Pengantar
Pendidikan merupakan sesuatu yang sungguh penting dan sangat strategis sebab lewat pendidikan sebuah bangsa itu berdiri dan meningkat ,program mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan suatu cita cita negara selaku mana yang tercantum dalam pembukaan undang undang dasar negara republik Indonesia.
Berbagai perjuangan telah di tempuh oleh pemerintah dan lembaga pendidikan yang mengemban peran pendidikan,untuk meningkatkan sumber daya anusia Indonesia seutuhnya,tetapi semua menyadari bahwa usaha kearah tersebut balasannya belum tercapai optimal,walaupun ada sekolah yang telah diakui oleh penduduk ,namun ini hanya sedikit sekali dan hanya terdapat di kota kota besar di Indonesia
Menejemen pendidikan merupakan tolok ukur dalam dunia pendidikan elok tidaknya mutu suatu pendidikan,ini sungguh tergantung pada menejemennya banyak persoalan yang terjadi dalam dunia pendidikan dikarenakan oleh tidak tepatnya target dan kebijakan yang diambil oleh menejer dalam suatu lembaga pendidikan,untuk dapat menyelesaikan banyak sekali duduk perkara tersebut maka perlu adanya suatu kajian atau penelitian ke arah itu biar pendidikan memiliki kualitas yang bagus dan signifikan bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Dengan adanya otonomi pendidikan maka ini suatu peluang yang perlu ditangkap,dalam mengorganisir menejemen pendidikan harus benar benar mampu menciptakan output yang sungguh mengembirakan bagi dunia pendidikan Dalam perspektif historis, dengan jelas memastikan bahwa semua manusia pada prinsipnya ialah manager dan Tuhan akan meminta pertanggungjawaban manager tersebut tentan kemanagerannya. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyampaikan “kamu sekalian ialah menager adan kamu akan ditanya ihwal apa yang kau pimpin”. Dari keterangan ini, jelaslah bahwa ilmu memimpin telah diberikan Allah baik lewat wahyu maupun lewat fenomena alam. Berbagai leteratur alam menjadi bantalan bagi desain manajemen yang harus dikuasai secara ilmiah demi memenuhi keperluan tanggung jawab yang sudah dianugerahi-Nya.
Dalam bahasa lain, administrasi bantu-membantu sudah ada semenjak awal keberadaan manusia. Namun ilmu ini mulai dikenal secara ilmiah semenjak revolusi industri di Eropa dan semenjak itu piula para praktisi manajemen dan usahawan berusaha menuliskan pengalaman manajemennya. Seperti Tailor, G. Terry dalam bentuk literatur sehingga menjadi embrio pertumbuhan ilmu administrasi dan berkembang pesat terus hingga ketika ini.[1]
Di segi lain, sebagai homo sapien yang memiliki kesanggupan menggunakan logika untuk berfikir menimbulkan manusia mampu menciptakan peradaban yang tinggi. Salah satu tahap paling penting dalam peradaban tersebut ialah insan mampu mengenal agama dan menjadi makhluk religius. Pranata-pranata lain dari peradaban ialah ketrampilan dan kesanggupan dalam memimpin dan mengontrol insan semoga mampu hidup bermasyarakat.[2]
Makalah revisi dalam skala mini ini akan memfokus pembahasannya sekitar sector problematika pendidikan ditinjau dari kualitas menejemennya serta sejauhmana konsep manajemen mampu menjawab problematika tersebut. Karena realitas selama ini banyak kebijakan yang ditempuh baik oleh pemerintah maupun oleh forum-lembaga yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di negara kita seperti golongan swasta.
Secara umum kinerja menajemen kita, khususnya menajemen pendidikan belum menampakkan hasil sumber daya insan Indonesia yang mempunyai kompetensi yang bermutu secara optimal dan kompetitif. Barangkali lewat secuil makalah ini, mampu menjadi wangsit bagi para pegiat pendidikan di negara tersayang ini dan sekaligus dapat memutuskan sebuah penghidangan pendidikan yang berkualitas tinggi secara keseluruhan, yang merata di setiap segmen penduduk , lintas geografis, sosio-ekonomi dan budaya.
