Jumat, 11 Desember 2020

Kiat Menciptakan Paragraf Pertama Sebuah Cerpen

Ini yaitu catatan aku selama mengikuti kelas cerpen bersamaMbak Ajeng Maharani. Catatan perihal paragraf pertama sebuah cerpen. Paragraf pertama suatu cerpen bisa dibilang adalah nyawa dari cerita.

Ini adalah catatan saya selama mengikuti kelas cerpen bareng Mbak Ajeng Maharani Tips Membuat Paragraf Pertama Sebuah Cerpen

Mengapa? Karena paragraf pertama yaitu awal dari keseluruhan kisah. Banyak pembaca akan meneruskan apa yang dibaca setelah membaca paragraf pertama. Jika paragraf pertama itu baik dan menarik, maka minat pembaca akan meningkat untuk menyelesaikan keseluruhan isi dongeng. Tapi jikalau tidak, selesai telah.

Itulah kenapa kita mesti memikirkan sungguh-sungguh apa yang hendak kita tulis pada paragraf pertama. Bahkan dari semenjak kalimat pertama.

Berikut tips dari Mbak Ajeng bagaimana membuat paragraf pertama yang mempesona

1. Menggunakan adegan yang tidak biasa.

Contoh:

SEBUAH dompet tergeletak di bersahabat selokan, berisi uang jutaan rupiah dan beberapa lembar tulisan aneh. Aku tidak tahu siapa pemilik dompet ini, namun kukira beliau insan dermawan dan tidak memikirkan soal dunia. Salah satu goresan pena itu berbunyi: boleh ambil sesuka Anda, namun jangan semua, dan kembalikan dompet itu ke daerah di mana Anda menemukannya. (Agama Baru Penemu Dompet - Ken Hanggara)

2. Memulai dengan memperlihatkan konflik.

Contoh:

SAAT saya kecil, Ibu selalu berkata, “Kau boleh membuka lemari apa pun di rumah ini, tetapi bukan lemari Ibu!” Dan setiap kali aku mendekati lemari itu, memandangnya dengan likat, Ibu akan senantiasa menghardik dengan mata yang dibulat-bulatkan. Ia mengusirku dan mengucapkan kata-kata yang selalu saja sama: Jangan dekati lemari Ibu, Manna! (Rahasia Lemari Ibu - Ajeng Maharani)

3. Menampilkan pertanyaan.

Contoh:

MARIA bukan tidak suka ke sekolah. Ia sungguh suka matematika dan rapornya tidak pernah dapat merah. Ia anak berilmu dan punya 29 piala sejak tiga tahun masuk sekolah dasar. Piala itu didapat dari bermacam-macam prestasi dan lomba. Kaprikornus, bagaimana mungkin Maria benci sekolah? (Maria Takut Dimangsa Anjing - Ken Hanggara)

________________

'Apa kau yakin, seekor kupu-kupu bisa saja datang padamu selaku suatu membuktikan?'

Kupu-kupu itu tiba bersama senja. Dia terbang sedikit kebingungan di langit-langit ruang tamuku. Sayapnya berwarna hitam keabu-abuan. Ada sedikit bintik biru (atau hijau?) di bagian ujungnya. Seekor cicak cukup umur dengan badan gemuk dan ekor yang bergetar-getar, menekuninya dengan seksama. Bersiap untuk menyambar. Suamiku berkata, “Usir kupu-kupu itu keluar, Ma!” Seekor kupu-kupu tidak akan bisa membunuhmu, Pa, jawabku datar. Suamiku melengos, lalu masuk ke dalam kamar. Menutup pintunya. (Seekor Kupu-kupu di Langit Rumah - Ajeng Maharani)

4. Meminjam kutipan kalimat dari cerpen lain. (meminjam bukan bermakna praktik plagiatisme, selama kita cantumkan sumber dan kalimat berikutnya dalam paragraf tersebut adalah tulisan kita)

Contoh:

Apakah kau belum mendengar perihal orang ajaib yang menyalakan lentera di pagi cemerlang, menywruak ke pasar, dan berteriak tanpa henti, "Kucari Tuhan! Kucari Tuhan!" 
-- Fredrich Niwtzsche, Die Froliche Wissenschaft

Belukar hujan melebat cepat dan saya tersaruk ke emperan surau. Terbebas dari kuyup yang tak perlu. Rumah cuma selemparan tembok lagi, tetapi hujan celaka ini sudah menghentikanku. Aku bangun membentur dinding, melihat dunia menjadi kelabu, dan merasa murung atas kesendirianku. (Surau - Eka Kurniawan)

5. Tampilkan keunikan tokohmu.

Contoh:

Faisal kawin lagi!

Macua sampai menurunkan bulang hingga menutup separuh daun indera pendengaran. Ia sedang berupaya tuli dari gunjingan yang tak kunjung sunyi. Sejak ketupat masih penuh dalam keranjang sampai ikan gabus cuma menyisakan tulang, kabar anaknya yang poligami masih membahana seantero kampung Sungai Paring. Orang-orang berkicau bagai sekawanan burung pipit di pematang pada musim padi kuning keemasan. (Tungku Perkawinan - Miranda Seftiana)

6. Memulai dengan dialog yang menarik .

Contoh:

”PELAN-pelan, saya akan mati sebab dimakan sebuah kudapan manis.”
ITU ayah ucapkan padaku sempurna satu ahad setelah dia diangkat menjadi juru potong kue di kantornya. Awalnya saya galau, kok bisa ayah menjadi juru potong kue, padahal kata ibu, ayah seorang akuntan yang ahli. (Kue Itu Memakan Ayahku - Guntur Alam)

__________________

Catatan :
- Hindari pembuka cerita atau paragraf pertama yang memuat serangan cuaca >>> deskripsi setting berlebihan.


Contoh:

Hati yang pilu, mungkin kawasan ini yang pas. Cuaca yang cerah, langit biru tepat, awan-awan putih bergerombol dan berarak-arak, mirip sekumpulan domba, mungkin akan melunturkan murung di dada. Pemandangan yang dibaluti air berwarna biru mungkin mampu menyejukkan hati ini. Angin sepoi-sepoi mungkin bisa menemaniku yang sendiri ini.

- Dalam menulis cerpen, hindari memakai suara-bunyian, seperti: Brak! Kriet! Duar! dsb


Keenam kiat di atas memang bukan menjadi aturan baku dalam menulis paragraf pertama sebuah cerpen. Akan namun kita bisa memodifikasi sesuai dengan gaya menulis masing-masing. Meskipun demikian keenam hal tersebutlah secara garis besar yang biasa dipakai. Memodifikasi sendiri tentu lebih cantik. Kita membuat sebuah kebaruan dalam berkarya.
Sumber https://www.aansupriyanto.com/


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)