Rabu, 30 Desember 2020

Dupak Bujang, Esem Mantri & Semu Bupati

Ada hal yang menarik dikala Senin, 18 Maret 2019 lalu, aku mengikuti Kegiatan Publikasi  dan Sosialisasi Kurikulum 2013 di Sarila Hotel Sukoharjo. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas P dan K Kabupaten Sukoharjo ini, diikuti oleh Guru Sekolah Dasar Kabupaten Sukoharjo.


Pada sesi bahan, Kebetulan pada waktu itu pematerinya adalah Bapak Subeno, Pengawas SD. Beliau menyampaikan ada tiga filososi Jawa dalam berkomunikasi, ialah Dupak Bujang, Esem Mantri & Semu Bupati.

Dupak Bujang, 

Jika diartikan secara lugas dupak artinya menendang, Bujang mempunyai arti anak muda yang masih lajang. Lalu apakah dupak bujang artinya tendangan tanpa bayangan pada seorang bujangan? Ah, pasti tidak demikian.

Jawa populer dengan tingkatan berbahasa. Sebut saja ngoko untuk berkomunikasi dengan orang yang secara strata sosial sama, atau di bawah kita. Juga bahasa Krama untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih renta, atau yang lebih tinggi strata sosialnya.

Nah, maksud dari dupak  bujang ini ialah kita harus berbicara lugas, straight, to the point. Bila perlu, kita memerintah mereka dengan men-dupak (menendang). Bahasa-bahasa kiasan atau perintah tidak pribadi, umumnya tidak akan diketahui.

Esem Mantri 

Esem mempunyai arti senyum, Mantri ya mantri, tujuannya yaitu penduduk kelas menengah. Kalau pada zaman dulu ya dibawah bupati. Memberitahu mereka hanya cukup dengan esem (senyum). Senyum saja telah menjadi pasemon (isyarat). Kaum esem mantri telah paham apa yang dimaksudkan.

Semu Bupati

Semu artinya samar, Bupati merupakan perwakilan dari orang yang berpendidikan tinggi dan mengerti sastra. Ini mewakili golongan atas, tergolong raja, kaum bakir, pujangga, dll. Untuk kelompok yang lebih tinggi (bupati), bahkan semu/pasemon (raut muka) telah cukup menyiratkan makna.

Kaum yang satu ini memberikan sesuatu secara tersamar (semu). Penuh simbolik dan makna, juga tidak frontal/eksklusif. Ketika memberikan proposal proyek, contohnya, dari reaksi raut muka atasan bisa dimengerti apakah diterima, disangsikan atau ditolak.

Kaprikornus pendek kata, dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita harus mampu menempatkan diri. Dapat memposisikan, dengan siapa kita mengatakan. Jika memang dengan senyum dan sedikit gerak tubuh saja musuh bicara telah mengetahui, tak perlulah kita berbusa-busa ngomong kesana kemari. Meski kadang-kadang setingkat Bupati pun terkadang berbicara straight, lugas dan to the point.
Sumber https://www.aansupriyanto.com/


EmoticonEmoticon