Definisi Konsep Manajemen Mutu
Untuk lebih mengerti desain manajemen kualitas secara konprehensif, ada baiknya kita lebih dulu menyaksikan definisi administrasi dari beberapa usulan para ahli. Secara etimologi, kata administrasi berasal dari bahasa Inggris yakni management, yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan.[3] Sementara itu, Syaiful Sagala menyimpulkan bahwa administrasi berasal dari kata managio yaitu “pengurusan” atau managiare yakni “melatih dalam mengontrol langkah-langkah”.[4] Istilah dalam bahasa Arab adalah an Nizam atau at Tanzim, yaitu sebuah tempat yang menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.[5]
Sedangkan secara terminology, terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para hebat, di antaranya yakni G.R. Terry, menyebutkan; management is a distinct process of planning, organizing, actuating, and controlling, perform to determine and accomplish state objectives by the use of human being and other resources.[6] Definisi ini memperlihatkan citra bahwa administrasi itu mengandung arti proses aktivitas, yaitu yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memakai sumber daya insan dan sumber daya yang lain. Pendapat lain wacana administrasi diungkapkan oleh pakar manajemen asal Arizona State University, Robert Kreitner, yakni “management if the process of working with and thought other to achieve organizational objectives in a changing environment, central to this process is the effective and efficient of limited resources.[7]
Definisi di atas memperlihatkan penekanan pada proses kerja dalam memakai orang-orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara itu Frederick Winslow Tailor, seorang pengacara tenar asal Finlandia mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala “management is knowing exactly what you want to do and them seeing that they do it by the best and cheapest way” (manajemen yakni mengenali secara sempurna apa yang ingin anda lakukan dan kemudian anda melihat bahwa mereka mengejakan dengan cara terbaik dan termurah).[8]
Di samping itu, terdapat pemahaman lain dari kata administrasi, yaitu “kekuatan yang menggerakkan suatu perjuangan yang bertanggung jawab atas sukses dan gagalnya suatu acara atau perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang lain.[9] Dari banyak sekali pertimbangan para mahir tersebut dapatlah disimpulkan secara sederhana bahwa manajemen adalah kemampuan melakukan pekerjaan dengan orang lain dalam sebuah kelompok yang terstruktur guna meraih target yang diputuskan dalam organisasi ataupun dalam sebuah lembaga. Atau juga bisa dikatakan bahwa menajemen ialah serangkaian acara merencanakan, mengorganisasikan, melakukan, mengatur dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya insan, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan oraganisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.
Sementara makna kualitas atau mutu, menurut Edward Sallis dalam bukunya” Total Quality management in Education” sebagaimana dikuitp oleh Nurkhalis, memiliki dua rancangan yang berbeda antara rancangan sewenang-wenang dan konsep relatif. Dalam konsep sewenang-wenang suatu barang disebut berkualitas bila menyanggupi patokan tertinggi dan tepat. Sedangkan dalam rancangan relatif, kualitas atau kualitas bukan merupakan atribut dari produk atau jasa. Sesuatu dianggap bermutu kalau barang atau jasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Kerenanya mutu bukanlah merupakan tujuan final, melainkan selaku alat ukur atas produk tamat dari standar yang diputuskan. Dalam konsep relatif produk yang bermutu yaitu yang tepat dengan tujuan (fit for their purpose)[10]
Dalam konteks pendidikan pengertian kualitas, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; materi didik (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kesanggupan guru), sarana sekolah, sumbangan manajemen dan fasilitas prasarana dan sumber daya yang lain serta membuat suasana yang kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang diraih oleh sekolah pada setiap kala waktu tertentu.[11]
Seringkali definisi perihal kualitas dikaitkan dengan produk. Menjadi pertanyaan lalu, apakan produk pendidikan itu?. Ini penting untuk ditanyakan, mengenang untuk mengetahui pendidikan itu bermutu atau tidak maka kita perlu tahu produk pendidikan itu sendiri. Pendidikan itu yakni jasa pelayanan (service) dan bukan bikinan barang. Menurut Sallis ada enam perbedaan yang cukup signifikan antara jasa pelayanan dan bikinan barang, ialah pertama, jasa pelayanan umumnya terjadi kontak eksklusif antara pemasokjasa dengan pengguna tamat, kedua, jasa mesti diberikan secara tepat waktu alasannya adalah pelayanan dikonsumsi secara eksklusif pada dikala jasa diberikan, ketiga, jasa pelayanan tidak dapat ditambal sulam atau diperbaiki. Oleh karena itu, peting sekali ditetapkan kriteria pelayanan dari tahap permulaan, keempat, jasa pelayanan berhubungan dengan problem-problem yang absurd, sehingga susah sekali untuk menggambarkan kepada konsumen, kelima, jasa pelayanan biasanya diberikan secara pribadi kepada pelanggan, keenam, sungguh sulit untuk mengukur keberhasialan output dan produkstifitas jasa pelayanan. Satu-satunya indikator kinerja jasa pelayanan ialah kepuasan konsumen[12]
Dhus, pemahaman administrasi mutu terpadu mirip dijelaskan oleh Gasperz sebagamana dikutip oleh Syaiful Sagala yaitu sebuah cara untuk mengembangkan tampilan secara terus menerus pada setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan memakai semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.[13]Jadi administrasi mutu dalam pendidikan adalah sebuah aktifitas pelayanan yang dikerjakan oleh institusi dalam menunjukkan pelayanan kepada satuan pendidikan dan institusi satuan pendidikan yang memperlihatkan pelayanan belajar kepada para siswa dan penduduk .[14] Sasaran mutu manajemen pendidikan yakni proses pencapaian tujuan dan fokusnya ialah kualitas pelayanan mencar ilmu yang berimplikasi pada mutu lulusan. Kualitas pendidikan ini menggambarkan kepuasan para pendidik dalam melakukan tugas profesionalnya, alasannya beliau menerima perlakuan yang cocok dengan bidang yang digelutinya.
Di sisi lain, ia juga menggambarkan kepuasan yang diterima oleh masyarakat atas mutu pelayanan pendidikan disebabkan masyarakat mendapatkan keuntungan dan mamfaat atas kemampuan dan ketrampilan selaku produk dari pendidikan yang di dalam hal ini sering disebut “kualitas lulusan”.[15] Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total, yakni; (i) prehatian mesti ditekankan kepada proses dengan terus menerus mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/kualitas harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, (iii) prestasi harus diperoleh lewat pengertian visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah mesti menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, perilaku pintar bijaksana, huruf dan mempunyai kematangan emosional.[16]
Kerangka Kerja dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Dalam administrasi peningkatan kualitas berbasis sekolah ini diharapkan sekolah mampu melakukan pekerjaan dalam koridor-koridor antara lain selaku berikut:
Sumber daya; sekolah mesti memiliki fleksibelitas dalam menertibkan semua sumber daya sesuai dengankebutuhan lokal. Selain pembiayaan operasional, pengelolaan keuangan mesti ditujukan untuk: (a) memperkuat sekolah dalam menetukan dan mengalokasikan dana sesuai dengan skala perioritas yang telah ditetapkan untuk proses kenaikan kualitas, (b) pemisahan antara ongkos yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan (c) penghematan kebutuhan birokrasi sentra.
Pertanggung-tanggapan (accountability); sekolah dituntut untuk mempunyai akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun terhadap pemerintah. Hal ini ialah perpaduan antara janji terhadap tolok ukur keberhasilan dan cita-cita orang bau tanah/penduduk . Pertanggung-jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana penduduk dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah diputuskan dalam rangka kenaikan kualitas pendidikan. Oleh karena itu setiap sekolah harus memberikan laporan pertanggung-tanggapan dan mengkomunikasikannya terhadap orang tua/masyarakat dan pemerintah serta melakukan kaji ulang secara konprehensif kepada pelaksanaan program perioritas sekolah dalam proses peningkatan kualitas.
Kurikulum; berdasarkan kurikulum persyaratan yang sudah ditentukan secara nasional, sekoalh bertanggung-jawab untuk berbagi kurikulum baik standar materi (content) maupun proses penyampaiannya.
Personil sekolah; sekoalh bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan training structural staf sekolah. Sementara pembinaan professional dalam rangka pembangunan kapasitas kepala sekolah danpembinaan ketrampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum tergolong staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah.[17]
Uraian di atas menunjukkan waasan pemahaman kepada kita bahwa tanggung jawab kenaikan mutu pendidikan secara mikro sudah bergesar dari birokrasi sentra ke unit pengurus yang lebih dasar adalah sekolah. Dengan kata lain, di dalam penduduk yang kompleks mirip kini di mana berbagai perubahan yang telah membawa kepada pergantian tata nilai yang beraneka ragam dan harapan yang lebih besar terhadap pendidikan terjadi begitu cepat. Oleh sebab itu, yakin atau tidak, bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara sempurna dan cepat dapat menanggapi perubahan keinginan penduduk tersebut.
Paradigma Konsep Manajemen Mutu dalam Varia Dunia Pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan ialah target pembangunan di bidang pendidikan nasional dan juga merupakan bagian integral dari upaya kenaikan kualitas manusia Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa seperti diamanatkan oleh undang-undang dasar 1945 menjadi tanggung jawab pendidikan, utamanya dalam merencanakan p[eserta asuh menjadi penduduk yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, rtangguh, kreatif, demokratis dan professional dalam bidangnya masing-masing. Kompetensi ini diharapkan dalam rangka mengantisipasi periode kesejagatan, utamanya globalisasi pasar bebas (free Trade globalization) di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labor Area) maupun di kawasan negara-negara Asia Fasifik (APEC).
Di tengah persaingan ketat di abad global dan pasar bebas, dunia pendidikan dituntut untuk lebih ulet menyahuti kesenjangan linear antara pendidikan dengan dunia kerja atau “one to one relationship” yang terputus. Dengan kata lain apa yang terjadi dalam lapangan kerja sukar disertai oleh pendidikan. Melalui undang-undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 perihal otonomi tempat, yang diikuti dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 20 tahun 2003 ihwal metode pendidikan nasional, yang secara langsung besar lengan berkuasa kepada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan.[18] Jika sebelumnya administrasi pendidikan ialah wewenang pemerintah pusat dengan paradigma top-down atau sentralistik, maka dengan berlakunya undang-undang tersebut keenangan bergeser terhadap pemerintah kawasan dengan paradigma button-up atau desentralistik. Ini semua ialah manifestasi dari kesadaran pemerintah dalam melaksanakan upaya penyempurnaan sistem pendidikan.
Di segi lain, pendidikan ialah komponen penting dari kehidupan seseorang dan merupakan faktor strategis bagi sebuah negara. Sifat pendidikan yakni kompleks, dinamis dan kontekstual. Oleh jadinya, pendidikan bukanlah hal yang mudah atau sederhana untuk dibahas. Kompleksitas pendidikan ini mendeskripsikan bahwa pendidikan itu yakni suatu upaya yang serius karena dia melibatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang mau membentuk abjad diri seseorang secara holistic menjadi insan seutuhnya, dalam hal ini mengacu terhadap kepada utuh fikir, utuh sikap dan utuh amal.
Dalam rancangan manajemen mutu, ukuran berkualitas tidaknya produk suatu forum pendidikan sangat ditentukan oleh produktifitasnya. Artinya, seberapa baik lembaga pendidikan yang bersangkutan mengubah input atau sumber daya menjadi output, produk atau hasil yang memiliki kegunaan selaku hasil sumber daya. Meningkatkan produktifitas dikerjakan dengan memperbaiki proses dalam pengelolaan. Setelah proses diperbaiki barulah tuntutan input atau output dikurangi maupun ditingkatkan secara lebih bijak dan lebih baik selaku bab dari taktik pencapaian tujuan.[19]
Untuk mengerti konsep administrasi mutu atau sering juga disebut manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management) dalam institusi pendidikan, diperlukan paradigma yang berpengaruh. Paradigma ini selaku acuan fikir untuk menyaring gosip yang masuk ke dalam fikiran kita dan menerimanya apabila sesuai serta menolaknya jika tidak cocok dengan acuan fikir tersebut. Prinsip esensial dari total quality management ialah bukan inspeksi, akan namun sebuah upaya melaksanakan segala sesuatu dengan benar dari sejak awal setiap waktu yang memfokuskan pada spesifikasi yang dimaksudkan oleh pelanggan atau klien.[20]
Salah satu versi pendekatan manajemen kenaikan mutu yakni memaksimalkan kekuatan sekolah dalam mempekerjakan dirinya dengan disokong oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut maka model pendidikan yang barangkali akan menaikkan ranking kualitas pendidikan Indonesioa di abad yang akan tiba haruslah model pendidikan yang menyebabkan bangsa yang berkualitas dilihat dari ilmu wawasan dan teknologinya (faktor logita) serta bermoral dari kemanusiaannya (faktor budpekerti). Kualitas tersebut dinampakkan pula pada kemampuan daya saing yang tinggi (aspek estetika) dalam menyelesaikan secara bijak aneka macam problematika yang dihadapinya.[21]
Di samping itu, desain administrasi kualitas ialah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi lewat perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, insan, proses dan lingkungan. Namun pendekatan tersebut hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristiknya, yakni (1) fokus pada pelanggan baik internal maupun eksternal, (2) memiliki obsesi yang tinggi kepada kualitas, (3) memakai pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan dilema, (4) mempunyai janji jangka panjang, (5) membutuhkan kolaborasi team, (6) memperbaiki proses secara berkelanjutan, (7) menyelenggarakan pendidikan dan training, (8) menawarkan keleluasaan yang terkendali, (9) memiliki kesatuan tujuan, dan (10) adanya ketyerlibatan dan pemberdayaan karyawan.[22]
Berbicara tentang jaminan kualitas atas produk pendidikan, maka senantiasa berkisar pada hasil belajar yang secara khusus menjadi landasan tampilan institusi, ialah prilaku dan disiplin. Manajemen mutu pendidikan mempunyai arti menjamin persyaratan mutu dalam manajemen pendidikan dengan sentra perhatian pada proses mencar ilmu, ialah mutu pengelolaan mencar ilmu yang mau menciptakan penemuan bagi sekolah. Berkaitan dengan ini, focus utama administrasi pendidikan yakni menekankan pada monitoring proses pendidikan yang mengacu pada efektifitas dan efisiensi yang berhubungan erat dengan indicator perfoma dan kepuasan pelanggan internal atau eksternal.[23]
Di lain pihak, untuk memperlihatkan pelayanan terhadap pelanggan, jikalau ditilik dari sudut proses juga memerlukan prosedur, yakni (1) spesifikasi kendali suplai sumber daya insan, mirip profesionalisasi tenaga pengajar, bahan latih dan kemudahan mencar ilmu, dan (2) spesifikasi tolok ukur material yang dibutuhkan dalam proses penggunaannya, mirip legalisasi, pelayanan minimal, tolok ukur peralatan dan perlengkapan yang digunakan. Karena produk utama pendidikan yakni pelayanan (service) dalam pendidikan diharapkan jaminan mutu (quality insurance) yang berkaitan dengan pelayanan mencar ilmu. Model total quality management dalam pengelolaan pendidikan yaitu sebuah tata cara yang menerapkan metode kuantitatif maupun kualitatif wawasan kemanusiaan pada seluruh metode pendidikan. Model ini memastikan bahwa yangmenjadi focus utama ialah proses yang benar dan berkualitas untuk memperbaiki material dan jasa pelayanan pendidikan dan beliau harus disokong oleh komponen insan yang professional dan kompeten sebaga pihak yang bertanggung-jawab dalam melaksanakan jasa pelayanan pemdidikan.[24] Bila semua ketentuan di atas dipatuhi, maka dia akan memperbaiki semua proses esensial untuk memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pendidikan di periode kini dan abad yang hendak tiba.
Lihat FootNote Makalah Konsep Manajemen Mutu
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.comPendidikan merupakan sesuatu yang sungguh penting dan sangat strategis sebab lewat pendidikan sebuah bangsa itu berdiri dan meningkat ,program mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan suatu cita cita negara selaku mana yang tercantum dalam pembukaan undang undang dasar negara republik Indonesia.
Berbagai perjuangan telah di tempuh oleh pemerintah dan lembaga pendidikan yang mengemban peran pendidikan,untuk meningkatkan sumber daya anusia Indonesia seutuhnya,tetapi semua menyadari bahwa usaha kearah tersebut balasannya belum tercapai optimal,walaupun ada sekolah yang telah diakui oleh penduduk ,namun ini hanya sedikit sekali dan hanya terdapat di kota kota besar di Indonesia
Menejemen pendidikan merupakan tolok ukur dalam dunia pendidikan elok tidaknya mutu suatu pendidikan,ini sungguh tergantung pada menejemennya banyak persoalan yang terjadi dalam dunia pendidikan dikarenakan oleh tidak tepatnya target dan kebijakan yang diambil oleh menejer dalam suatu lembaga pendidikan,untuk dapat menyelesaikan banyak sekali duduk perkara tersebut maka perlu adanya suatu kajian atau penelitian ke arah itu biar pendidikan memiliki kualitas yang bagus dan signifikan bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Dengan adanya otonomi pendidikan maka ini suatu peluang yang perlu ditangkap,dalam mengorganisir menejemen pendidikan harus benar benar mampu menciptakan output yang sungguh mengembirakan bagi dunia pendidikan Dalam perspektif historis, dengan jelas memastikan bahwa semua manusia pada prinsipnya ialah manager dan Tuhan akan meminta pertanggungjawaban manager tersebut tentan kemanagerannya. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyampaikan “kamu sekalian ialah menager adan kamu akan ditanya ihwal apa yang kau pimpin”. Dari keterangan ini, jelaslah bahwa ilmu memimpin telah diberikan Allah baik lewat wahyu maupun lewat fenomena alam. Berbagai leteratur alam menjadi bantalan bagi desain manajemen yang harus dikuasai secara ilmiah demi memenuhi keperluan tanggung jawab yang sudah dianugerahi-Nya.
Dalam bahasa lain, administrasi bantu-membantu sudah ada semenjak awal keberadaan manusia. Namun ilmu ini mulai dikenal secara ilmiah semenjak revolusi industri di Eropa dan semenjak itu piula para praktisi manajemen dan usahawan berusaha menuliskan pengalaman manajemennya. Seperti Tailor, G. Terry dalam bentuk literatur sehingga menjadi embrio pertumbuhan ilmu administrasi dan berkembang pesat terus hingga ketika ini.[1]
Di segi lain, sebagai homo sapien yang memiliki kesanggupan menggunakan logika untuk berfikir menimbulkan manusia mampu menciptakan peradaban yang tinggi. Salah satu tahap paling penting dalam peradaban tersebut ialah insan mampu mengenal agama dan menjadi makhluk religius. Pranata-pranata lain dari peradaban ialah ketrampilan dan kesanggupan dalam memimpin dan mengontrol insan semoga mampu hidup bermasyarakat.[2]
Makalah revisi dalam skala mini ini akan memfokus pembahasannya sekitar sector problematika pendidikan ditinjau dari kualitas menejemennya serta sejauhmana konsep manajemen mampu menjawab problematika tersebut. Karena realitas selama ini banyak kebijakan yang ditempuh baik oleh pemerintah maupun oleh forum-lembaga yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di negara kita seperti golongan swasta.
Secara umum kinerja menajemen kita, khususnya menajemen pendidikan belum menampakkan hasil sumber daya insan Indonesia yang mempunyai kompetensi yang bermutu secara optimal dan kompetitif. Barangkali lewat secuil makalah ini, mampu menjadi wangsit bagi para pegiat pendidikan di negara tersayang ini dan sekaligus dapat memutuskan sebuah penghidangan pendidikan yang berkualitas tinggi secara keseluruhan, yang merata di setiap segmen penduduk , lintas geografis, sosio-ekonomi dan budaya.
