Suksesi kepemimpinan yaitu hal yang masuk akal. Promosi, mutasi, menjadi bagian dari proses yang harus dijalani. Yang usang diganti gres, yang usang diganti lama, dengan pendapatyang tidak sama.
Adalah saya, guru umumyang cuma bisa iya dengan apa yang harus diterima. Pun halnya saat sepuluh tahun kemudian, dikala aku diposisikan di sekolah ini, aku juga tak memiliki dugaan. Hanya mampu iya, dan aku jalani dengan bahagia.
Dokumentasi Pribadi, 16 Maret 2019 |
Saya cuma bisa terdiam terima kabar hari ini. Bahwa riak-riak suksesi itu mengalir pula ke sini, sekolah kami. Padahal selama dua tahun ini, saya rasa baik-baik saja. Oh, mungkin itu berdasarkan aku, berdasarkan yang lain mungkin tak sama.
Januari 2017, dengan perasaan yang nyaris sama, momentnya juga serupa. Kepala Sekolah usang, bergeser ke sekolah yang lain. Meninggalkan kesan, yang dirasa berlainan tiap orangnya. Menyambut muka baru yang serupa sekali tak kita kenal sebelumnya. Hari ini? Begitu halnya. Semoga sama amanahnya.
Biarlah kami yang sini tetap begini, tetap menggenggam erat impian anak ajar kami. Meski kawan-kawan kecil kami inklusi, itu juga anak negri. Yang punya hak dengan ilmu yang kami miliki. Setiap pagi, mereka menunggu kami, datang menenteng secuil harapan dirinya sendiri-sendiri, yang mungkin berbeda dengan lainnya.
Yang kami hormati pimpinan kami, maafkan jikalau selama bareng dengan kami banyak salah dan khilaf kami. Mudah-mudahan kebersamaan yang sebentar ini, menjadi cambuk bagi kami, melecutkan harapan tuk esok pagi.
Yang kami hormati pengganti pimpinan kami, Mudah-mudahan kita mampu bergandeng tangan meneruskan perjalanan ini menjadi penuh arti. Berharap bisa bersinergi, mirip hari-hari sebelum ini.
Kartasura, penghujung Sukoharjo, menjelang simpulan Maret tahun dua ribu sembilan belas. Tepat saat tanggal dua puluh delapan sebentar lagi bergulir ke dua puluh sembilan. Saat sebentar lagi cairan rapelan, dan bulan depan, Pemilu Presiden dan Anggota Dewan, Salam.
EmoticonEmoticon