Rabu Legi 17 April 2019, merupakan hari pemungutan bunyi. Pemungutan bunyi untuk Pemilihan Pasangan Calon Presiden dan Wapres. Juga untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di dingklik dewan perwakilan rakyat RI, DPD, DRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Setiap Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat, berhak menawarkan suaranya untuk menyukseskan jalannya Pesta Demokrasi lima tahunan ini.
Sebulan kemudian, Ketua Panitia Pemilihan Desa (PPS) menelepon aku. Bisakah saya bertugas menjadi anggota KPPS. Karena pada Pemilu 2019 ini, ada penambahan jumlah TPS (Tempat Pemungutan Suara) dari biasanya cuma 6 atau 7 TPS, kali ini ada 12 TPS. Otomatis perlu banyak personil untuk bertugas sebagai anggota KPPS.
![]() |
Pengisian C Plano |
Keesokan harinya tepat pukul enam pagi, kami sudah bersiap dengan tugas masing-masing. Kebetulan aku bertugas selaku KPPS 2. Foto bersamaselaku ingatan, bahwa kita pernah kerja bareng. Dilanjutkan dengan sarapan beserta para beberapa saksi, yang kebetulan ada yang dari warga RT setempat. TPS 10 desa kami bertempat di rumah bapak RT. Rumahnya cukup luas. Rumah limasan Jawa yang masih terawat sampai sekarang.
Pemungutan Suara
Tepat pukul tujuh pagi, breafing dimulai. Pembacaan sumpah akad KPPS dilanjutkan dengan membuka satu demi satu kotak bunyi. Diawali dari kotak presiden dan berakhir pada kotak DPRD Kabupaten Kota. Setelahnya kami inventarisir dan mencatat pada form yang telah disediakan.Turut melihat inventarisasi tersebut, Panwas dan beberapa orang saksi dari partai politik. Kami hitung surat suara satu demi satu dan menentukan semua kelengkapan yang diharapkan, demi Pemilu di tahun 2019 berjalan tanpa kendala, sesuai dengan keinginan.
![]() |
Proses pemungutan bunyi di TPS 010 |
Tepat pukul 10.00, saya beralih mengisi identitas pada sampul dan form-form yang akan digunakan untuk laporan hasil pemungutan suara. Isian kartu suara saya serahkan terhadap ketua dan KPPS3. Lagipula jumlah pemilih yang hadil hampir 80%. Pukul 13.00 pemungutan suara pun berakhir. Dari 174 pemilih yang terdaftar di DPT, cuma 135 saja yang memakai hak pilihnya.
Penghitungan Suara
Tepat pukul 13.00 kami memulai proses penghitungan bunyi. Dimulai dari kartu bunyi Pasangan Presiden dan Wapres. Tidak menyantap banyak waktu untuk kotak pertama ini. Hanya butuh empat puluh lima menit untuk proses penghitungan, dan rekap plano.Selesai kotak pertama, kita lanjutkan kotak kedua, dewan perwakilan rakyat RI. Sengaja kita teruskan ke kotak kedua, dengan tidak menyelesaikan pengisian form, kesepakatan kami, nanti form-form yang dibutuhkan akan kita isi sesudah semua surat bunyi yang ada dalam kotak selesai kita kita hitung. Yang penting rekap di C plano telah kita tuntaskan.
![]() |
Penghitungan bunyi |
Memasuki waktu sholat ashar, sempurna dikala adzan berkumandang, kami hentikan proses penghitungan. Sedianya akan kita teruskan ke kotak ketiga, akan namun, bab logistik menunjukkan aba-aba semoga break dulu. Pak RT, selaku empunya rumah, sudah menyiapkan teh panas, dan kopi, serta kudapan ala kadarnya. Kamipun karenanya beristirahat sejenak, untuk sekedar ngeteh atau ngopi, kemudian sholat ashar.
Sehabis ashar, kita lanjut lagi. Kita biarkan plano Presiden dan DPR RI masih terpampang di dinding rumah limasan Jawa yang lumayan luas itu. Kita buka kotak ketiga. Ternyata benar praduga kami, bahwa ada satu surat bunyi dewan perwakilan rakyat RI yang masuk ke kotak DPD. Alhasil, kita kembali ke plano DPR RI untuk menyelesaikan rekap pengitungan suara dewan perwakilan rakyat RI.
Setelahnya, kita teruskan proses penghitungan untuk kotak ketiga, keempat dan kelima. Tak usah ditanya betapa lelahnya personil yang terlibat. Akan tetapi peran belum selesai, mau tidak mau harus kita tuntaskan. Sekitar pukul lima sore, kita buka kotak terakhir untuk DPRD Kab/Kota. Plano untuk kotak terakhir ini sengaja kita tempel di lantai, dengan harapan bisa kita isikan sambil lesehan. mengenang tenaga yang makin terkuras.
Pengisian C1
Adzan magrib berkumandang, sempurna dikala kami menuntaskan penghitungan suara kotak yang terakhir untuk DPRD Kabupaten/Kota."Leren sik, dhahar riyen Pak, Mas, sedaya mawon!"
Lagi-lagi dengan gaya khas mbah RT kami, menawarkan isyarat biar kami break untuk makan dan sholat maghrib. Bersyukur sekali aku dan sahabat-sahanat yang terlibat pada waktu itu. Meski kami tak tahu, budget untuk TPS dan logistik cukup atau tidak. Terlebih belakangan kita simak dari media, ada beberapa anggota KPPS yang meninggal dunia karena kecapekan.
Sehabis isyak, kami mulai mengisi form-form manajemen. C1 hologram, serta salinan-salinan yang dibutuhkan. Karena saksi ada enam orang orang, setidaknya kami mesti buat minimal 11 salinan. Enam untuk saksi, sisanya untuk laporan ke PPS, PPK, dan Panwas.
![]() |
Pengisian form C dan salinannya |
Apa boleh buat semua salinan kita tulis tangan. Sembari rekan-rekan KPPS lain menuntaskan salinan, aku arahkan 2 petugas keamanan melepas satu demi satu plano yang masih menempel, menggulung dan memasukkan ke dalam kotak yang cocok. Menyegel surat bunyi sah, tidah sah, surat suara sisa/tidak digunakan, keliru coblos kedalam amplop dan menempelkan segel. Kemudian memasukkan ke dalam kotak yang sesuai, berdasar apa yang tertulis di buku bimbingan KPPS.
Tepat pukul 23.00 tugas kami sebagai KPPS, saksi, keselamatan, dan semua pihak yang terlibat di TPS 010 simpulan. Kotak bunyi kami kirimkan ke PPS.
Semoga ini menjadi pemilu Presiden dan Legislatif serentak yang terakhir, batin aku. Ke depan supaya ada penilaian, begitu menguras energi. Semoga tak kita dengar lagi ada petugas yang meninggal karena kelelahan, kelelahan dan semacamnya, agar.
Sumber https://www.aansupriyanto.com/
EmoticonEmoticon