Definisi Konsep Manajemen Mutu
Untuk lebih mengerti desain manajemen kualitas secara konprehensif, ada baiknya kita lebih dulu menyaksikan definisi administrasi dari beberapa usulan para ahli. Secara etimologi, kata administrasi berasal dari bahasa Inggris yakni management, yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan.[3] Sementara itu, Syaiful Sagala menyimpulkan bahwa administrasi berasal dari kata managio yaitu “pengurusan” atau managiare yakni “melatih dalam mengontrol langkah-langkah”.[4] Istilah dalam bahasa Arab adalah an Nizam atau at Tanzim, yaitu sebuah tempat yang menyimpan segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.[5]
Sedangkan secara terminology, terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para hebat, di antaranya yakni G.R. Terry, menyebutkan; management is a distinct process of planning, organizing, actuating, and controlling, perform to determine and accomplish state objectives by the use of human being and other resources.[6] Definisi ini memperlihatkan citra bahwa administrasi itu mengandung arti proses aktivitas, yaitu yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memakai sumber daya insan dan sumber daya yang lain. Pendapat lain wacana administrasi diungkapkan oleh pakar manajemen asal Arizona State University, Robert Kreitner, yakni “management if the process of working with and thought other to achieve organizational objectives in a changing environment, central to this process is the effective and efficient of limited resources.[7]
Definisi di atas memperlihatkan penekanan pada proses kerja dalam memakai orang-orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara itu Frederick Winslow Tailor, seorang pengacara tenar asal Finlandia mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala “management is knowing exactly what you want to do and them seeing that they do it by the best and cheapest way” (manajemen yakni mengenali secara sempurna apa yang ingin anda lakukan dan kemudian anda melihat bahwa mereka mengejakan dengan cara terbaik dan termurah).[8]
Di samping itu, terdapat pemahaman lain dari kata administrasi, yaitu “kekuatan yang menggerakkan suatu perjuangan yang bertanggung jawab atas sukses dan gagalnya suatu acara atau perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang lain.[9] Dari banyak sekali pertimbangan para mahir tersebut dapatlah disimpulkan secara sederhana bahwa manajemen adalah kemampuan melakukan pekerjaan dengan orang lain dalam sebuah kelompok yang terstruktur guna meraih target yang diputuskan dalam organisasi ataupun dalam sebuah lembaga. Atau juga bisa dikatakan bahwa menajemen ialah serangkaian acara merencanakan, mengorganisasikan, melakukan, mengatur dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya insan, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan oraganisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.
Sementara makna kualitas atau mutu, menurut Edward Sallis dalam bukunya” Total Quality management in Education” sebagaimana dikuitp oleh Nurkhalis, memiliki dua rancangan yang berbeda antara rancangan sewenang-wenang dan konsep relatif. Dalam konsep sewenang-wenang suatu barang disebut berkualitas bila menyanggupi patokan tertinggi dan tepat. Sedangkan dalam rancangan relatif, kualitas atau kualitas bukan merupakan atribut dari produk atau jasa. Sesuatu dianggap bermutu kalau barang atau jasa memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Kerenanya mutu bukanlah merupakan tujuan final, melainkan selaku alat ukur atas produk tamat dari standar yang diputuskan. Dalam konsep relatif produk yang bermutu yaitu yang tepat dengan tujuan (fit for their purpose)[10]
Dalam konteks pendidikan pengertian kualitas, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; materi didik (kognitif, afektif atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kesanggupan guru), sarana sekolah, sumbangan manajemen dan fasilitas prasarana dan sumber daya yang lain serta membuat suasana yang kondusif. Mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang diraih oleh sekolah pada setiap kala waktu tertentu.[11]
Seringkali definisi perihal kualitas dikaitkan dengan produk. Menjadi pertanyaan lalu, apakan produk pendidikan itu?. Ini penting untuk ditanyakan, mengenang untuk mengetahui pendidikan itu bermutu atau tidak maka kita perlu tahu produk pendidikan itu sendiri. Pendidikan itu yakni jasa pelayanan (service) dan bukan bikinan barang. Menurut Sallis ada enam perbedaan yang cukup signifikan antara jasa pelayanan dan bikinan barang, ialah pertama, jasa pelayanan umumnya terjadi kontak eksklusif antara pemasokjasa dengan pengguna tamat, kedua, jasa mesti diberikan secara tepat waktu alasannya adalah pelayanan dikonsumsi secara eksklusif pada dikala jasa diberikan, ketiga, jasa pelayanan tidak dapat ditambal sulam atau diperbaiki. Oleh karena itu, peting sekali ditetapkan kriteria pelayanan dari tahap permulaan, keempat, jasa pelayanan berhubungan dengan problem-problem yang absurd, sehingga susah sekali untuk menggambarkan kepada konsumen, kelima, jasa pelayanan biasanya diberikan secara pribadi kepada pelanggan, keenam, sungguh sulit untuk mengukur keberhasialan output dan produkstifitas jasa pelayanan. Satu-satunya indikator kinerja jasa pelayanan ialah kepuasan konsumen[12]
Dhus, pemahaman administrasi mutu terpadu mirip dijelaskan oleh Gasperz sebagamana dikutip oleh Syaiful Sagala yaitu sebuah cara untuk mengembangkan tampilan secara terus menerus pada setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan memakai semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.[13]Jadi administrasi mutu dalam pendidikan adalah sebuah aktifitas pelayanan yang dikerjakan oleh institusi dalam menunjukkan pelayanan kepada satuan pendidikan dan institusi satuan pendidikan yang memperlihatkan pelayanan belajar kepada para siswa dan penduduk .[14] Sasaran mutu manajemen pendidikan yakni proses pencapaian tujuan dan fokusnya ialah kualitas pelayanan mencar ilmu yang berimplikasi pada mutu lulusan. Kualitas pendidikan ini menggambarkan kepuasan para pendidik dalam melakukan tugas profesionalnya, alasannya beliau menerima perlakuan yang cocok dengan bidang yang digelutinya.
Di sisi lain, ia juga menggambarkan kepuasan yang diterima oleh masyarakat atas mutu pelayanan pendidikan disebabkan masyarakat mendapatkan keuntungan dan mamfaat atas kemampuan dan ketrampilan selaku produk dari pendidikan yang di dalam hal ini sering disebut “kualitas lulusan”.[15] Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total, yakni; (i) prehatian mesti ditekankan kepada proses dengan terus menerus mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/kualitas harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, (iii) prestasi harus diperoleh lewat pengertian visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah mesti menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, perilaku pintar bijaksana, huruf dan mempunyai kematangan emosional.[16]
Kerangka Kerja dalam Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Dalam administrasi peningkatan kualitas berbasis sekolah ini diharapkan sekolah mampu melakukan pekerjaan dalam koridor-koridor antara lain selaku berikut:
Sumber daya; sekolah mesti memiliki fleksibelitas dalam menertibkan semua sumber daya sesuai dengankebutuhan lokal. Selain pembiayaan operasional, pengelolaan keuangan mesti ditujukan untuk: (a) memperkuat sekolah dalam menetukan dan mengalokasikan dana sesuai dengan skala perioritas yang telah ditetapkan untuk proses kenaikan kualitas, (b) pemisahan antara ongkos yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan (c) penghematan kebutuhan birokrasi sentra.
Pertanggung-tanggapan (accountability); sekolah dituntut untuk mempunyai akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun terhadap pemerintah. Hal ini ialah perpaduan antara janji terhadap tolok ukur keberhasilan dan cita-cita orang bau tanah/penduduk . Pertanggung-jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana penduduk dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah diputuskan dalam rangka kenaikan kualitas pendidikan. Oleh karena itu setiap sekolah harus memberikan laporan pertanggung-tanggapan dan mengkomunikasikannya terhadap orang tua/masyarakat dan pemerintah serta melakukan kaji ulang secara konprehensif kepada pelaksanaan program perioritas sekolah dalam proses peningkatan kualitas.
Kurikulum; berdasarkan kurikulum persyaratan yang sudah ditentukan secara nasional, sekoalh bertanggung-jawab untuk berbagi kurikulum baik standar materi (content) maupun proses penyampaiannya.
Personil sekolah; sekoalh bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan training structural staf sekolah. Sementara pembinaan professional dalam rangka pembangunan kapasitas kepala sekolah danpembinaan ketrampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum tergolong staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah.[17]
Uraian di atas menunjukkan waasan pemahaman kepada kita bahwa tanggung jawab kenaikan mutu pendidikan secara mikro sudah bergesar dari birokrasi sentra ke unit pengurus yang lebih dasar adalah sekolah. Dengan kata lain, di dalam penduduk yang kompleks mirip kini di mana berbagai perubahan yang telah membawa kepada pergantian tata nilai yang beraneka ragam dan harapan yang lebih besar terhadap pendidikan terjadi begitu cepat. Oleh sebab itu, yakin atau tidak, bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara sempurna dan cepat dapat menanggapi perubahan keinginan penduduk tersebut.
Paradigma Konsep Manajemen Mutu dalam Varia Dunia Pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan ialah target pembangunan di bidang pendidikan nasional dan juga merupakan bagian integral dari upaya kenaikan kualitas manusia Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa seperti diamanatkan oleh undang-undang dasar 1945 menjadi tanggung jawab pendidikan, utamanya dalam merencanakan p[eserta asuh menjadi penduduk yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, rtangguh, kreatif, demokratis dan professional dalam bidangnya masing-masing. Kompetensi ini diharapkan dalam rangka mengantisipasi periode kesejagatan, utamanya globalisasi pasar bebas (free Trade globalization) di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labor Area) maupun di kawasan negara-negara Asia Fasifik (APEC).
Di tengah persaingan ketat di abad global dan pasar bebas, dunia pendidikan dituntut untuk lebih ulet menyahuti kesenjangan linear antara pendidikan dengan dunia kerja atau “one to one relationship” yang terputus. Dengan kata lain apa yang terjadi dalam lapangan kerja sukar disertai oleh pendidikan. Melalui undang-undang nomor 22 dan 25 tahun 1999 perihal otonomi tempat, yang diikuti dengan dikeluarkannya undang-undang nomor 20 tahun 2003 ihwal metode pendidikan nasional, yang secara langsung besar lengan berkuasa kepada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan.[18] Jika sebelumnya administrasi pendidikan ialah wewenang pemerintah pusat dengan paradigma top-down atau sentralistik, maka dengan berlakunya undang-undang tersebut keenangan bergeser terhadap pemerintah kawasan dengan paradigma button-up atau desentralistik. Ini semua ialah manifestasi dari kesadaran pemerintah dalam melaksanakan upaya penyempurnaan sistem pendidikan.
Di segi lain, pendidikan ialah komponen penting dari kehidupan seseorang dan merupakan faktor strategis bagi sebuah negara. Sifat pendidikan yakni kompleks, dinamis dan kontekstual. Oleh jadinya, pendidikan bukanlah hal yang mudah atau sederhana untuk dibahas. Kompleksitas pendidikan ini mendeskripsikan bahwa pendidikan itu yakni suatu upaya yang serius karena dia melibatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang mau membentuk abjad diri seseorang secara holistic menjadi insan seutuhnya, dalam hal ini mengacu terhadap kepada utuh fikir, utuh sikap dan utuh amal.
Dalam rancangan manajemen mutu, ukuran berkualitas tidaknya produk suatu forum pendidikan sangat ditentukan oleh produktifitasnya. Artinya, seberapa baik lembaga pendidikan yang bersangkutan mengubah input atau sumber daya menjadi output, produk atau hasil yang memiliki kegunaan selaku hasil sumber daya. Meningkatkan produktifitas dikerjakan dengan memperbaiki proses dalam pengelolaan. Setelah proses diperbaiki barulah tuntutan input atau output dikurangi maupun ditingkatkan secara lebih bijak dan lebih baik selaku bab dari taktik pencapaian tujuan.[19]
Untuk mengerti konsep administrasi mutu atau sering juga disebut manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management) dalam institusi pendidikan, diperlukan paradigma yang berpengaruh. Paradigma ini selaku acuan fikir untuk menyaring gosip yang masuk ke dalam fikiran kita dan menerimanya apabila sesuai serta menolaknya jika tidak cocok dengan acuan fikir tersebut. Prinsip esensial dari total quality management ialah bukan inspeksi, akan namun sebuah upaya melaksanakan segala sesuatu dengan benar dari sejak awal setiap waktu yang memfokuskan pada spesifikasi yang dimaksudkan oleh pelanggan atau klien.[20]
Salah satu versi pendekatan manajemen kenaikan mutu yakni memaksimalkan kekuatan sekolah dalam mempekerjakan dirinya dengan disokong oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut maka model pendidikan yang barangkali akan menaikkan ranking kualitas pendidikan Indonesioa di abad yang akan tiba haruslah model pendidikan yang menyebabkan bangsa yang berkualitas dilihat dari ilmu wawasan dan teknologinya (faktor logita) serta bermoral dari kemanusiaannya (faktor budpekerti). Kualitas tersebut dinampakkan pula pada kemampuan daya saing yang tinggi (aspek estetika) dalam menyelesaikan secara bijak aneka macam problematika yang dihadapinya.[21]
Di samping itu, desain administrasi kualitas ialah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi lewat perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, insan, proses dan lingkungan. Namun pendekatan tersebut hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristiknya, yakni (1) fokus pada pelanggan baik internal maupun eksternal, (2) memiliki obsesi yang tinggi kepada kualitas, (3) memakai pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan dilema, (4) mempunyai janji jangka panjang, (5) membutuhkan kolaborasi team, (6) memperbaiki proses secara berkelanjutan, (7) menyelenggarakan pendidikan dan training, (8) menawarkan keleluasaan yang terkendali, (9) memiliki kesatuan tujuan, dan (10) adanya ketyerlibatan dan pemberdayaan karyawan.[22]
Berbicara tentang jaminan kualitas atas produk pendidikan, maka senantiasa berkisar pada hasil belajar yang secara khusus menjadi landasan tampilan institusi, ialah prilaku dan disiplin. Manajemen mutu pendidikan mempunyai arti menjamin persyaratan mutu dalam manajemen pendidikan dengan sentra perhatian pada proses mencar ilmu, ialah mutu pengelolaan mencar ilmu yang mau menciptakan penemuan bagi sekolah. Berkaitan dengan ini, focus utama administrasi pendidikan yakni menekankan pada monitoring proses pendidikan yang mengacu pada efektifitas dan efisiensi yang berhubungan erat dengan indicator perfoma dan kepuasan pelanggan internal atau eksternal.[23]
Di lain pihak, untuk memperlihatkan pelayanan terhadap pelanggan, jikalau ditilik dari sudut proses juga memerlukan prosedur, yakni (1) spesifikasi kendali suplai sumber daya insan, mirip profesionalisasi tenaga pengajar, bahan latih dan kemudahan mencar ilmu, dan (2) spesifikasi tolok ukur material yang dibutuhkan dalam proses penggunaannya, mirip legalisasi, pelayanan minimal, tolok ukur peralatan dan perlengkapan yang digunakan. Karena produk utama pendidikan yakni pelayanan (service) dalam pendidikan diharapkan jaminan mutu (quality insurance) yang berkaitan dengan pelayanan mencar ilmu. Model total quality management dalam pengelolaan pendidikan yaitu sebuah tata cara yang menerapkan metode kuantitatif maupun kualitatif wawasan kemanusiaan pada seluruh metode pendidikan. Model ini memastikan bahwa yangmenjadi focus utama ialah proses yang benar dan berkualitas untuk memperbaiki material dan jasa pelayanan pendidikan dan beliau harus disokong oleh komponen insan yang professional dan kompeten sebaga pihak yang bertanggung-jawab dalam melaksanakan jasa pelayanan pemdidikan.[24] Bila semua ketentuan di atas dipatuhi, maka dia akan memperbaiki semua proses esensial untuk memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pendidikan di periode kini dan abad yang hendak tiba.
Lihat FootNote Makalah Konsep Manajemen Mutu
EmoticonEmoticon