Rabu, 09 Desember 2020

Makalah Takhrij Hadist

 BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Takhrij Hadist
Takhrij Hadis adalah pencarian hadis sampai pada sumber aslinya hal ini merupakan sebuah bagian dari kegiatan observasi hadis Ilmiyah sebaiknya merujuk pada sumber primer secara eksklusif bukan pada sumber sekunder sumber primer itu seperti Sohih Bukhori Shohih muslim sunan tarmizi sunan abi Daud sunan Nasai sunan Ibuu majah Musnad Imam Ahmad Muatro Imam malik Mustadrok Imam Hakim dan sunan Kubro Imam Baihaqi. Adapun sumber sekunder seperti: Bullughul marani oleh Ibn. Hajar Al Askolani. Al azkar Imam Nawawi Fiqih mazhagul arbaah abd Rahman Al Jaziri Fiqih Sunnah oleh Sayyid Sabiq. Penukilan hadis yang terjadi bukan dari sumber aslinya ini disebabkan oleh banyak aspek diantaranya belum tau bagian mana cara menelusuri hadis tersebut kesumber aslinya dalam tulisan ini akan dibahas wacana takhrij dan sejarah-Nya, Fardah takhrij tata cara takhrij.


BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Takhrij Hadist

A. Pengertian Takhrij
Mahmud attahhan menerangkan pengertian Takrij menurut bahasa selaku “Berkumpulnya dua kasus yang bertentangan pada sesuatu yang satu kata”. Tahkrij sering dikatakan dalam beberapa arti :

1. Al-Istimbat (hal mengeluarkan)
2. Al-Tadrib (hal melasih)
3. at-taujih (hal memperhadapkan)[1]

sedangkan tahkrij berdasarkan istilah berlainan-beda menurut penuturan berbagai ulama. Abd. Yuhdi Abdul Qodir mendefenisikan takhrij sebagai “bahwa penulis menyebutkan hadis dengan sanad-sanadnya dalam kitab-kitabnya”.[2] Ibrohim abd. Fattah Halibah mengutib pendapat Al Manawi tentang defenisi takhrij selaku berikut: Mengembalikan hadis-hadis ketempat asalnya yang ditulis oleh ulama-ulama hadis dalam kitab jawami’, sunan dan musnad .[3]

Sementara Mahmud at-Tahhan memberi defenisi sebagai berikut:

Menunjukkan letak hadis pada sumber aslinya yang lengkap dengan sanad-sanadnya kemudian menjelaskan status atau mutu hadis bila diperlukan .[4] Dari defenisi diatas mampu kita lihat bahwa takhrij itu yakni menelusuri sebuah hadis kesumber asalnya ialah kitab-kitab Jami, sunan, dan musnad kemudian jikalau diharapkan menyebutkan kualitas hadis tersebut apakah sohih, Hasan atau doif.


B. Sejarah Ilmu Takhrij
Ulama-ulama dahulu tidak memetingkan pada kaidah ilmu takhrij alasannya pengetahuan mereka pada hadis sangat luas dan hubungan mereka sumber orisinil sungguh akrab dan besar lengan berkuasa. Apabila mereka mau membuktikan kesahihan suatu hadis dengan impulsif mereka bisa mencari dalam Kutub as-sittah bahkan di jilid beberapa terdapat hadis tersebut sehingga mudahlah bagi mereka mengetahui hadis yang didengar sumber aslinya.

Era di mana para ulama-ulama menguasai sumber orisinil hanya beberapa kurun. Para ulama selanjutnya mulai menemui kesulitan untuk mengenali sumber sebuah hadis yang terdapat dalam Kitab Fiqih Tafsir dan Tarikh maka muncullah segolongan ulama yang mulai melaksanakan Takhrij hadis terhadap karya-karya ilmu tersebut dan menerangkan kedudukan hadis itu apakah statusnya shohih. Hasan atau doif.

Di antara kitab-kitab takhrij yang pertama muncul yaitu: Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Al-Ghoroib, Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Qosim al-Mahrowam dan kitab Takhrij Ahadits al-Muhazzab oleh Abu Ishak As Syirozi. Kemudian pada era berikutnya, karya-karya dalam bidang ilmu takhrij hadis kian meluas hingga mencapai puluhan. Sumbangan karya-karya tersebut tidak dapat dibantah sangat signifikan terhadap perkembangan ilmu-ilmu keIslaman yang lain.[5]

Mahmud at-Tahhan menyebutkan bahwa tidak disangsikan lagi cabang ilmu takhrij ini sungguh penting sekali bagi setiap ilmuan yang bergelut dibidang ilmu syariah terutama bagi yang bergelut dibidang ilmu hadis dengan ilmu ini seseorang mampu menilik hadis ke sumber asalnya.[6] Ismail Abd Wahid Makhluf dan Taufiq Ahmad Saliman menyebutkan tujuan ilmu takhrij sangatlah banyak, tetapi yang terpenting di antaranya.

1. mengetahui sumber hadis dimana hadis tersebut didapati.
2. untuk mengetahui status kualitas, apakah hadis itu shohih atau Hasan atau doif.[7]

M. Syuhudi Ismail menyebutkan sebab-alasannya adalah perlunya aktivitas takhrij hadis selaku berikut:
  • Untuk mengenali asal seruan riwayat hadis yang diteliti
  • Untuk mengenali seluruh riwayat bagi hadis yang hendak di teliti.
  • Untuk mengetahui ada atau tidak adanya Shahib dan Mutabi. Pada sanad yang diteliti.[8]
Abd. Muhdi Abdul Qodir menyebutkan tujuan takhrij adalah mengetahui sumber asal hadis dan kualitas hadis tersebut apakah bisa diterima atau tidak.[9] Sedangkan faedah takhrij hadis banyak sekali diantaranya :
  • Memperkenalkan Sumber-sumber hadis
  • Menambah perbendaharaan sanat hadis lewat kitab-kitab yang ditunjukkan.
  • Memperjelas keadaan-kondisi sanat sehingga dapat dikenali apakah hadis tersebut manqothi, mudhol atau yang lain.

C. Kitab-kitab yang dibutuhkan dalam mentakhrij
Seorang peneliti dalam melaksanakan takhrij hadis haruslah mempunyai kitab-kitab fatwa diantara kitab-kitab tersebut.

1. Usul Takhrij oleh mahmud Attahhan.
2. Hushul al-Tafrij oleh Ahmad Ibn. Muhammad Al Gharami.
3. Turuq Takhrij oleh Abd Muhdi
4. Methodologi Penelitian Hadi Nabi oleh Syuhudi Ismail

Selain kitab-kitab diatas diperlukan juga bantuan kitab-kitab kamus mu’jam hadis dan mu’jam para perowi hadis diantara kitab-kitabnya :

1. al-Mu’jam al-Mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi oleh A.J. Wensinck[10]
2. Miftah Kunuz al-Sunnah oleh pengarang yang sama diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abd Baqi.
3. Mausu’ah Athraful Hadis an-Nabawi oleh Zaglul.

Disamping itu diperlukan juga kitab yang menampung biografi para teman diantaranya:

1. Al-Istiab oleh Ibnu Abd Barr
2. Usul al-Ghabah oleh Abd Atsir
3. Al-Ishobah oleh Ibn Hajar al-Asqolani.
4. Tahdzib at-Tahdzib karya Ibnu Hajar al-Asqalani.[11]

Kemudian juga dibutuhkan kita Tabaqot ialah kitab-kitab yang membahas biografi para perawi hadis. Seperti al-Jarh wa at-Ta’dil.[12]


D. Cara mentakhrij hadis
Dalam melakukan takhrij ada lima cara yang mampu dijadikan aliran adalah:

1. Takhrij menurut lafaz pertama matan hadis
2. Takhrij berdasarkan lafaz-lafaz yang terdapat dalam matan
3. Takhrij berdasarkan rawi pertama
4. Takhrij menurut tema hadis
5. Takhrij berdasarkan status hadis

1. Takhrij berdasarkan lafaz pertama matan hadis
Ketika kita menjumpai sepotong hadis yang mau diteliti kita harus mengenali bab permulaan dari bab matan tersebut, pencarian hadis dalam sistem ini dilakukan melalui awal kata matan hadis, ini dapat dilaksanakan dengan perlindungan sebagian kitab atrof yang disusun menurut urutan alfabet maka seorang peneliti harus disusun berdasarkan urutatn alfabet maka seorang peneliti harus menyaksikan karakter pertama pada kitab-kitab takhrij. Kitab-kitab yang menciptakan susunan mirip ini diantaranya.

