Senin, 14 Desember 2020

Makalah Pendidikan Islam Berdasarkan Ibnu Miskawaih

Makalah Pendidikan Islam berdasarkan Ibnu Miskawaih
Oleh: Kadir Pandapotan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Miskawaih
Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya'kub bin Maskawaih, kira-kira begitulah sejarah mencatat nama lengkap lengkap Ibn Maskawaih, yang umum dikenal ummat Islam Ibn Maskawaih. beliau lahit di Rayy, Iran pada tahun 320H/932 M, kemudian dia pindah ke Isfahan dan berikutnya memutuskan disana, dan ia meninggal pada tahun 412H/1030 M.[1]

Ibnu Miskawaih hidup pada masa dynasty Buwaihi yang dominan ummatnya berpahamkan Syiah, dia yakni salah-seorang ulama yang berpropesi selaku orang istana, beliau pernah memegang jabatan selaku bendahara, sekretaris, pustakawan, merangkap sebagai pendidikan bawah umur para bangsawan.[2]

Ibnu Miskawaih ialah sosok yang sungguh populer juga dalam bidang pendidikan, ilham-pandangan baru cemerlang yang dia cetuskan ialah sebuah wahana baru dalam bidang pendidikan yang terlahir dari karya seorang Ibnu Miskawaih.

Sepak terjang Ibnu Miskawaih tidak disangsikan lagi dalam dunia pendidikan dan pedoman. pemikiran yang ia tuangkan dan lahirkan ialah salah satu abad terobosan dalam menanggapi pertumbuhan dunia dalam bidang Pendidikan. Pemikiran Ibnu Miskawaih sudah sebaiknya menjadi tauladan bagi mereka yang ingin sukses dalam meraih kurun depan yang gemilang

B. Konsep pendidikan Ibnu Miskawaih
Untuk mencapai target pendidikan adab ia menekankan pada keutuhan dan bagaimana perilaku bathin yang mampu mendorong perbuatan yang bernilai luhur seara spontanitas, biar tercapai kesempurnaan dan kebahagian yang tepat.[5]Dalam buku Ahmad Syari'i mengatakan bahwa kesempurnaan insan itu ada dua macam yakni: pertama kesempurnaan teoritis ( dengan mempelajari ilmu logika ) dan kedua simpel( kesempurnaan yang diaplikansikan dengan jalan-jalan empirik).[6] Pendidikan dan penerima didik adalah dua indicator yang sungguh diamati oleh beliau dan kesuksesan pendidikan itu haruslah disokong oleh tugas-aktif dari orang, selaku pembimbing saat pelajar/anak asuh berada diluar wilayah sekolah.[7]

Menurut Ibnu miskawaih, budpekerti atau akhlak yakni suatu perilaku mental (halu li al-nafs) yang mengandung daya dorong untuk berbuat tampa berpikir dan pertimbangan.[3]Dalam desain pendidikan Ibnu miskawaih menunjukkan bahwa insan sebagai daya berpikir, daya kasar, hikmah, bagian-bagian inilah yang sungguh mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia dan bagaimana insan bersikap berani, sederhana dan juga bersikap adil. Konsep ini merupakan landasan pikir bahwa desain pendidikan ia adalah pendidikan yang berbasis etika education[4]

C. Pendidikan Moral
Dalam karangan-karangan ia banyak menunjukkan hal-hal yang sifatnya material dalam kontek sopan santun mirip pokok pendidikan akhlaknya saat mengangkat persoalan-masalah yang wajib bagi keperluan manusia dan jiwa sebagai hal wajib akan memilih perubahan psikologis dikala terjadi interaksi sesama insan.[8] Dari beberapa uraian diatas menunjukkan konsekwensi logis, dimana seluruh materi pendidikan pada umumnya ialah hal yang wajib dipelajari didalam pendidikan adab/budpekerti, seharusnya ilmu-ilmu yang diajarkan dalam proses pendidikan sopan santun tidak hanya diperuntukkan sebgai tuuan akademik semata tetapi akan lebih bermampaat dikala hal-hal yang bersifat subtansial/esensial dipenerapannya dalam kekerabatan sosial.

Kelemahan rancangan pendidikan dia terlihat dalam merincikan rancangan pendidikan secara detail karena dia cuma memaparkan rancangan pendidikan yang wajib bagi insan dan bukan mengkaji dan menguraikan dilema dan hal-hal yang yang lain. [9] Ibnu miskawaih menggarkan bagaimana pendidikan adab yaitu sempurna sasaran yaitu melalui metodologi yang pass dan itu melalui proses yang panjang. Dimana metodologinya itu sebagai pola dasar supaya tidak melenceng dari sasaran pendidikan mental (halu li al-nafs ), yang diantara adalah :
  • Kesungguh-sungguhan dalam berlatih secara terus-menerus dan menhan diri ( al-adab wa al-jihad) selaku keistimewaan dan kesepahaman keistimewaan jiwa
  • Menjadikan semua wawasan dan pengalaman orang lain sebagai cerminan bagi sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
  • M.M.Syarif,Para Filosof Islam,cet.III.(Bandung:Mizan, 1996)
  • Ahmad Syar'I,Fisafat Pendidikan Islam(Jakarta:Pustaka Firdaus, 2005)
  • Hasymsyah Nasution MA,Filsafat Islam(Jakarta:Gaya Media Pratama, 1999)
  • Muhammad Yusuf Musa,Bain al-Din wa al-Falsafah(Kairo:Dar al-Ma'Arif, 1971)
  • Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam(Jakarta:Raja Grafindo, 2001)

Footnote
---------------------------
[1] M.M.Syarif,Para Filosof Islam,cet.III.(Bandung:Mizan, 1996),h.84
[2] Ahmad Syar'I,Fisafat Pendidikan Islam(Jakarta:Pustaka Firdaus, 2005),h.92
[3] Hasymsyah Nasution MA,Filsafat Islam(Jakarta:Gaya Media Pratama, 1999),h.61,lihat juga, Muhammad Yusuf Musa,Bain al-Din wa al-Falsafah(Kairo:Dar al-Ma'Arif, 1971),h.70
[4] Ibid, h.56
[5] Abuddin Nata,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam(Jakarta:Raja Grafindo, 2001),h.94
[6] Syar'I,Fisafat Pendidikan, h.94
[7] Nata,Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, h.12
[8] Ibid,h.13.Ibn Maskawaih memandang bahwa guru dianggap selaku orang yangpaling berperan memkontruksikan dan perkembangan psikologis anak, dan guru juga berfungsi selaku orang dan guru wajib mengajarkan dan mempraktekkan bagaimana bersikap cendekia aga kelak akan menikmati kehidupan yang abadi
[9] Ibid,h.12

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon