Selasa, 01 Desember 2020

Warsito Purwo Taruno-Penemu Rompi Anti Kanker Asal Indonesia

Warsito Purwo Taruno yaitu seorang ilmuwan kelas dunia, salah satu putra terbaik Indonesia. Warsito ialah buah transformasi sumber daya unggulan Indonesia yang digagas oleh B.J. Habibie setelah diundang pulang oleh Presiden Soeharto. Anak dusun ini berangkat ke Jepang pada 1987  sebagai Penerima beasiswa Overseas Fellowship Program Habibie (OFP Habibie). 


Warsito Purwo Taruno adalah seorang ilmuwan kelas dunia Warsito Purwo Taruno-Penemu Rompi Anti Kanker Asal Indonesia

Berikut perjalanan Warsito dari lahir sampai tahun 2016, yang ditulis oleh Fenty Effendy, dalam bukunya "Setrum Warsito, Kisah di Balik Penemuan Rompi Anti-Kanker"
  • 15 Mei 1967, lahir di Ploso Lor, Matesih, Karanganyar, Surakarta.
  • 1983, masuk SMA Negeri I Karanganyar.
  • 1986, diterima di UGM.
  • 1987, berangkat ke Jepang sebagai Penerima beasiswa OFP Habibie.
  • 1994, pemerintah menghentikan program beasiswa OFP Habibie, namun Warsito tetap melanjutkan studi alasannya adalah mendapatkan beasiswa dari kementrian Pendidikan Jepang.
  • 1997, menjangkau gelar doktor Shizuoka University dengan temuannya multi-modal ultrasound tomography.
  • Agustus 1999, menjadi Pembicara kunci termuda dalam konferensi internasional bidang gas cair di Delft University of Technology. 
  • 2000, mendapatkan algoritma untuk membaca bagian pinggir dari gelombang listrik berenergi rendah yang gerakannya liar dan sungguh acak. 
  • 2001, mendapat Outstanding Posdoctoral Award dari Ohio State University dan penghargaan sejenis dari American Chemical Society. 
  • April 2004, pulang ke Indonesia untuk memperpanjang visa dan berharap membuktikan desain “melihat tembus berbasis medan listrik satis di ruang sembarang (Electrical Volume Thomography).
  • 2006, Majalah Tempo memasukkan Warsito sebagai “10 yang mengubah dunia”
  • 2007, mendirikan Edwar Tecnology bareng Doktor Edi Sukur, belajar Teknik Kimia di Chiba University dengan beasiswa acara Science and Technology for Industrial Development (STAID).
  • Januari 2009, membuat SonaCT, sistem pemindai ultrasonik non-destructive testing pertama di dunia, untuk mengecek banyaknya karat di dalam tabung gas bus trans-Jakarta.
  • Oktober 2009, menjadi staf khusus Menristek bidang Kerjasama Luar Negeri.
  • 2010, menciptakan kutang medan listrik berbasis energi rendah untuk Yu Warni yang terkena kanker payudara stadium IV.
  • Oktober 2001, membuat helm ala Peter Cech untuk Willy Saputra, seorang penderita tumor otak (Pilocytic Astrocytoma) stadium 3B yang lumpuh.
  • April 2013, membuat ECVT untuk mendeteksi tumor di kepala atau penyakit lainnya pada Simposium Internasional perihal Pencitraan Biomedis di San Fransisco, AS.
  • Oktober 2013, tidak boleh tampil sebagai pembicara dalam "Workshop Deteksi Dini Kanker payudara dengan Menggunakan Metode Nonradiasi" di Jakarta.
  • Juni 2015, diundang menunjukkan kuliah biasa dan workshop dalam kongres ke-10 International Society for Medical Laser Applications (ISLA) di Beverugen, Jerman.
  • Juli 2015, memperkenalkan ECVT untuk memverifikasi data simulasi yang dihasilkan superkomputer termutakhir skala satu miliar kali skala giga dalam festival Teknologi Lanjutan Innoprom di Ekaterinburg, Rusia.
  • Agustus 2015, menerima BJ. Habibie Tecnology Award dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
  • November 2015, Klinik Riset Kanker ditutup sehabis keluarnya Surat Sekretaris Jendral Kementrian Kesehatan yang menyatakan ungkapan "Klinik Riset" tidak dikenal dalam Peraturan Kesehatan no. 9 Tahun 2014.
  • 3 Februari 2016, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan memberitahukan hasil telaah bahwa ECVT dan ECCT belum bisa disimpulkan keamanan dan keuntungannya sehingga akan diadakan observasi lebih lanjut.
  • 8 Februari 2016, mulai pelatihan internasional pertama untuk penanganan kanker di Warsawa, Polandia. 
Baca Juga: Sebakul Nasi dan Catatan Kecil Seorang Professor (Cerpen wacana Prof. Warsito Purwo Taruno)

Saya tertarik dengan dongeng Hidup Prof Warsito, ketika pertama kali melihat wawancaranya di Kick Andy. Andy F Noya pada waktu itu masih dengan style kribonya. Belum botak mirip kini. Berikut videonya:


Terlebih dengan buku karya mbak Fenty Effendy, makin menggenapkan kekaguman saya pada sosok Professor satu ini. Membaca dongeng periode kecil Warsito yang sangat sederhana di Pelosok Jawa Tengah, perjalanan sekolahnya di Jepang yang mengantarkannya menjadi peneliti kelas dunia, tak hanya memberi gagasan, tetapi juga mengobarkan semangat untuk senantiasa pantang mengalah.

"Saya tak menilai diri saya lebih bakir dari belum dewasa lain. Saya hanya tidak mempunyai kemewahan waktu untuk berguru, alasannya sepulang sekolah saya mesti membantu Bapak, lalu membantu Simbok di rumah. Nyapu, nyuci, menimba air dan sebagainya. Kaprikornus, aku menyalin rumus ke kertas, dilipat-lipat seukuran telapak tangan dan dibaca sambil ndedeki sawah." Warsito


Sumber https://www.aansupriyanto.com/


EmoticonEmoticon