Rabu, 29 Juli 2020

Makalah Perihal Pengolahan Dan Analisa Data

Dalam observasi terdapat dua hal utama yang menghipnotis kualitas data hasil penelitian, yakni kualitas instrumen observasi dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen, yang memiliki kegunaan untuk mengukur nilai variable yang diteliti, oleh karena itu untuk menghasilkan data yang akurat maka setiap instrumen mesti memiliki skala. Adapun jumlah instrumen yang hendak dipakai untuk observasi akan tergantung pada jumlah variable yang diteliti.

Sedangkan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang dipakai untuk menghimpun data. Oleh alasannya itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan yang valid dan reliable bila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan data. Oleh alasannya itu dalam tulisan ini akan membahas perihal bagaimana memakai dan memilih alat ukur, yang selanjutnya dalam goresan pena ini disebut dengan instrumen observasi, dan kemudian bagaimana mengumpul dan menganalisa data dalam observasi.

2. Instrumen Penelitian
Kegiatan observasi pada prinsipnya ialah melakukan pengukuran kepada fenomena social maupun alam atau mengukur variable, oleh alasannya adalah itu harus ada alat ukur yang bagus. Alat ukur dalam penelitian lazimnya dinamakan instrumen observasi.[1]Kaprikornus Instrumen observasi yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diperhatikan, secara spesific semua fenomena itu disebut variable observasi.

Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dalam ilmu alam telah tersedia dan sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, misalnya tingkat suhu maka instrumennya yakni thermometer, berat instrumennya timbangan berat, panjang instrumennya mistar / meteran. Instrumen tersebut mudah didapat dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya, kecuali yang rusak dan artifisial. Dan yang rusak dan imitasi jikalau digunakan untuk mengukur mesti diuji validitas dan reliabilitasnya apalagi dahulu.

Sedangkan instrumen yang dipakai untuk mengukur variable dalam ilmu social tergolong variable ekonomi memang ada yang sudah tersedia dan sudah teruji validitas dan reliablitasnya namun sukar untuk dicari. Jika pun telah tersedia dan sudah teruji validitas dan reliabilitasnya tetapi bila dipakai untuk tempat tertentu belum pasti sempurna dan mungkin tidak valid dan tidak reliable lagi.

Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam bidang social, instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri tergolong menguji validitas dan reliabilitasnya. Adapun titik tolak penyusunan instrumen ialah dari variable-variabel penelitian yang telah ditetapkan . dari variable tersebut diberikan definisi operasional dan selanjutnya diputuskan indicator yang mau diukur, dan dari indicator lalu dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk membuat lebih mudah penyusunan instrumen maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.[2]

Sebagi acuan misalnya variable penelitiannya “ tingkat konsumsi “ indicator konsumsi misalnya : jenis kendaraan yang dimiliki, jenis busana yang sering digunakan, jenis masakan yang sering dimakan, kawasan belanja, jenis olah raga yang dikerjakan, pendidikan dan sebagainya. Untuk indicator jenis kendaraan yang dimiliki, bentuk pertanyaannya contohnya : Berapa jenis kendaraan yang dimiliki, Bagaimana dengan status kepemilikan terhadap masing-masing kendaraan itu, Dimana dan tahun berapa dibuat masing-masing kendaraan itu, Bagaimana mutu masing-masing kendaraan itu, Berapa harga jual dipasaran untuk ketika ini masing-masing kendaraan itu dan sebagainya.

Dari paparan diatas dapat dikatakan bahwa validitas dan reliabilitas instrumen dalam pengumpulan data ialah syarat mutlak untuk mendapatkan hasil observasi yang valid dan reiabel. Instrumen yang valid mempunyai arti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid ( berdasarkan Bapak Meneth dalam kuliah ) memiliki arti instrumen tersebut mampu dipakai untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang, menjadi tidak valid jikalau digunakan untuk mengukur berat atau panas. Instrumen yang reliable berarti instrumen yang kalau dipakai berulang kali untuk mengukur obyek yang sama akan menciptakan data yang serupa.[3]

3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data mampu dilaksanakan dalam berbagai setting, aneka macam sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan tata cara eksperimen, pada suatu pelatihan, diskusi, di rumah dengan aneka macam responden, di jalan-jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data mampu memakai sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang eksklusif memberikan data terhadap kolektordata, dan sumber sekunder ialah ialah sumber yang tidak pribadi memperlihatkan data terhadap pengumpul data, contohnya melalui orang lain atau lewat dokumen.