1. Mausu’ah Atraful Hadis oleh Zaglul
2. al-Jami’as-Shaghir oleh Imam as-Suyuti.
3. Hidayatul Bari oleh at-Tahtawi

Metode ini memiliki kelebihan dalam menunjukkan kemungkinan peneliti mencari hadis dengan cepat akan namun sistem ini punya kekurangan dikala lafal pertama hadis tersebut yaitu karakter seperti إذا. Dan sebagainya.[13]

2. Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis
Metode ini mengambil lafaz hadis berdasarkan fi’il dan isim saja jika sudah ditemui fi’il atau isim dalam hadis, maka fiil atau ism tersebut dicari di kamus-kamus hadis. Penyusun metode ini memusatkan pada lafaz-lafaz yang gila dan jarang penggunaannya .

Kelebihan metode ini :
  • Metode ini relatif cepat dalam pemcarian hadis.
  • Para penulis kamus-kamus hadis juga telah menuliskan di kitab apa hadis tersebut termua, sampai bab serta juz dan halamannya.
  • Dengan metode ini kata apa saja yang dijumpai dalam pecahan hadis akan mampu dicari hadis tersebut.
Kelemahan Metode ini :
  • Pengguna tata cara ini mesti punya kemampuan yang memadai dalam bahasa arab.
  • Metode ini tidak menyebutkan perawi hadis tersebut.
  • Terkadang tidak dijumpai dalam pencarian itu dengan satu kata maka harus beralih pada kata-kata yang lain sampai pencarian suatu hadi bisa memerlukan dua keyword atau lebih..
Karangan yang populer dalam metode ini yaitu al-Mu’jam al-Mufharas lil al-Fazil Hadis oleh A.J. Wensick.

3. Takhrij melalui parawi hadis pertama
Metode ini merupakan pencarian dengan memakai teman atau perawi pertama jika hadis tersebut sanadnya bersambung hingga pada nabi. Namun bila hadisnya mauquf maka harus ditentukan rawi pertama.langkah berikutnya ialah mencari hadis-hadis yang tertera dibawah sobat tersebut, tetapi bila sahabat tersebut tergolong orang yang banyak meriwayatkan hadis maka haruslah dicari rawi dan begitu berikutnya.

4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
dalam menggunakan tata cara ini, peneliti harus mengetahui tema yang dibahas dalam hadis tersebut. Dalam menggunakan meggunakan tata cara ini, peneliti membutuhkan pengetahuan ihwal keIslaman secara umum dan kajian fiqih secara khusus. Dalam suatu hadis sering ditemui beberapa tema, dalam hal ini seorang peneliti mesti memutuskan pada tema apa hadis tersebut dicari. Diantara karya-karya yang disusun dengan tata cara ini yaitu :

1. Kanz al-Ummal oleh Muttaqi Al Hindi
2. Miftah Kunuz al-Sunnah oleh A.J. Wensinck
3. Nashb al-Rayah oleh al-Zaila’l

5. Takhrij Berdasarkan Status hadis
Metode ini mampu dilakukan sehabis peneliti mengenali status suatu hadis mirip hadis Qudsi, hadis Masyhur, daif atau hadis mursal. Keistimewaan metode ini ialah penelitian menjadi gampang bagi peneliti yang telah terbiasa memakai kitab-kitab yang menyususn hadis menurut satatusnya. Kelemahannya ialah tersangkut dengan sedikitnya akomodasi berbentukbuku-buku yang mampu dipergunakan untuk tata cara ini. Karya-karya yang ditulis menurut tata cara ini.

1. Al-Azhar al-Mutanatsirah oleh Imam Suyuti
2. Al-Ittihafat al-Saniyah oleh Maidani
3. Silsilah Ahadis ad-Daifah wal Maudu’ah oleh Nasruddin albani


BAB III
PENUTUP
Makalah Takhrij Hadist

Ada perbedaan di golongan ulama hadis dalam mendefenisikan Takhrij hadis, namun dapat disimpulkan bahwa takhrij hadis ialah menelusuri suatu hadis kesumber asalnya pada kitab-kitab Jami, sunan, dan musnad lalu jika diharapkan menyebutkan mutu hadis tersebut apakah sohih, Hasan atau doif. Ada beberapa cara dalam mentakhrij hadis:
  • Takhrij menurut lafaz pertama matan hadis.
  • Takhrij menurut lafaz-lafaz yang terdapat dalam matan .
  • Takhrij berdasarkan rawi pertama.
  • Takhrij menurut tema hadis.
  • Takhrij berdasarkan status hadis.
Beberapa kitab yang diperlukan dalam mentakhrij hadis ialah:
  • Usul Takhrij oleh mahmud Attahhan.
  • Hushul al-Tafrij oleh Ahmad Ibn. Muhammad Al Gharami.
  • Turuq Takhrij oleh Abd Muhdi
  • al-Mu’jam al-Mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi oleh A.J. Wensinck
  • Miftah Kunuz al-Sunnah oleh pengarang yang serupa diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abd Baqi.
  • Mausu’ah Athraful Hadis an-Nabawi oleh Zaglul.
  • Al-Istiab oleh Ibnu Abd Barr
  • Usul al-Ghabah oleh Abd Atsir
  • Al-Ishobah oleh Ibn Hajar al-Asqolani.
  • Al-Jarh wa at-Ta’di juga karya Ibnu Hajar.

DAFTAR PUSTAKA
  • Abdurrahman, Abu Muhammad b. Hatim, Kitab Jarh wa at-Ta’dil, juz 1. Beirut: Daar Kutub Ilmiyah, t.t.
  • Asqolani, Ibnu Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, juz. 1. Beirut: Daar Shadir, 1325.
  • Halibah, Ibrohim Abd Fattah, Al-Qoul Badi’ fi Takhrij Ahadis Syafi’i. Kairo: Dar Arabiyah Muhammadiyah, t.th.
  • Qhair, Muhammad Abd Muhdi Abd, Turuq Takhrij Hadis Rasulullah SAW. Kairo: Darul I’tisom, t..th.
  • Syirazi, Abu Ishaq, Tabaqat al-Fuqaha’. Baghdad: Maktabah Nu’man al-A’zhami, 1352.
  • Syuhudi, Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
  • Tahhan, Mahmud, Usul At-Takhrij Wadirasatul Asrid. Kairo: Maktabah al-Ma’berilmu lin nasr wat tauzi riadh, t.th.
  • Wahid Ismail Abd dan Taufiq Ahmad Salim, Nazarat Fi Ilmi Takhrij. Beirut: t.p., 1988.
  • Wahid, Ramli Abdul, Studi Ilmu Hadis. Bandung: Citapustaka Media, 2005.
  • Wensick, A.J, al-Mu’jam al-Mufahras. Leiden: Breil, 1962.
  • Yuslem, Nawir, Ulumul Hadits. Jakarta: Mutiara Sumber Widiya, 2001.
Footnote
============================
[1] Mahmud Al Tahhan, Usul At-Takhrij Wadirasatul Asrid (Kairo: Maktabah al-Ma’terpelajar lin nasr wat tauzi riadh, t.th.), H. 7- 8.
[2] Muhammad Abd Muldi Abd Qhair, Turuq Takhrij Hadis Rasulullah SAW (Kairo: Darul I’tisom, t..th.), h. 9.
[3] Ibrohim Abd Fattah Halibah, Al-Qoul Badi’ fi Takhrij Ahadis Syafi’i. (Kairo: Dar Arabiyah Muhammadiyah, t.th.), h. 10.
[4] Mahmud At-thahan, Usul Takhrij, h. 10
[5] Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: Mutiara Sumber Widyah, 2001), h 395 -396 .
[6] Mahmud at-thahan, Usul Takhrij, h. 12.
[7] Ismail Abd Wahid dan Taufiq Ahmad Salim, Nazarat Fi Ilmi Takhrij (Beirut: t.p., 1988), h. 8.
[8] M. Syuhudi Ismail, Methodology Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang. 1992), h. 44.
[9] Muhammad Abd Muldi Abd Qhair, Turuq Takhrij . h. 11.
[10] A.J. Wensick, al-Mu’jam al-Mufahras (Leiden: Breil, 1962).
[11] Ibnu Hajar al-Asqolani, Tahdzib at-Tahdzib (Beirut: Daar Shadir, 1325).
[12] Abu Muhammad Abdurrahman b. Hatim, Kitab Jarh wa at-Ta’dil. (Beirut: Daar Kutub Ilmiyah, t.t.).
[13] Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis (Bandung: Citapustaka Media, 2005), h. 24

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon