan panduan orang lain.
g. Hasil belajar dibuktikan dengan adanya pergeseran dalam diri si pelajar.
h. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.[1]
b. Prinsip Dasar Proses Belajar Mengajar
Menurut Moh. Uzer Usman, proses belajar mengajar adalah sebuah proses yang mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berjalan dalam suasana edukatif untuk meraih tujuan tertentu.[2]
Belajar dan mengajar ialah proses acara komunikasi dua arah. Proses mencar ilmu mengajar ialah kegiatan yang integral (terpadu) antara siswa selaku pelajar yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar yang mengajar. Kemampuan mengorganisir proses belajar mengajar ialah kesanggupan para guru dalam menciptakan situasi komunikasi yang edukatif antar pendidik penerima ajar yang meliputi segi kognitif, afektif dan psikomotorik, sebagai upaya mempelajari sesuatu menurut penyusunan rencana sampai dengan tahap penilaian dan tindak lanjut biar tercapai tujuan pengajaran.
Guru selaku fasilitaor dalam proses mencar ilmu mengajar bertugas membuat situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Sebelum mengajar, guru mesti mempersiapkan aktivitas pengajaran secara sistematis, sehingga dapat cekatan dalam proses mencar ilmu mengajar. Beberapa standar yang bisa digunakan dalam menganggap proses mencar ilmu mengajar antara lain yaitu sebagai berikut[3] :
a. Konsistensi aktivitas berguru mengajar dengan kurikulum.
b.Keterlaksanaannya oleh guru.
c. Keterlaksanaannya olh siswa.
d. Morivasi mencar ilmu siswa.
e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan mencar ilmu.
f. Interaksi guru-siswa.
g.Kmampuan atau keahlian guru mengajar.
h.Kualitas hasil belajar yang dicapai siswa.
2. Hasil Belajar Sebagai Tujuan
Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh karena itu hasil berguru siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan mutu pengajaran. Pendapat ini sejalan dengan teori mencar ilmu belajar di sekolah dari Blomm yang mengatakan ada tiga variable utama dalam teori belajar di sekolah, yakni karakteristik individu, mutu, dan hasil berguru siswa. Sedangkan Carrol beropini bahwa hasil berguru siswa dipengaruhi lima aspek, ialah (a). Bakat pelajar, (b). Waktu yag tesedia untuk belajar, (c). Waktu yang diharapkan untuk menerangkan pelajaran, (d). Kualitas pengajaran, dan (e). Kemampuan individu.[4]
Dalam proses mencar ilmu individu sering mengabaikan perihal perkembangan hasil mencar ilmu selama dalam belajarnya. Penelitian menunjukkan, bahwa pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya yakni penting, sebab dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah diraih, seseorang akan lebih berupaya mengembangkan hasil mencar ilmu selanjutnya.[5]
Hasil mencar ilmu yang diraih siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu aspek dari lingkungan. Faktor yang tiba dari diri siswa terutama kesanggupan yang dimilikinya. Faktor kesanggupan siswa sangat besar sekali pengaruh terhadap hasil berguru yang dicapai, seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil berguru siswa di sekolah 70 persen dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan.[6]
Di samping aspek kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada aspek lain, mirip motivasi berguru, minat dan perhatian, perilaku dan kebiasaan berguru, keteguhan, social, ekonomi, dan aspek fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik minatpara jago pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh donasi bantuan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil mencar ilmu siswa, merupakan hal logis da wajar, alasannya hakikat tindakan mencar ilmu yaitu perubahan tinggah laris individu yang diniati dan disadarinya. Siswa mesti mencicipi adanya sesuatu kebutuhan untuk mencar ilmu dan berprestasi. Ia harus mengerahkan segala upaya untuk mencapainya.[7]
3. Karakteristik Hasil Belajar Yang Diharapkan
Karakteristik hasil belajar yang dibutuhkan ada dua aspek[8], ialah :
a. Pengajaran Ditinjau dari Segi Prosesnya
- Apakah pengajaran dijadwalkan dan dipersiapkan apalagi dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik, ataukah sebuah proses yang bersifat otomatis dari guru disebabkan telah menjadi pekerjaan rutin ?
- Apakah aktivitas siswa mengajar dimotivasi guru sehingga beliau melaksanakan kegiatan berguru dengan sarat kesadaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk menemukan tingkat penguasaan wawasan, kesanggupan serta sikap yang diinginkan dari pengajaran itu sendiri.
- Apakah siswa menempuh beberapa acara belajar sebagai akhir penggunaan multi media yang digunakan guru, ataukah terbatas pada satu kegiatan belajar saja ?.
- Apakah siswa mempunyai potensi untuk menertibkan dan menganggap hasil mencar ilmu yang dicapainya ataukah dia tidak mengenali apakah yang ia kerjakan itu benar atau salah.
- Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas ataukah cuma siswa yang tertentu yang aktif belajar ?.
- Apakah suasana pengajaran atau proses mencar ilmu mengajar cukup menyenang dan merangsang siswa berguru ataukah situasi yang mengkhawatirkan atau menakutkan ?.
- Apakah kelas mempunyai fasilitas mencar ilmu yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium berguru ataukah kelas yang hampa dan miskin dengan sarana berguru, sehingga tidak memungkinkan siswa melaksanakan acara berguru yang maksimal ?.
- Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran Nampak dalam bentuk pergeseran tingkah laku secara menyeluruh yang terdiri atas unsure kognitif, afektif dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa, ataukauh hasil berguru yang bersifat tunggal dan terlepas satu sama lain, sehingga tidak membentuk satu integritas pribadi.
- Apakah hasil mencar ilmu yang diraih siswa dari proses pengajaran mempunyai daya guna dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan siswa, khususnya dalam pemecahan persoalan yang dihadapinya, ataukah sebuah hasil sifatnya samar-samar sehingga tidak mampu dipraktekkan.
- Apakah hasil belajat yang diperoleh siswa tahan usang diingat dan mengendap dalam pikirannya serta cukup mensugesti sikap dirinya, ataukah bersifat incidental masuk dari indera pendengaran kiri dan keluar dari pendengaran kanan.
- Apakah yakin bahwa pergantian yang ditujukan oleh siswa merupakan balasan dari proses pengajaran, ataukan pergantian itu sebagai akibat lain di luar proses pembelajaran .
a. Jelas merinci apa yang mau dinilai yang menjadi prioritas dalam proses evaluasi.
b.Suatu mekanisme peenilaian haruslah dipilih karema berkaitan dengan karakteristik atau unjuk kerja yang diukur.
c. Penilaian yang komprehensif membutuhkan beraneka prosedur.
d. Penilain memerlukan pengetahuan mengenai keterbatasannya.
e. Penilaian merupakan suatu cara untuk mendapatkan apa yang akan diinginkan, bukan akhir dari prose situ sendiri.
Karakteristik Perubahan Hasil Belajar, ialah Perubahan Intnsional, pergeseran faktual-aktif, dan pergantian efektif fungsional.[10]
a. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses berguru mengajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dikerjakan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karaktristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sedikitnya ia merasakan pergantian dalam dirinya, mirip penambahan pengetahuan, kbiasaan, perilaku dan pandangan tertentu, keeterampilan dan seterusnya. Sehubungan dengan itu, pergantian yang diakibatkan mabuk, aneh, dan letih tidak termasuk dalam karakteristik mencar ilmu, karena individu tersebut tidak menyadari atau tidak mennghendaki keberadaannya.
b. Perubahn Positif-Aktif
Perubahan yang terjadi alasannya adalah proses mencar ilmu bersifat aktual dan aktif. Positif artinya baik, brmanfaat, serta sesuai dengan cita-cita. Hal ini juga berarti bahwa pergeseran tersebut senantiasa merupakan penambahan, ialah diperoleehnya sesuatu yang baru (pemahaman dan keahlian gres) yang lebih baik dari pada yang sebelumnya. Adapun pergantian aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya mirip alasannya proses kematangan (misalnya, bayi yag bisa merangkak sehabis bisa duduk) namun karena usaha siswa itu sendiri.
c. Perubahan Efektif-Fungsional
Perubahan yang timbul sebab proses belajar bersifat efektif, yaitu beerhasil guna. Artinya pergeseran tersebut menenteng pengaruh, bernakna, dan faedah tertentu bagi siswa. Seelain itu, pergeseran belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relative menetap dan setiap ketika bila diperlukan, pergeseran tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsioanl diperlukan memberikan faedah yang luas contohnya ketika siswa menempuh cobaan dan mengikuti keadaan dengan lingkungan sehari-hari dalam menjaga kehidupannya.
Selain itu pergantian yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya pergantian-pergantian aktual lainnya. Sebagai acuan kalau seorang siswa belajar menulis, maka disamping akan mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, beliau , juga akan mampu menemukan kecakapan lainnya seperti menciptakan catatan, mengarang surat, dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.
4. Aspek Psikis Faktor Penentu Keberhasilan Belajar
Aspek psikis ialah keadaan rohaniah siswa mampu menghipnotis kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial ialah tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, minat dan motivasi.[11] Faktor-faktor psikis memang sangat menentukan di dalam belajar. Diantara faktor-aspek psikis yang memilih keberhasilan dalam mencar ilmu, yakni[12] :
1) Perhatian
Pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek atau banyak sekurang-kurangnya kesadaran yang menyertai kegiatan yang dikerjakan dinamakan perhatian. Dilihat banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas, perhatian bias dibedakan menjadi :
- Perhatian Intensif
- Perhatian Tidak Intensif
Makin intensif perhatian belajar semakin berhasillah belajar, oleh kesannya materi dan penyampaian sebaiknya bisa menimbulkan perhatian yang intensif. Dilihat dari timbulnya perhatian bias dibedakan menjadi :
- Perhatian Spontan
- Perhatian Reflektif
Perhatian jenis pertama timbul seperti tanpa disengaja, sedang jenis kedua muncul alasannya usaha. Apabila dipandang dari luasnya obyeknya perhatian bias dibagi menjadi :
- Perhatian Konsentratif
- Perhatian Distributif
Guru mempunyai peran menertibkan lingkungan.kelas sedemikian rupa, sehingga memungkinkan suburnya perhatian konsentratif dalam setiap proses mencar ilmu mengajar berlangsnng.
Satu hal lagi yang sangat penting dan mempunyai relasi yang sungguh erat dengan aktivitas mencar ilmu, ialah hal-hal yang menarik perhatian. Secara gelobal mampu dibedakan menjadi:
- Hal-hal yang keluar dari konteksnya
- Hal-hal yang berafiliasi dengan keperluan individu, kegemaran, pekerjaan, kemampuan, dan sejarah hidup serta kelompoknya.
Orang remaja dan guru akan lebih baik jikalau senantiasa menyadari hubungan antara suatu materi yang dipelajari anak dengan cita-citanya, pekerjaan, dan pemenihan keperluan nati sehabis remaja, dan jikalau guru menciptakan diktat, ringkasan atau membimbing anak membaca buku ada keuntungannya membiasakan mereka dengan menandai kalimat/kata-kata penting tertentu, misalnya dengan garis bawah, tulisan tebal, tulisan miring diantara tulisan tegak yang lain.
2) Kognitif
a. Pengamatan
Pengamatan yakni sebuah daya jiwa untuk memasukkan kesan dari luar melalui/dengan memakai alat indera, mirip : melihat, mendengar, mencium, meraba sesuatu dan sebagainya. Pengamatan merupakan dasar bagi setiap pengalaman dan wawasan seseorang. Fungsi pengamatan ini disebut fungsi reseptif dan berlaku pada abad sekarang.[13]
Secara lazim manusia mengenal dunia kasatmata lewat observasi ialah dengan melihat, mendengar, membau, mengecap, dan meraba. Maka tidak aneh jikalau kalangan ajaran jiwa Gestalt menyatakan bahwa panca indra yakni pintu gerbang ilmu wawasan yang penting dan mutlak mempunyai dampak terhadap belajar. Salah satu bukti contohnya orang bau tanah yang cuma kurang satu panca indra dari lima panca indra ternyata lamban dalam mencar ilmu, walaupun sudah ada pemberian huruf braile.
Ada 4 faktor yang memungkinkan terjadinya sebuah observasi, adalah : perangsang (stimulus benda yang diperhatikan), alat indera, otak dan perhatian.
b. Tanggapan Dan Fantasi
Bayangan yang tinggal dalam ingatan sehabis melaksanakan observasi bias disebut balasan, sedangkan daya untuk membentuk tanggapan-balasan gres menurut tanggapan0tanggapan yang sudah ada dinamakan fantasi.
Pentingnya jawaban dalam belajar bisa kita lihat kembali persepsi Herbert, ia menganggap jiwa insan terdiri unsur-elemen kecil berupa tanggapan, berguru tidak lain yakni menghimpun balasan-jawaban sebanyak-banyaknya.
Fantasi yakni daya jiwa untuk menciptakan balasan-balasan atau kesan-kesan yang gres dengan dukungan balasan-balasan yang telah ada.
Sedangkan fantasi kita pun mampu menandakan pentingnya, dengan fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain, memungkinkan manusia melepaskan diri dari waktu dan kawasan serta memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dituju. Hingga dengan fantasi manusia mampu berguru sejarah dan mampu berguru mengarang, mencipta, merancang, dan sebagainya.
Di dalam fungsinya daya fantasi menyertai daya pengamatan dan daya berpikir manusia. Di dalam penyertaan terhadap observasi, fantasi kadang-kadang membantu diperolehnya hasil observasi yang baik, tetapi kadang kala mampu juga merusak/mengacaukan proses dan hasil pengamatan.
c. Ingatan
Kesan-kesan yang tertinggal dari observasi di dalam diri insan yang berupa tanggapan-tanggapan maupun pengertian itu disimpan untuk di saat-waktu dikeluarkan lagi. Daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan itu disebut daya ingatan.
Sifat-sifat ingatan tiap-tiap orang berlainan-beda. Ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu yang lama tidak cepat dilupakan dan ada yang sebaliknya. Ada yang gampang mengenang pada waktu bilamana saja dan di mana saja, namun ada juga yang sulit mengingat sesuatu, kalau tidak pada waktu dan kawasan tertentu.
Batasan ingatan yang terbanyak diutarakan mahir jiwa yakni mencamkan kesan-kesan, menyimpan dan memproduksikan. Perencanaan tersebuta akan sanagt dibantu antara lain oleh pembagian waktu yang tepat, tata cara yang cocok, pemakaian sketsa, ikhtisar, dan table-tabel. Secara keseluruhan kenangan sanagt menolong mencar ilmu, insan hampir tidak pernah mencar ilmu tanpa sumbangan kenangan materi yang mendahuluinya.
Mengingat dengan maksud agar ingat wacana sesuatu, belum termasuk sebagai kegiatan mencar ilmu. Mengingat yang tidak didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut yakni tergolong aktivitas mencar ilmu, terlebih mengenang itu bekerjasama dengan acara-aktivitas belajar yang lain.[14]
d. Berpikir
Berpikir yaitu acara jiwa dengan arah yang diputuskan oleh duduk perkara yang dihadapi. Proseesnya diawali dengan pembentukan pemahaman, diteruskan pembentukan pertimbangan dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Cepat lambatnya berpikir bagi individu sanngat besar pengaruhnya terhadap berguru, utamanya belajar jenis pemecahan problem. Adapun yang menjadi obyek serta maksudnya, berpikir ialah aktivitas berguru. Dengan berpikir, orang menemukan penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu perihal hubungan sesuatu.[15]
3) Faktor Afektif
Afektif meliputi perasaan, emosi, dan situasi hati. Dalam kondisi stabil dan normal perasaan sungguh menolong individu melaksanakan tindakan belajar, tetapi dengan perasaan intensitas sedemikian tinggi, sehingga eksklusif kehilangan control yang wajar terhadap dirinya, misalnya takut, murka, resah, putus asa atau sangat besar hati, ini semua sangat menghambat proses berguru, sedangkan kondisi efektif individu yang lebih bersifat tetap mampu disebut situasi hati dan secara garis besar mampu dibedakan menjadi suasana perasaan riang dan suasana perasaan sedih. Yang disebutkan pertama menolong mencar ilmu, sedang yang terakhir sangat mengusik perbuatan mencar ilmu.
4) Faktor Motivasi
Keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu tindakan guna meraih sebuah tujuan bisa disebut motivasi. Motivasi dikatakan murni kalau diri individu ada harapan yang besar lengan berkuasa untuk mencapai hasil mencar ilmu itu sendiri. Secara umum. Terdapat peranan penting motivasi dalam berguru, yaitu :
a. Motivasi ialah daya penggerak psikis dalam diri siswa yang metimbulkan aktivitas belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan.
b. Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa bahagia dalam berguru, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi memiliki energy yang banyak dalam melaksanakan acara mencar ilmu.[16]
Dalam buku mencar ilmu dan pembelajaran Ali Imran (1996), mengemukakan enam unsure atau factor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran keenam factor tersebut yakni selaku berikut :
a. Cita-cita/ aspirasi pembelajar.
b. Kemampuan pembelajar.
c. Kondisi pembelajar.
d. Kondisi lingkungan pembelajar.
e. Unsur-komponen dinamis belajar/pembelajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar
Dalam upaya memotivasi ada empat cara,ialah :
a. Mengoptimalkan prinsip-prinsip belajar.
b. Mengoptimalkan unsure-unsur berguru.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pembelajar..
d. Mengembangkan aspirasi dalam mencar ilmu.
Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi instrinsik dan motivasi ekstinsik. Motivasi instrinsik ialah motivasi yang berasal dari dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari luar, sedangkan motivasi ektrinsik adalah motivasi yang dating dari luar, contohnya dukungan kebanggaan, pemberian nilai hingga perlindungan kado dan aspek-faktor eksternal yang lain yang memiliki daya dorong motivasional.[17]
Dari aneka macam teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat dipraktekkan dalam proses pembelajaran, yang disebut selaku ARCS model adalah Attention (perhatian), Relevansi (Relevansi), Confidence (keprcayaan diri), dan Satisfaction (kepuasaan). Dalam proses dan pem belajaran, kempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekkan untuk trus dijaga sehingga motivasi siswa terplihara selama proses belajar dan pembelajaran beerlangsung.[18]
Attention (perhatian), ialah dorongan ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini timbul alasannya adalah dirangsang lewat elemen-elemn baru, asing, baru lain dengan yang telah ada, dan kotradiktif/kompleks. Terdapat beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, ialah sebagai berikut ;
a. Gunakan sistem penyampaian yang beragam.
b. Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran.
c. Gunakan humor dalam pnyajian pembelajaran.
d. Gunakan pristiwa positif, ankdot dan teladan-teladan untuk memperjelas desain yang diutarakan.
e. Gunakan teknik mengajukan pertanyaan untuk melibatkan siswa.
Relevansi (Relevansi), ialah adanya korelasi yang ditunjukkan antara bahan pembelajaran, keperluan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang mampu dipakai untuk mnunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yakni selaku berikut :
a. Sampaikan kepada siswa apa yang mampu mereka kerjakan sehabis memplajari bahan pembelajaran.
b. Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan dipelajari.
c. Berikan acuan latihan/tes yang pribadi bekerjasama dengan kondisi siswa atau profeesi tertentu.
Confidence (keprcayaan diri), ialah merasa diri kompeten atau bisa merupakan kesempatanuntuk dapat berintraksi dengan lingkungan. Motivasi akan berkembangsejalan dengan meningkatnya keinginan untuk beerhasil. Ada sejumlah strategi untuk memajukan iman didir, yaitu selaku berikut :
a. Meningkatkan impian siswa untuk sukses dengan memperbanyak pengalaman berhasil.
b. Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus.
c. Meningkatkan keinginan untuk berhasil dengan memakai kriteria untuk sukses.
d. Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa.
e. Tumbuh kembangkan keyakinan diri siswa dengan pernyataan-pernyataan yang membangun.
f. Berikan umpan balik kontruktif selama pembelajaran, biar siswa mengetahui sejauhmana pemahaman dan prestasi mencar ilmu mereka.