Selanjutnya jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data berdasarkan keterlibatan eksklusif atau tidak pribadi kolektordata dengan subyek penelitian maka teknik pengumpulan data mampu dilaksanakan dengan melalui sistem: Pengamatan langsung, menggunakan pertanyaan (wawancara atau angket), dan khusus.[4]

Pengumpulan Data dengan Pengamatan Langsung (pengamatan)

Pengumpulan data dengan cara ini yaitu cara pengambilan data dengan memakai mata tanpa ada pinjaman alat standart lain untuk kebutuhan observasi dengan kreteria berdasarkan C. Selltiz yang dikutip Moh. Nazir yaitu selaku berikut :
1. Pengamatan dipakai observasi dan telah dijadwalkan secara sistimatis
2. Pengamatan mesti berhubungan dengan tujuan penelitian yang telah dijadwalkan
3. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi lazim dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik minatsaja.
4. Pengamatan dapat dicek dan diatur atas validitas dan reliabilitasnya.[5]

Jika dilihat dari sisi instrumentasi yang digunakan, maka observasi mampu dibedan menjadi observasi terencana dan observasi tidak terorganisir.[6] Observasi terorganisir yaitu pengamatan yang telah dirancang secara sistematis wacana apa yang hendak diperhatikan, kapan dan dimana tempatnya. Kaprikornus jelasnya peneliti sudah mengetahui dengan niscaya tentang variable apa yang mau diperhatikan. Sedangkan pengamatan tidak teratur yaitu pengamatan yang tidak dipersiapkan secara sistematis ihwal apa yang akan diobservasi, sebab peneliti belum tahu secara niscaya wacana apa yang akan diperhatikan.

Namun jika dilihat dari proses pelaksanaan pengumpulan data , observasi dibedakan menjadi observasi berperan serta (Participant observation) dan Non Participant observation. Dalam pengamatan partisipan, peneliti terlibat dengan aktivitas sehari-hari orang yang sedang diperhatikan atau yang dipakai sebagai sumber data penelitian, artinya sambil melakukan observasi, peneliti ikut melakukan apa yang dijalankan oleh sumber data dan ikut mencicipi suka dukanya. Sebaliknya dengan pengamatan non partisipan, peneliti tidak terlibat dan cuma sebagai pengamat independen.

Pengumpulan Data dengan Pertanyaan (Wawancara dan Kuesioner) Wawancara yaitu proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap wajah antara peneliti dan responden dengan alat panduan wawancara. Adapun hal yang perlu dipegang oleh peneliti dalam memakai sistem wawancara dan angket berdasarkan Sutrisno Hadi yaitu :

- Bahwa responden adalah orang yang tahu tentang dirinya sendiri
- Bahwa apa yang dinyatakan oleh responden kepada penelitiadalah benar dan sanggup menerima amanah
- Bahwa interpretasi responden ihwal pertanyaan – pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya yakni sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti[7].

Wawancara dalam penelitian mampu dilaksanakan secara terorganisir dan tidak terstruktur.Wawancara teratur digunakan selaku teknik pengumpulan data, jikalau peneliti sudah mengenali dengan pasti perihal info apa yang akan diperoleh. Oleh alasannya itu peneliti dalam melaksanakan wawancara sudah merencanakan instrumen observasi berbentukpertanyaan–pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya sudah disiapkan, responden diberi pertanyaan yang serupa dan peneliti mencatatnya dan merekamnya. Wawancara versi ini lazimnya disebut dengan wawancara secara tertutup. Sedangkan wawancara tidak terorganisir adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan ajaran wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, dan wawancara ini disebut wawancara terbuka.

Sedangkan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner mampu berbentukpertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka , dapat diberikan kepada responden secara pribadi atau diantarlewat pos atau internet. Kuesioner mesti mempunyai center perhatian yaitu problem yang ingin dipecahkan sehingga setiap pertanyaan mesti merupakan bagian dari hipotesa yang ingin diuji. Untuk memperoleh informasi yang berkisar sekitar persoalan yang ingin dipecahkan itu maka secara umum isi kuesioner mampu berupa pertanyaan ihwal fakta, ihwal pendapat dan perihal persepsi diri.[8]

