Makalah Hakikat Pembelajaran Efektif
By: Ibrahim Lubis, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar (teaching) mampu menolong siswa mendapatkan informasi, ide, keahlian, nilai, cara berfikir, fasilitas untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara mencar ilmu bagaimana mencar ilmu[1]. Pembelajaran yakni upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pemahaman ini terdapat aktivitas menentukan, menetapkan, berbagi tata cara untuk meraih hasil pembelajaran yang dikehendaki. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada keadaan pembelajaran yang ada. Kegiatan-aktivitas ini intinya merupakan inti dari penyusunan rencana pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran mempunyai hakekat penyusunan rencana atau perancangan (disain) selaku upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam mencar ilmu, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber mencar ilmu yang mungkin digunakan untuk meraih tujuan pembelajaran. Oleh alasannya adalah itu pembelajaran meletakkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diamati adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber berguru yang ada supaya dapat berfungsi secara maksimal.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar relasi timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau korelasi timbal balik antara guru dan siswa ini ialah syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, terkadang guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk membuat kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut supaya mampu mengelola proses pembelajaran yang memperlihatkan rangsangan terhadap siswa sehingga ia mau dan bisa belajar. Untuk bisa mencar ilmu efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti mencar ilmu sebenarnya. Belajar ialah sebuah tindakan aktif untuk memahami dan mengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Makara, proses belajar terjadi kalau anak menanggapi stimulus (rangsangan) yang diberikan guru, disamping itu untuk menjangkau pembelajaran yang efektif penerima didik juga dapat dibimbing oleh Guru dari wawasan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpan dalam ingatan dan aliran mereka (Kognitif) dengan memakai teori dan sistem pembelajaran dengan sempurna. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan efektif dan maksimal.
Guru memiliki peran yang sungguh penting dalam memilih kualitas pembelajaran yang dijalankan di kelas dan atau di ruang praktek/laboratorium. Sehubungan dengan peran ini, guru hendaknya senantiasa menimbang-nimbang wacana bagaimana upaya yang dikerjakan untuk memajukan mutu pembelajaran tersebut, diantaranya dengan menciptakan perencanaan pembelajaran dengan seksama dan merencanakan sejumlah perangkat pembelajaran yang sempurna.
Upaya ini tentu menuntut pergantian-pergantian dalam pengorganisasian kelas, penggunaan tata cara mengajar, seni manajemen pembelajaran, perilaku dan abjad guru dalam mengelola proses pembelajaran dengan bertindak sebagaifasilitator yang berupaya menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dengan cara mengembangkan kesanggupan siswa untuk mendengarkanpelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif, berusaha menarik minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, menghidupkan motivasi berguru, pelayanan individu (pembelajaran privat) dan penggunaan media dalam pembelajaran.
Makalah ini membahas bagaimana menerapkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari hakikat sebetulnya, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu pembelajaran yang menciptakan pembelajaran yang optimal sesuai tujuan yang akan diraih.
BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Hakikat Pembelajaran Efektif
A. Hakikat Pembelajaran Efektif
Sebelum menelusuri apa bantu-membantu hakikat pembelajaran efektif, akan diuraikan terlebih dulu apa bahu-membahu yang dimaksud dengan belajar dan pembelajaran serta apa juga yang dimaksud dengan efektif. Berkenaan dengan hal tersebut akan diterangkan sebagai berikut.
1. Pengertian berguru dan pembelajaran
Belajar yakni suatu pergeseran dalam kepribadian sebagai suatu acuan baru yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, atau sebuah pemahaman.[2] Belajar pada hakikatnya ialah suatu usaha, suatu proses perubahan yang terjadi pada individu selaku hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.[3] Belajar dalam pengertian lainnya ialah sebuah upaya untuk menguasai sesuatu yang gres. Konsep ini mengandung dua hal: pertama; usaha untuk menguasai, Hal ini memiliki arti menguasai sesuatu dalam berguru, kedua; sesuatu yang gres dalam arti hasil yang diperoleh dari aktivitas berguru.[4]
Dalam defenisi lain diterangkan bahwa Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dikerjakan secara sadar untuk menerima sejumlah kesan dari materi yang sudah dipelajari[5]. mencar ilmu juga acara berproses dan merupakan bagian yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini bermakna keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sungguh tergantung pada keberhasilan proses mencar ilmu siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Soemanto[6] mengemukakan definisi belajar berdasarkan para jago bahwa belajar dapat didefinisikan selaku proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. ”Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through pembinaan or experience.” Dengan demikian, pergantian-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, capek, penyakit, atau imbas obat-obatan yakni tidak termasuk sebagai belajar.
Definisi yang tidak jauh berlainan dengan definisi di atas, dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul ”Educational Psychology” sebagai berikut: ”Learning is shown by change in behavior as a result of experience.”[7] Maksudnya bahwa dalam proses mencar ilmu, seseorang berinteraksi pribadi dengan objek berguru dengan memakai semua alat indranya. Belajar dalam arti mengganti tingkah laku, akan menjinjing suatu pergantian pada individu-individu yang mencar ilmu. Perubahan itu tidak hanya berhubungan dengan penambahan ilmu pengetahuan, namun juga berbentuk kecakapan, kemampuan, perilaku, pemahaman, harga diri, minat, budbahasa, adaptasi diri.
Menurut Hamalik Pembelajaran yaitu sebuah kombinasi yang tersusun mencakup unsur-komponen manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat berguru), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling menghipnotis mencapai tujuan pembelajaran[8].
Dapat disimpulkan bahwa secara biasa pembelajaran ialah sebuah aktivitas yang dilaksanakan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berganti ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bermaksud membantu siswa biar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laris siswa yang meliputi wawasan, keahlian, dan nilai atau norma yang berfungsi selaku pengendali perilaku dan perilaku siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.
2. Pengertian Efektif
Efektif adalah perubahan yang menjinjing imbas, makna dan faedah tertentu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif. Pembelajaran menekankan pada penguasaan pengetahuan ihwal apa yang dilaksanakan, namun lebih menekankan pada internalisasi, perihal apa yang dilakukan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan hayati serta diterapkan dalam kehidupan oleh siswa.[9] Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif ialah sebuah proses pergeseran seseorang dalam tingkah laku dari hasil pembelajaran yang dia dapatkan dari pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang menenteng pengaruh, makna dan manfaat tertentu.
3. Hakikat Pembelajaran Efektif
Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat pembelajaran yang efektif yaitu proses mencar ilmu mengajar yang bukan saja terkonsentrasi terhadap hasil yang diraih akseptor didik, tetapi bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memperlihatkan pemahaman yang bagus, kecerdasan, kesabaran, potensi dan kualitas serta dapat memperlihatkan pergeseran prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.[10]
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan perilaku demokratis bagi siswa. pembelajaran efektif juga mampu membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga menawarkan kreatifitas siswa untuk bisa berguru dengan kesempatanyang sudah mereka miliki ialah dengan memperlihatkan keleluasaan dalam melakukan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri. Di dalam menempuh dan mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif maka perlu dijalankan suatu cara supaya proses pembelajaran yang diharapkan tercapai adalah dengan cara belajar efektif. Untuk memajukan cara berguru yang efektif perlu adanya tutorial dari guru.[11]
Muara dari berfungsinya administrasi pembelajaran yang bagus yaitu pembelajaran efektif. Artinya, dari posisi guru tercipta mengajar efektif, dari posisi murid tercipta berguru efektif. Menurut Joyce and Weil , ”Guru yang sukses yaitu mengajar murid bagaimana mempunyai isu dalam obrolan dan menjadikannya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif yaitu membentuk info, ide dan kebijaksanaan dari guru mereka dan menggunakan sumber daya mencar ilmu secara efektif”[12].
Peran utama dalam pengajaran yakni menciptakan versi kegiatan pengajaran berpengaruh dan handal. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai penataan lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat berinterkasi dan mencar ilmu mengenali bagaimana caranya belajar. Berkaitan dengan efektivitas pengajaran, untuk meraih pembelajaran aktif, satu faktor penting ialah dilema sistem yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif. Proses pembelajaran dengan sistem ceramah, guru mendominasi pembicaraan sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan mencatat hal ini sungguh tidak diusulkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan ditinggalkan.
Paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif mewajibkan guru untuk mengubah cara pandang kepada pembelajaran. Dalam antisipasi mengajar, guru lebih mempertimbangkan/memfokuskan penciptaan pengalaman baru bagi siswa. Melalui pengalaman tersebut, siswa dapat berbagi pengetahuannya. Guru mengolah kurikulum yang sempurna sehingga dengan pemahaman konsep yang benar yang dibentuk siswa, memungkinkan dapat menghubungkannya dengan pengertian sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pengertian terhadap desain baru. Pendayagunaan teknologi pendidikan sudah memasyarakat, maka pertumbuhan industri penunjang pendidikan juga makin berkembang. Bukan hanya terpusat pada teknologi gosip, melainkan terbuka kesempatan bagi industri setempat untuk memproduksi alat-alat peraga dan simulasi. Semakin tinggi dan banyak teknologi didayagunakan dalam dunia pendidikan, maka semakin terbuka lebar peluang kerja inovatif masyarakat terdidik.
Pembelajaran akan berjalan efektif jika pengalaman, materi-bahan, dan hasil-hasil yang diperlukan sesuai denagn tingkat kematangan peserta asuh serta latar belakang mereka. Proses mencar ilmu akan berjalan baik jikalau akseptor asuh bias menyaksikan hasil yang fositif untuk dirinya dan menemukan perkembangan-kemajuan jika dia menguasai dan menyelesaikan proses belajarnya.[13] Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk menerima perubahan sebagai hasil dari proses belajar. Sehingga dilihat dari pemahaman prestasi dan mencar ilmu tersebut maka mampu diambil kesimpulan prestasi mencar ilmu adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan pergantian. Bentuk pergeseran dari hasil mencar ilmu meliputi tiga faktor, ialah :
- Aspek kognitif meliputi pergantian-perubahan dalam sisi penguasaan wawasan dan kemajuan eterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
- Aspek efektif meliputi pergeseran-pergeseran dalam sisi sikap mental, perasaan dan kesadaran.
- Aspek psikomotor meliputi pergeseran-pergantian dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. (Daradjat, 1995: 197) Prestasi mencar ilmu siswa yang diperoleh dalam proses mencar ilmu-mengajar disekolah mampu dilihat dan dimengerti dari nilai hasil cobaan semester, yang kemudian dituangkan dalam daftar nilai raport.
Nilai tersebut ialah nilai yang dapat dijadikan pola berhasil tidaknya siswa belajar serta dijadikan pola berhasil tidaknya proses berguru mengajar di kelas. Penilaian prestasi siswa yang dicantumkan dalam rapot, mampu berupa anka jiga berbentuk abjad. Prestasi mencar ilmu tidak cuma selaku indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu yang sudah dipelajarinya, akan namun juga keberhasilan selaku indikator kualitas institusi pendidikan di tempat dia mencar ilmu. Para guru dibutuhkan dan harus mampu membuat pembelajaran dengan efektif, mengasyikkan, tercipta situasi dan iklim pembelajaran yang kondusif, terdapat interaksi balajar-mengajar yang cantik, sehingga keberhasilan belajar dan prestasi dapat diraih dengan baik sesuai tujuan pembelajaran.[14]
B. Karakteristik Belajar yang Efektif
Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengenali bagaimana mendapatkan hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sungguh penting untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat dimengerti dengan ciri[15]:
- Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan menyebarkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, contohnya menyusun intisari pelajaran, menciptakan peta dan lain-lain.
- Metode yang beraneka ragam, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup.
- Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
- Suasana demokratis di sekolah, yaitu dengan membuat lingkungan yang saling menghormati, mampu memahami kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi potensi terhadap siswa untuk mencar ilmu mampu berdiri diatas kaki sendiri, menghargai usulan orang lain.
- Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan konkret.
- Interaksi belajar yang aman, dengan memperlihatkan keleluasaan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
- Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan mencar ilmu yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, bila dibutuhkan
Selain itu Ciri pengajaran Efektif juga mampu dikenali dengan:
- Berpusat pada siswa
- Interaksi eduktaif, Guru-Siswa
- Suasana demokratis
- Metode yang beragam
- Bahan berguru berguna
- Lingkungan aman
- Suasana berguru menunjang
Selain mengetahui karakteristik mencar ilmu yang efektif perlu diketahui juga bagaimana Karakteristik Guru Efektif, hal ini memiliki kegunaan untuk mengenali keterampilan dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melakukan pembelajaran yang efektif. Adapun karakteristknya ialah:
1. Memiliki minat terhadap mata pelajaran
2. Memiliki kecakapan untuk menafsirkan situasi/iklim psikologis siswa
3. Menumbuhkan semangat berguru
4. Memiliki imajinasi dalam menerangkan
5. Menguasai tata cara/seni manajemen pembelajaran
6. Memiliki sikap terbuka kepada siswa
C. Kondisi efektif
Guru selaku pembimbing dibutuhkan bisa membuat kondisi yang taktik yang dapat membuat peserta asuh nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Dalam membuat kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal: pertama, keadaan internal merupakan kondisi yang ada pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Kedua, keadaan eksternal adalah keadaan yang ada di luar pribadi insan, contohnya kebersihan rumah, penerangan serta kondisi lingkungan fisik lainnya. Untuk mampu mencar ilmu yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan terorganisir, misalnya ruang mencar ilmu harus higienis, tidak ada wangi-bauan yang mampu mengusik konsentrasi berguru, ruangan cukup terperinci, tidak gelap dan tidak mengganggu mata, fasilitas yang diperlukan dalam mencar ilmu yang cukup atau lengkap.[16] Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak semata tergantung guru, tetapi melibatkan banyak aspek, diantaranya keaktifan siswa, tersedianya akomodasi mencar ilmu, kenyamanan dan keselamatan ruangan kelas dan beberapa faktor yang lain, kendati memang eksistensi guru ialah aspek penentu dalam membuat kondisi pembelajaran yang efektif. Dalam mewujudkan keadaan pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Melibatkan Siswa secara aktif
Mengajar yaitu membimbing aktivitas berguru siswa sehingga dia mau belajar. Dengan demikian aktifitas siswa sangat diperlukan dalam aktivitas pembelajaran. Aktivitas belajar siswa mampu digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain :
a. Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melaksanakan eksprimen dsb.
b. Aktivitas mulut, mirip bercerita, tanya jawab, dsb.
c. Aktivitas menyimak , mirip menyimak penjelasan guru, mendengarkan pengarahan guru dsb.
d. Aktivitas gerak, mirip melakukan praktek di daerah praktek.
e. Aktivitas menulis, mirip mengarang, menciptakan surat, menciptakan karya tulis dsb.
Setiap jenis kegiatan mempunyai kadar atau bobot yang berbeda, tergantung pada segi tujuan mana yang hendak diraih dalam aktivitas pembelajaran. Yang jelas, kegiatan kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih mengamati acara siswa. Berikut ini cara memajukan keterlibatan siswa :
- Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara memakai berbagai teknik mengajar.
- Berikanlah materi pelajaran yang terang dan sempurna sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Usahakan semoga pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru mesti mengenali minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.
2. Menarik minat dan perhatian Siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat ialah suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap mencar ilmu, karena dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melaksanakan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran bersahabat kaitannya dengan sifat, talenta dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang mampu menyesuaikan sifat, talenta dan kecerdasan siswa ialah pembelajaran yang digemari.[17]
3. Membangkitkan motivasi Siswa
Motif yakni semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang mampu mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi ialah sebuah proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi tindakan atau tingkah laris untuk memenuhi kebutuhan dan meraih tujuan. Tugas guru ialah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau berguru[18]. Berikut ini beberapa cara bagaimana menghidupkan motivasi siswa :
- Guru berupaya membuat kompetisi diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya;
- Pada awal acara pembelajaran, guru hendaknya apalagi dahulu memberikan kepada siswa wacana tujuan yang mau dicapai dalam pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk berpartisipasi didalam meraih tujuan tersebut.
- Guru berusaha mendorong siswa dalam berguru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Guru hendaknya banyak memperlihatkan potensi kepada siswa untuk meraih berhasil dengan bisnisnya sendiri;
- Guru selalu berupaya menarik minat berguru siswa.
- Sering-seringlah memperlihatkan peran dan memberikan nilai seobyektif mungkin.
4. Memberikan pelayanan individu Siswa
Salah satu duduk perkara utama dalam pendekatan pembelajaran adalah kurangnya pengertian guru wacana perbedaan individu antar siswa. Guru sering kurang menyadari bahwa tidak semua siswa dalam sebuah kelas dapat menyerap pelajaran dengan baik. Kemampuan indiviadual mereka dalam menerima pelajaran berbeda-beda. Disinilah sebetulnya perlunya keahlian guru di dalam menawarkan variasi pembelajaran supaya mampu diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kesanggupan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa.[19]
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan mampu juga ditujukan kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau pembelajaran privat, belakangan ini memang cukup marak dilaksanakan melalui les-belajar khusus dan atau melalui lembagalembaga pendidikan yang memang khusus memperlihatkan pelayanan yang bersifat perorangan. Dalam metode pembelajaran tuntas, pelayanan individu ialah kegiatan yang harus dilaksanakan. Setiap sub bahan pelajaran yang disuguhkan mesti mampu diketahui oleh semua siswa, tanpa terkecuali. Oleh sebab itu dalam pembelajaran tuntas, bahan pelajaran dihentikan diteruskan sebelum bahan yang sedang diajarkan mampu diserap oleh seluruh siswa.
5. Menyiapkan dan memakai berbagai media dalam pembelajaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru dikala mengajar untuk menolong memperjelas bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Sebab, pembelajaran yang mengggunakan banyak verbalisme tentu akan menjemukan. Sebaliknya pembelajaran akan lebih menawan, kalau siswa merasa senang dan bangga setiap menerima pelajaran dari gurunya.
Pembelajaran yang efektif mesti mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman kongkret yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Di dalam menyiapkan dan memakai media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
- Alat peraga yang digunakan hendaknya mampu menambahperhatian siswa terhadap bahan pelajaran yang diasjikan.
- Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
- Alat yang dipilih hendaknya tepat, mencukupi dan mudah dipakai.
Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengendalikan kelas yang mampu menciptakan situasi yang memungkinkan anak bimbing dapat berguru, sehingga ialah titik awal kesuksesan pengajaran. Siswa dapat berguru dengan baik dalam suasana yang masuk akal, tanpa tekanan dalam keadaan yang merangsang untuk belajar. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru mampu mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta sebuah interaksi yang bagus antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini senada mirip yang ditulis Madri M. dan Rosmawati, bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yakni : (1) siswa memperlihatkan keaktifan, mirip tampak dalam jumlah curahan waktunya untuk melaksanakan peran ajar, (2) terjadi perubahan sikap yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diperlukan.[20]
Untuk mewujudkan situasi kelas yang mendukung proses belajar mengajar yang mampu membantu efektivitas proses mencar ilmu mengajar[21] adalah :
1. Memanggil setiap murid dengan namanya
2. Selalu bersikap sopan terhadap murid,
3. Memastikan bahwa anda tidak memperlihatkan sikap pilih kasih kepada murid tertentu
4. Merencanakan dengan terang apa yang anda lakukan dalam setiap pelajaran
5. Mengungkapkan kepada murid-murid wacana apa yang ingin anda capai dalam pelajaran ini
6. Dengan cara tertentu melibatkan setiap murid selama pelajaran
7. Memberikan peluang bagi murid untuk saling mengatakan
8. Bersikaplah konsisten dalam menghadapi murid-murid.
Untuk menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan gairah mencar ilmu, meningkatkan prestasi berguru siswa, dan lebih memungkinkan guru menawarkan panduan dan perlindungan terhadap siswa dalam mencar ilmu, maka dibutuhkan pengorganisasian kelas yang memadai.[22] dalam hal ini akan diuraikan beberapa situasi yang efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran:
1. situasi mencar ilmu yang menyenangkan
suasana mencar ilmu yang menyenangkan menciptakan pembelajaran akan berlangsung efektif, apabila suasana pembelajaran tersebut menggembirakan, penerima ajar akan lebih Rileks, Bebas dari tekanan, Aman, Menarik, Bangkitnya minat mencar ilmu, Adanya keterlibatan penuh, Perhatian peserta asuh tercurah, Lingkungan berguru yang menarik (contohnya kondisi kelas terang, pengaturan kawasan duduk leluasa untuk penerima ajar bergerak), Bersemangat, Perasaan bangga, Konsentrasi tinggi. Suasana pembelajaran yang menyenagkan menghindarkan pembelajaran yang tidak efektif, sebab penerima didik tidak Tertekan, Perasaan terancam, Perasaan menyeramkan, merasa tidak berdaya, tidak bergairah, malas/tidak berhasrat, jenuh/jenuh, suasana pembelajaran monoton, pembelajaran tidak mempesona siswa.[23]
2. Suasana bebas
Suasana bebas atau terbuka (permisif) merupakan keleluasaan bagi siswa dalam mengatakan dan atau berpendapat sesuai dengan tujuan dari proses pembelajaran, sehingga dengan hal tersebut siswa tidak akan mencicipi tekananan, adanya rasa takut, aib dan lainnya terhadap guru maupun sesame akseptor bimbing.[24]
3. Pemilihan media pengajaran dan sistem yang tepat
Menurut Nasrun dalam forum pendidikan mengemukakan bahwa guru dituntut bisa mempunyai dan memakai media pengajaran sesuai dengan materi yang akan di suguhkan, dituntut mampu memakai tata cara mengajar secara stimulan untuk menghidupkan situasi pengajaran dengan baik.[25]
E. Upaya Memelihara Kondisi dan Suasana Belajar yang Efektif
Dalam perannya selaku pengelola kelas, guru juga hendaknya mampu mengurus kelas dengan baik, alasannya adalah kelas merupakan lingkungan mencar ilmu yang paling utama dan merupakan aspek lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan dengan baik. Lingkungan kelas hendaknya diatur dan diawasi sedemikian rupa semoga kegiatan berguru lebih terarah dan dapat merangsang siswa untuk giat berguru serta aktif mengikuti pelajaran[26].
Strategi pengelolaan kelas yakni acuan/siasat, yang menggambarkan tindakan yang dipakai guru dalam membuat dan menjaga keadaan kelas agar tetap aman, sehingga siswa dapat mencar ilmu optimal, aktif, dan menggembirakan dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan Untuk menghalangi timbulnya tingkah laris-tingkah laris siswa yang mengganggu jalannya kegiatan mencar ilmu mengajar, guru berusaha mendayagunakan potensi kelas, memfokuskan perhatian terhadap penerima bimbing, mengerti mereka secara individu dan memberi pelayanan-pelayanan tertentu yang merupakan wujud pertolongan dari warga sekolah.
Upaya-upaya yang dikerjakan ini ialah usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana mencar ilmu yang aman, optimal dan mengasyikkan biar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi mampu diraih dengan maksimal.
1. Tanggung jawab Pendidik
Dalam memelihara keadaan dan situasi belajar yang efektif maka guru selaku pembimbing memiliki tanggung jawab yang besar dalam melaksanakannya. Adapun yang harus dilakukan seorang guru ialah:
- Guru selaku perancang pengajaran dituntut mempunyai kesanggupan untuk menyiapkan acara belajar mengajar secara efektif, yang bermakna harus mempunyai wawasan dan keterampilan yang profesional serta kesiapan pada proses berguru mengajar[27].
- Guru sebagai pengelolah pengajaran, dituntut untuk mempunyai kesanggupan mengelolah seluruh proses acara berguru mengajar dengan menciptakan suasana berguru yang menguntungkan bagi siswa sehingga siswa benar-benar berguru secara efektif .[28]
- Guru sebagai evaluator of learning, dituntut untuk secara terus menerus mengikuti prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi ini ialah umpan balik kepada proses aktivitas mencar ilmu mengajar sehingga mendapatkan hasil yang optimal.[29]
- Guru selaku pembimbing, dituntut untuk menyelenggarakan pendekatan secara instruksional yang bersifat langsung dalam setiap proses mencar ilmu mengajar berlangsung. Pendekatan pribadi dimaksudkan untuk lebih mengenal dan mengerti murid-murid secara mendalam sehingga dapat menolong dalam keseluruan belajar mengajar.[30]
- Guru harus menjadi pembimbing dan penyuluh yang tegas yang memelihara dan mengarahkan kemajuan pribadi dan keseimbanggan mental murid-muridnya. Guru juga menjadi orang bau tanah murid didalam mempelajari dan membangun system nilai yang diperlukan dalam penduduk dalam cukup umur ini.
2. Penataan Lingkungan Belajar
Dalam memelihara kondisi dan situasi yang efektif perlu adanya penataan lingkungan belajar. Aktivitas guru dalam menata lingkungan berguru lebih terkonsentrasi pada pengelolaan lingkungan belajar di dalam kelas. Oleh sebab itu guru dalam melakukan penataan lingkungan berguru dikelas tiada lain melakukan acara pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management). Menurut Milan Rianto, pengelolaan kelas merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengatur keadaan berguru serta memulihkannya kalau terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran mampu berlangsung secara maksimal.[31] Lingkungan belajar di kelas selaku suasana produksi yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat di klasifikasikan yang menyangkut : lingkungan (keadaan) fisik, dan lingkungan sosial.
3. cara pengajaran Pendidik
Dalam rangka memelihara keadaan dan situasi mencar ilmu yang efektif maka guru mesti bisa menentukan cara yang sempurna dalam pelaksanaan pembelajaran. Karena mengajar ialah hal yang kompleks dan melibatkan akseptor ajar yang bermacam-macam, maka seorang Pendidik harus mampu dan menguasai beragam taktik dan perspektif serta dapat mengaplikasikannya secara pleksibel.[32]
Dalam hal ini guru mesti memiliki pengetahuan dan keterampilan yang profesional dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini guru mesti mampu menguasai bahan pelajaran, taktik pengajaran, memiliki keterampilan administrasi kelas, keahlian motivasional, kemampuan komunikasi dan dapat bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang kultural yang beragam. Dalam hal ini Pentingnya Guru Memotivasi Siswa merupakan salah satu yang urgen dalam mengembangkan minat mencar ilmu siswa. Untuk itu guru harus:
a. Siswa selalu membutuhkan dorongan dari guru
b. Siswa perlu melakukan pekerjaan dan berupaya sesuai tuntutan mencar ilmu
c. Motivasi perlu dimiliki oleh siswa agar mereka mempunyai ketangguhan dalam mencar ilmu
Motivasi merupakan proses yang kompleks, hal ini tampakbahwa motivasi ialah upaya untuk mengganti sesuatu hal yang bersifat nyata dalam pembelajaran. Hal ini karena:
a. Motif ialah karena terjadinya langkah-langkah
b. Individu memiliki keperluan dan impian yang selalu berganti
c. Manusia ingin memiliki kepuasan atas tercapainya keperluan
d. Perilaku yang mengarah pada tujuan tidak senantiasa mencapai kepuasan
Guru mesti bisa dan tahu bagaimana memotivasi siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan ini ada beberapa prinsip-prinsip dalam berbagi memotivasi siswa ialah:
a. Prinsip Kompetisi
b. Prinsip Pemacu
c. Prisnip Ganjaran dan Hukuman
d. Kejelasan dan kedekatan tujuan
e. Pemahaman hasil
f. Pengembangan minat
g. Lingkungan yang aman
h. Keteladanan
Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam memelihara keadaan dan suasana berguru yang efektif maka harus terwujud seorang guru yang bertanggung jawab dalam melakukan pembelajaran, adanya penataan lingkungan belajar yang bagus, serta cara atau taktik pengajaran seorang guru yang profesional.
F. Strategi pembelajaran Efektif
Cara berguru yang efektif mampu membantu siswa dalam mengembangkan kesanggupan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin diraih[33]. Untuk meningkatkan cara berguru yang efektif diperlukan seni manajemen yang sempurna supaya pembelajaran mampu berlangsung dengan maksimal dan seefektif mungkin. Dalam melakukan strategi tersebut, diperlukan beberapa hal yaitu:
1. Prinsip-prinsip berguru
Prinsip berguru merupakan cara untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Dengan adanya prinsip mencar ilmu ini, akan terjadi suatu pergeseran bagi peserta didik yang signifikan diantaranya:
a. Perubahan yang disadari
b. Perubahan yang berkelanjutan
c. Perubahan fungsional
d. Perubahan bersifat positif aktif
e. Perubahan secara permanen
f. Perubuhan yang terarah
2. Esensi Belajar
a. Perubahan seluruh aspek pribadi
b. Proses yang disengaja dan disadari
c. Terjadi sebab ada dorongan/kebutuhan yang ingin dicapai
d. Bentuk pengalaman yang sistematis, dan terarah
3. Rangkaian kegiatan belajar
a. Adanya keperluan dan tujuan : mencicipi adanya kekurangan
b. Kesiapan untuk menyanggupi keperluan
c. Pemahaman suasana : melihat faktor yang terkait dengan mencar ilmu
d. Menafsirkan suasana : kekerabatan berbagai faktor
e. Respons : aktivitas belajar
4. Hasil Pembelajaran
a. Informasi mulut
b. Kecakapan intelektual : diskriminasi, konsep positif, aturan
c. Strategi kognitif
d. Sikap
e. Kecakapan motorik
5. Kualitas Belajar
a. Belajar untuk menjadi diri sendiri
b. Belajar untuk mencar ilmu
c. Belajar untuk berbuat
d. Belajar untuk hidup bersama secara damai
G. Manajemen Pengajaran Efektif
Pengelolaan atau administrasi adalah kemampuan dan kemampuan untuk melakukan suatu acara, baik bareng orang lain atau lewat orang lain dalam meraih tujuan organisasi. Hersey dan Blanchard memberi arti pengelolaan sebagai[34] berikut : Management as working with and trough individuals and groups to accomplish organizatinal goals (pengelolaan ialah aktivitas yang dijalankan bareng dan lewat seseorang serta golongan dengan maksud untuk meraih tujuan-tujuan organisasi). Stoner mengemukakan bahwa : ”Management is the proses of planing, organizing, leading and controling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals. manajemen pengajaran efektif ialah serangkaian aktivitas merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengatur dan membuatkan segala upaya dalam proses membantu murid meraih wawasan, kemampuan, kemampuan, dan pemahaman kepada dunia di sekitarnya secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan pengajaran yang sudah ditetapkan. Dalam kegiatan berbagi kegiatan pengajaran secara efektif sebagaimana dikemukakan diatas terdapat pembaharuan atau pergantian secara kreatif.
Pertama, manajemen pembelajaran yaitu proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk meraih visi dan misi pengajaran, Kedua, manfaat manajemen pengajaran yaitu selaku kegiatan profesional dalam memakai dan memelihara kurikulum (satuan program pengajaran) yang dikerjakan, Ketiga, secara organisasional pembelajaran atau aktivitas aktivitas pengajaran guru dituntut memiliki kesiapan mengajar dan murid disiapkan untuk berguru, Keempat, dalam melaksanakan fungsi manajemen pembelajaran guru harus memanfaatkan sumber daya pengajaran (learning resources) yang ada di dalam kelas maupun di luar kelas[35].
Berbagai sumber daya pengajaran yang mampu dipakai oleh guru dalam pembelajaran antara lain : Pertama, kunjungan / fiel trif yang mempunyai kualifikasi pengetahuan, keahlian, dan perilaku terhadap pelajar. Kedua, perlengkapan pengajaran yang berkaitan dengan bahan pelajaran. Ketiga, buku-buku pelajaran. Keempat, banyak sekali tulisan/paper, diagram, outline yang dapat melayani tujuan pengajaran selama proses acara pengajaran. Kelima, penggunaan gambar-gambar. Keenam, CD yang berisikan rekaman gambar dari film dan dapat diakses dengan menggunakan komputer. Ketujuh, pengaturan ruang kelas untuk melayani banyak sekali aktivitas pengajaran. Keenam, Film, Vidiotapes,dll.
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan berhubungan dengan manajemen dalam suatu versi pembelajaran , adalah :
- Manajemen efektif adalah hasil dari sejumlah aspek, tidak ada cetak biru/pedoman yang sederhana bagi administrasi kelas yang efektif. Guru mesti memilih keperluan murid-murid dengan berbagi sebuah sistem administrasi untuk keseharian kepada keperluan kepribadian anak yang dibutuhkan berinteraksi kepada prestasi tertentu.
- Manajemen efektif mendorong keberhasilan murid. Fungsi administrasi yang bagus yakni sebagai alat penghubung kekuatan yang dimiliki murid ke dalam suatu pengalaman pembelajaran produktif jikalau murid belajar secara efisien, maka guru akan lebih berusaha meraih prestasi dalam pengelolaan kelas yang lemah.
- Keberhasilan mengembangkan penghargaan terhadap murid jikalau murid-murid berprestasi, ada hasil perasaan puas, maka harga diri dan dorongan untuk berprestasi semakin tinggi.
- Manajemen efektif bebas dan tidak terbatas. Banyak guru mempercayai bahwa jika administrasi terlalu terstruktur, hal itu meminimalisir kreativitas murid. Bagaimanapun manajemen efektif memberikan terhadap murid dengan fatwa yang jelas dan bekerja. Keadaan ini mengakibatkan contoh kerja yang konsisten dan bebas dari kebingungan dan disiplin yang kurang terstruktur untuk menghasilkan sarat kreativitas mereka.
- Efektifitas administrasi bersifat konsisten. Para guru harus bekerja dalam cara yang sama untuk pengungkapan yang sama dari sikap salah. Guru tidak sebaiknya menghukum dengan marah atau putus asa. Tentu saja, guru pun sebaiknya jangan takut untuk amarah sepanjang marah itu tidak mengurangi motivasi dan eksekusi yang diberikan.
- Manajemen efektif melibatkan perhatian dan pengembangan penemuan. Hal itu sebaiknya timbul untuk murid bahwa manajemen dikerjakan oleh guru untuk memelihara pembelajaran murid dan mengembangkan inovasi kegiatan pengajaran.
- Problem administrasi mungkin saja tidak menghargai mutu sistem pengajaran.
- Manajemen efektif mencakup imbas ulang terhadap sikap diinginkan dan penguatan dari sikap yang diharapkan.
- Guru-guru yaitu versi dari perilaku yang diterima. Pembelajaran yang terobsesi seharusnya dijadikan versi oleh para guru.
- Manajemen efektif menuntut teamworks, kepala sekolah, guru-guru, orang bau tanah, masyarakat, dan profesional pendidikan lainnya. Bekerja secara konsisten menuju tujuan yang sama.
Untuk keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, menurut Urlich dkk ada tiga perlakuan yang mesti dilakukan guru yakni : Pertama, They are well organized in their planing, Kedua, they communikate effectively with their students, and, Ketiga, they have high expectations of their student.
BAB III
KESIMPULAN
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berjalan dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau relasi timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses mencar ilmu mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta asuh, tetapi bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu menawarkan pemahaman yang bagus, kecerdasan, ketabahan, potensi dan mutu serta dapat menunjukkan pergeseran prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing mesti mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk membuat suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu mirip lingkungan belajar, kemampuan guru dalam mengajar, akomodasi dan sarana yang mencukupi serta kerjasama yang baik antara guru dan akseptor latih.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana mencar ilmu yang aman, maksimal dan mengasyikkan biar proses pembelajaran mampu berlangsung secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi mampu dicapai dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
- Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002)
- http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129621, pembelajaran efektif, diunduh pada tanggal 16 Nopember 2011 Pukul 21:00 WIB
- Mulyasa, E., Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003)
- Nawawi, Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Haji Masagung, 1989)
- Nasrun, Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan, (Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang, 2001)
- Purwanto, Ngalim, Psikologi pendidikan cukup umur (Bandung: Remaja Rosda Karya,1996)
- Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima, 2007) cet.11
- Prayitno, Dasar teori dan praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009)
- Rianto, Milan, Pengelolaan Kelas Model Pakem (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007)
- Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004)
- Santrock, John W., educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008)
- Semiawan, Cony, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990)
- Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995)
- W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, TT)
- Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
- Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Edisi Baru). Jakarta : PT Rineka Cipta
- Sudjana, Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung : Falah Production ; 2004).
- Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta : Penerbit Quantum Teaching,2005)
- Joyce,Bruce dan Marrsha Weil, Models of Teaching, (London ; Allyn Bacon,1996)
_______________________________
[1] Bruce R. Joyce, Marsha Weil, Models of teaching (University of California: Allyn and Bacon, 1996), h. 46
[2] Ngalim purwanto, Psikologi pendidikan remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya,1996), H. 84
[3] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima, 2007) cet.11, h. 329
[4] Prayitno, Dasar teori dan praksis Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 201
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 21
[6] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidika : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), h. 104
[7] Lee Joseph Cronbach, Educational psychology (New York: Harcourt, Brace & World, 1963), 47
[8] Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2002), h. 56
[9] E. Mulyasa, Menjadi kepala sekolah profesional: dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), h. 149
[10] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002), h. 226-227
[11] Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995), h. 75-76
[12] Joyce, Bruce dan Marrsha Weil, Models of Teaching, (London ; Allyn Bacon,1996), h. 45
[13] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: suatu Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 100
[14] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas selaku Lembaga Pendidikan (Jakarta: Haji Masagung, 1989), h. 117.
[15] Slameto, Op Cit., h. 94-97
[16] Ibid
[17] Rosyada, Op Cit., h. 129
[18] John W. Santrock, educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 9
[19] Rosyada, Op Cit., h. 113
[20] Madri M. dan Rosmawati, Pemahaman Guru Tentang Strategi Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Di SD, ( Jurnal Pembelajaran, Desember 2004 ), Vol. 27, No. 03, h. 274.
[21] Mary Underwood, Pengelolaan Kelas yang Efektif sebuah Pendekatan Praktis, (Penerbit Arcan,2000), h 39.
[22] Cony Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 63
[23] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129621, pembelajaran efektif, diunduh pada tanggal 16 Nopember 2011 Pukul 21:00 WIB
[24] W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Grasindo, TT), h. 85
[25] Nasrun, Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan, (Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang, 2001), h.428.
[26] Rosyada, Op cit., h. 123
[27] Santrock, Op Cit., h. 7-8
[28] Ibid
[29] Rosyada, Op Cit., h. 148
[30] Santrock, Op Cit., h. 9
[31] Milan Rianto, Pengelolaan Kelas Model Pakem (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007), h. 1
[32] Santrock, Op Cit., h. 7
[33]Suherman, Strategi Belajar Efektif (Universitas Pendidikan Indonesia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/ SUHERMAN/BIMB_BELAJAR_EFEKTIF), diunduh pada tanggal 2 januari 2012
[34] Urlich, Donald, C.dkk, Teaching Strategies, (Massachusset: Heath an Company, 1980), h. 35
[35] Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta : Penerbit Quantum Teaching,2005)
[36] M. Entang dan T. Raka Joni, Pengelolaan Kelas (Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud, 1983), h. 121
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com
EmoticonEmoticon