Satisfaction (kepuasaan). Yaitu merupakan kepuasan kebrhasilan dalam meraih suatu tujuan akan menciptakan kepuasan, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha meraih tujuan yang sama. Ada sejumlah taktik untuk mencapai kepuasan, siswa akan termotivasi untuk mencapai kepuasan, yaitu sebagai berikut :
a. Gunakan pujian seecara lisan, umpan balik yang informative, bukan bahaya atau sejenisnya.
b. Berikan peluang kepada siswa untuk secepatnya memakai/mempraktikkan wawasan yang baru dipelajari.
c. Minta terhadap siswa yang sudah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum sukses.
d. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di kurun kemudian dengan sebuah standar tertentu, bukan dengan siswa lain.
BAB III
PENUTUP
Makalah Faktor-Faktor Psikis Terhadap Proses Dan Hasil Belajar
Prinsip-prinsip berguru ialah : Belajar akan berhasil bila disertai kemaian dan tujuan tertentu, Belajar akan lebih sukses kalau diikuti berbuat, latihan dan ulangan, Belajar akan lebih berhasil bila member berhasil yang menggembirakan, Belajar lebih berhasil bila tujuan mencar ilmu berafiliasi dengan aktivitas mencar ilmu itu sendiri atau berafiliasi dengan kebutuhan hidup, Belajar lebih berhasil jikalau materi yang sedang dipelajari diketahui, bukan sekedar menghafal fakta, Dalam proses berguru memerlukan sumbangan dan tutorial orang lain, Hasil mencar ilmu dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar, Ulangan dan latihan perlu akan namun harus didahului oleh pemahaman.
Belajar dan mengajar merupakan proses acara komunikasi dua arah. Proses belajar mengajar ialah acara yang integral (terpadu) antara siswa selaku pelajar yang sedang mencar ilmu dan guru sebagai pengajar yang mengajar. Kemampuan mengorganisir proses mencar ilmu mengajar adalah kesanggupan para guru dalam membuat situasi komunikasi yang edukatif antar pendidik peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotorik, selaku upaya mempelajari sesuatu menurut penyusunan rencana hingga dengan tahap penilaian dan tindak lanjut supaya tercapai tujuan pengajaran.
Hasil berguru pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil mencar ilmu siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan mutu pengajaran. Karakteristik hasil berguru yang dibutuhkan ada dua faktor, adalah : Pengajaran Ditinjau dari Segi Prosesnya, pengajaran ditinjau dari sisi hasil belajar. Diantara aspek-faktor psikis yang menentukan kesuksesan dalam belajar, ialah perhatian, kognitif, afektif dan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
- Evelin , Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010.
- Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang : Pustaka Pelajar, 2008.
- Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Karya, 1988.
- Sabri, Ahmad, Quantum Teaching, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Ciputat Press, 2010.
- Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Malang : Rineka Cipta, 1990.
- Subrata, Surya, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
- Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2005.
- Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta, Raja Grafindo, Edisi 9, 2009
- Winansih, Varia, Diktat Psikologi Pendidikan, Medan : IAIN, 2005.
[1]Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang : Pustaka Pelajar, 2008), h. 69
[2]Surya Subrata, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 19
[3] Nana, Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2005.
[4]Ahmad Sabri, Quantum Teaching, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Ciputat Press, 2010), h. 45-46
[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang : Rineka Cipta, 1990), h. 111
[6] Ahmad Sabri, h. 45
[7]Ibid.
[8] Ibid, h. 38-44
[9]Evelin, Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), h. 145
[10]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo, 2005), h. 117-119
[11]Varia Winansih, Diktat Psikologi Pendidikan, (Medan : IAIN, 2005), h. 18
[12] Mustaqim, Psikologi Pendidikan, h. 71-77
[13]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Karya, 1988), h. 39
[14]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, h. 111
[15]Ibid.
[16]Evelin , Hartini Nara, Teori Belajar Dan Pembelajaran, h. 51
[17] Ibid, h. 57
[18]Ibid, h. 142-143
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com
EmoticonEmoticon