
Tenggelam di Sungai Musi
Penulis :
Supriyanto
ISBN :
978-602-51576-2-2
Ada banyak cara untuk menyimpan suatu kenangan. Cara yang dipilih, tentu tiap orang berlawanan. Sesuai dengan opsi mereka. Kenangan mampu diabadikan dalam bentuk apa saja: patung, foto, monumen, museum, mampu pula dalam bentuk tulisan. Tak sedikit orang yang memilih untuk membukukan ingatan mereka, termasuk aku. Pepatah menyampaikan “The palest ink better than the best memory”, tinta yang kabur sekalipun, masih lebih baik dari kenangan yang tajam.
“Tenggelam di Sungai Musi” dikemas dalam bentuk yaitu kumpulan dongeng pendek, berharap buku ini “gurih” untuk “dicicipi”. Semoga melalui buku ini, mampu berbagi pengalaman. Betapa liku-liku kehidupan seseorang itu dinamis. Dari tawa, canda, berubah sedu, sedan hingga tangis pilu. Kehidupan yang kita jalani begitu sarat warna.
Meski kita tak mengalaminya sendiri, apa yang telah dilalui orang lain mampu kita jadikan pelajaran. Ada banyak hal yang harus kita syukuri, setiap insiden yang menghampiri kita, bukan hal yang ujug-ujug, bukan kebetulan. Akan tetapi itulah yang telah digariskan Allah, untuk kita ambil pesan tersirat dan pelajaran.
Yang tertulis akan tetap abadi, sedang yang hanya terucap, hanya akan berlalu bersama angin.
Kartasura, April 2018Yang tertulis akan tetap abadi, sedang yang hanya terucap, hanya akan berlalu bersama angin.
Sumber https://www.aansupriyanto.com/
EmoticonEmoticon