Menurut Uma Sekaran (1992) yang dikutip oleh Sugiono bahwa prinsip-prinsip dalam penulisan kuesioner sebagi teknik pengumpulan data yaitu[9] :

a. Bahwa isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berupa pengukuran maka dalam menciptakan pertanyaan mesti teliti, artinya setiap pertanyaan mesti skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variable yang diteliti.
b. Bahasa yang dipakai dalam penulisan kuesioner harus diubahsuaikan dengan kesanggupan berbahasa responden
c. Tipe pertanyaan dalam kuesioner dapat tertutup atau terbuka, dan bentuknya mampu menggunakan kalimat kasatmata atau negatif.
d. Pertanyaan dalam kuesioner jangan mendua (double barreled) sehingga menyusahkan responden untuk menawarkan jawaban
e. Setiap pertanyaan semestinya tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa atau pertanyaan yang membutuhkan balasan denngan berfikir berat.
f. Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya juga tidak menggiring ke balasan yang baik saja atau yang jelek saja, dan tidak terlampau panjang.
g. Urutan pertanyaan dalam kuesioner dimulai dari yang biasa menuju yang spesifik atau dari yang mudah menuju ke yang sulit
h. Bahwa kuesioner yang diberikan terhadap responden yakni merupakan instrumen penelitian, oleh sebab itu mesti dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliable tentang variable yang diukur, untuk itu sebelumnya instrumen mesti diuji terlebih dahulu.
i. Penampilan fisik kuesioner hendaknya mampu menarik responden untuk mengisi atau menjawabnya.

4. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan aktivitas awal sebelum peneliti melakukan evaluasi terhadap data yang telah dikumpulkan. Kegiatan ini meliputi tahap editing ( investigasi data ), coding ( perlindungan instruksi ) dan penyederhanaan data. Tahap pemeriksaan dan meneliti kembali data ( editing ) yang telah terkumpul berencana untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebut dalam kondisi baik sehingga mampu disediakan untuk tahap analisis selanjutnya. Selain itu juga untuk mengenali apakah info yang tampak pada kuesioner terang, terperinci, mampu dibaca, berkaitan dan tepat atau tidak.

Sedangkan tahap pinjaman arahan (coding) dikerjakan selaku usaha untuk mempersempit data, adalah dengan memberi symbol angka pada setiap jawaban, atau suatu cara mengklasifikasi jawaban responden atas suatu pertanyaan berdasarkan macamnya dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan arahan tertentu. Jelasnya tahap coding menurut Sarantakos (2002) yang dikutip oleh Sutinah yaitu proses dimana pertanyaan-pertanyaan dan tanggapan – jawaban diubah menjadi angka[10].Pemberian symbol atau kode yang berupa angka merupakan sebuah cara mengelompokkan balasan atas pertanyaan sehingga mempermudah analisis data. Dalam hal ini Neuman (2000) mengartikan coding selaku pengorganisasian data mentah secara sistimatis ke dalam format yang mampu dibaca [11]. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti untuk memudahkan reduksi data, analisis, penyimpanan dan penyebaran data serta membuat lebih mudah membuat perbandingan antar jawaban responden.

5. Analisa dan Interpretasi Data
Bahwa tujuan observasi akan tercapai kalau peneliti mampu merumuskan hipotesis melaksanakan pengumpulan data, mengolah data dan menganalisis data serta meng interpretasikannya. Analisis data ialah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan[12]

Dalam acara evaluasi data sering dipakai alat bantu mirip penghitungan dengan tes statistik, yang fungsi pokoknya antara lain mempersempit data hasil observasi yang jumlahnya sungguh besar menjadi sebuah info yang lebih sederhana dan mudah dimengerti. Selain itu statistik juga dapat dipakai untuk membandingkan antara hasil yang diperoleh dari observasi dan hasil yang terjadi secara kebetulan, denngan demikian maka peneliti dimungkinkan untuk melaksanakan pengujian apakah korelasi antar variable tersebut sungguh-sungguh terjadi sebab adanya kekerabatan yang sistematis dan konkret antara variable-variabel yang diteliti ataukah sekedar terjadi secara kebetulan. Tahap pertama dalam kegiatan evaluasi data yakni membagi data atas kalangan atau kategori-klasifikasi. Beberapa ciri dalam membuat kategori menurut F.N. Kerlinger yang dikutip oleh Moh Nazir yaitu[13] :

a.Kategori yang dibuat harus sesuai dengan masalah dan tujuan observasi
b.Kategori harus lengkap ( Exhaustive )
c.Kategori mesti bebas dan terpisah
d.Tiap kategori harus berasal dari satu klasifikasi
e.Tiap klasifikasi mesti dalam satu level.

Pada penelitian social, analisa data acap kali dibagi ke dalam dua kelompok ialah analisa untuk data categorical dan bersambungan. Analisis yang sering digunakan untuk data kategorikal adalah metode tabulasi silang atau analisis elaborasi. Sedangkan analisis data bersambungan, biasanya digunakan berbagai teknik / tes statistik seperti distribusi frekuensi, ukuran kecenderungan dan variabilitas sentral, analisis relasi, analisis komparasi, analisis varians, analisis regresi dan sebagainya.

Bahwa inti aktivitas evaluasi data yaitu menguji kebenaran atau keberlakuan hipotesa yang ditetapkan oleh peneliti sejak awal dalam proses observasi dengan data-data empiris yang telah dikumpulkan. Oleh sebab itu menguji hipotesa tidaklah hanya memaparkan data yang mampu membenarkan hipotesa yang diajukan, namun menguji apakah kebenaran atau keberlakuan hipotesa tersebut ditolak atau tidak ditolak menurut data yang obyektif.

Selain hal tersebut diatas bahwa menguji hipotesa yaitu menaksir parameter populasi berdasarkan data sample. Dalam hal ini ada dua cara penaksiran[14], yaitu a point estimate ( titik taksiran ) dan interval estimate ( taksiran interval ). Titik taksiran adalah suatu taksiran parameter populasi menurut sebuah nilai dari rata-rata data sample.Contoh Hipotesanya berbunyi , Bahwa daya tahan kerja orang Indonesia yaitu 10 jam / hari, disebut a point estimate alasannya adalah daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir melalui satu nilai ialah 10 jam / hari.

Sedangkan taksiran interval yakni sebuah taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data sample. Contoh hipotesanya berbunyi, Daya tahan kerja orang Indonesia antara 8 sampai dengan 12 jam / hari, alasannya adalah yang ditaksir nilai intervalnya yaitu 8 sampai dengan 12 jam / hari. Untuk lebih jelasnya pengujian hipotesa, penulis mengutip table atau matriks penggunaan statistik parametriks dan non parameteriks dari bapak Sugiyono dalam bukunya Metode observasi Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Meski penghitungan dengan tes statistik adalah penting, akan tetapi masih ada yang perlu diperhatikan yaitu interpretasi, alasannya penghitungan statistik tidak mempunyai banyak arti manakala tidak di interpretasikan di dalam suatu kerangka teorotis tertentu. Bagaimana arti dan makna di balik data dan penghitungan statistik yang berkaitan denngan gejala social yang diteliti, itulah yang jauh lebih penting.Dengan demikian yang utama adalah bagaimana peneliti bias mengartikan data dan hasil penghitungan statistik lewat interpretasinya dapat menjelaskan atau memahami gejala social yang ditelitinya.

Interpretasi dapat dikerjakan dengan dua cara[15] yakni pertama, interpretasi secara terbatas dimana peneliti hanya melakkukan interpretasi atas data dan hubunngan yang ada dalam penelitiannya, cara ini dijalankan secara bersamaan pada saat analisis data dijalankan. Cara kedua, peneliti berusaha mencari pemahaman yang lebih luas ihwal hasil-hasil yang diperoleh dari analisis, cara ini dilaksanakan dengan membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan peneliti lain serta menghubungakn interpretasi tersebut dengan teori.

Footnote
[1].Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D (Bandung :Alfabeta, 2006) h.114
[2] Ibid. h. 116
[3]Ibid. h. 135
[4]Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cet III (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988 ) h. 212
[5]Ibid
[6] Sugiono, Metode Penelitian …………….h. 163
[7]Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Jilid I ( Yogyakarta : UGM Press, 1986 ) h. 19
[8] Moh. Nazir, Metode Penelitian ………h. 246
[9] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif …………………h. 159 - 161
[10]Bagong Suyanto – Sutinah ( Ed ), Metode Penelitian Sosial ( Jakarta : Kencana, 2005 ) h. 95
[11]Ibid.
[12]Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survai, edisi revisi (Jakarta : LP3ES, 1989 ) h.43
[13]Moh Nazir, Metode Penelitian ……h.419
[14]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif ……….h.179
[15]Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode observasi Survai………..h.56

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon