Kamis, 12 November 2020

Makalah Biografi Muhammad Iqbal Dan Pemikirannya

Makalah Biografi Muhammad Iqbal Serta Pemikiranny wacana Islam dinamis
Dra. ROKIBA HASIBUAN

BAB I
PENDAHULUAN

Iqbal yaitu tokoh pemikiran dalam islam yamg kejeniusannya berkembang dan dikagumi di kelompok cendekiawan dan penyair besar, ayahnya yakin bahwa burung bagus dalam mimpi yang dia alami itu ialah symbol dari roh Iqbal (the spirit of Iqbal). Mimpi yang terjadi menjelang kelahiran Iqbal ini selaku prophetia dream yang diyakini oleh Iqbal (dipandang Abd. Al-Hakim) sebagai iktikad seorang yang mempunyai karakter sensitive mind and spiritual learnings[1]. Terlepas dari pandangan seperti ini, sepertinya mampu pula dikatakan bahwa upaya menghubungkan mimpi dengan kelahiran dan pertumbuhan kejeniusan tersebut sekaligus sekaligus ialah gambaran obsesi dari ayah Iqbal. Dengan demikian kemudian Iqbal benar – benar menjadi pemikir besar disamping potensi yang teloah ada padanya, juga karena lingkungan sosial dan berturunnya kesempatantersebut dengan orang – orang semacam W. Arnold, serta dengan pedoman – ajaran Rumi, Nietzche, Ibn Thaimiyah dan lain – lain.

Dengan cara pandang seperti itu tidak mempunyai arti bahwa Iqbal cuma sekedar penerus dan pengkopi ajaran – ajaran yang telah berkembang sebelumnya, akan namun sebagaimana dibilang oleh Siddiqi, seorang jenius besar mempunyai kesanggupan mengasimilasi aneka macam inspirasi dari banyak sumber untuk lalu merumuskan sebagai pertimbangan sendiri.[2] Maka makalah ini akan mengkaji ihwal islam dinamis, tela`ah terhadap ajaran Muhammad Iqbal.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab Barat Laut. Mengenai waktu kelahiran secara sempurna, terdapat pertikaian, mirip dikemukakan oleh A. Schinmel dalam The Date of M. Iqball`s Birth, bahwa kelahiran Iqbal tanggal 22 februari 1873, tetapi dalam tesisnya, penyair (Iqbal) itu sendiri menuliskan tanggal kelahiran 2 Dzul al-qaidah 1294 H / 1876 M. mengingat tahun 1294 Hijriah dimulai berbarengan dengan januari 1877 M. bersesuaian dengan 2 Dzul al-qaidah 1294 M, maka tanggal 9 November 1872 bersesuaian dengan perbedaan fase kehidupan Iqbal di callege dan Universitas dibandingkan tahun 1973.[3] mengenai kekeliruan tanggal kelahiran Muhammad Iqbal yang menyamakan tahun 1294 dengan 1876 mampu terjadi alasannya kemungkinan reformasi yang ia terima dari bapaknya memang telah keliru, kekeliruan bapaknya itu tampaknya karena itu lebih mengamati tanggal Hijriah daripada tanggal Masehi, sehingga penulisan tanggal hijriah lengkap sedangkan untuk masehinya hanya tahun saja yang tertulis.

Keluarga Iqbal berasal dari Khamsir. Bapaknya seorang penjualkecil kemungkinan buta karakter, namun dia ialah seorang muslim yang sungguh nrimo, shahih lahi sufi, yang mendorong anaknya untuk secara terorganisir menghafal al-quran, demikian berpengaruh kepada prilaku Iqbal dalam hidupnya secara menyeluruh.[4] Megenai nama ibunya Schimmul tidak menyebutnya, tetapi dari syair yang dikutipnya terlihat bahwa ibu Iqbal adalah seorang perempuan taat beragama, besar kecintaannya pada anaknya, demukian pula Iqbal juga mencintainya.[5] Jika pewarisan itu mampu terjadi secara fisik berdasarkan gen, tampaknya demikian pula secara spiritual. Dan inilah yang terjadi pada diri Iqbal yang lahir dari ibu bapak yang sama – sama taat beragama. Iqbal berguru yang pertama kali di the Scottish Mission College dikampung halamannya di Sialkot. Diantara guru-gurunya, senantiasa memperlihatkan dorogan bagi kemajuan pelajar muda itu yang tampak terpesona pada sastra dan agama begitu cepat. Sesudah menikah, Iqbal hijrah ke Lahora pada tahun 1895 untuk melanjutkan study tingkat atasnya : ke kota yang ialah salah satu pusat keagamaan dan kebudayaan di negara itu sejak Ghaznawi berkuasa pada kurun XI dan XII, dan utamanya pada priode simpulan Mongol di sekolah inilah Iqbal berjaya dapat bertemu dengan Orientalis Inggris terkenal Sir Thomas Arnold yang segera menyadari kemampuan Iqbal.[6] Menurut Harun Nasution terdapat keterangan bahwa Sir Thomas yaitu yang mendorng cowok iqbal untuk melanjutkan study di Inggris.[7] Ia berangkat ke Inggris pada tahun 1905 mencar ilmu falsafah dan aturan, guru terkemukanya di Cambridge yakni nco-Hegelian Motaggart. Pada tahun 1907 ia meninggalkan Inggris menuju jerman, mempelajari bahasanya di haidelbarg dan mengajukan tesisnya perihal kemajuan metafisika di Persia (The development of Metaphisich in Persia) bulan November 1997 di Universitas Munich.[8]

Sesudah menemukan gelar Dr. Phil dari Munich, Iqbal kembali ke London, memberi kuliah di animo semi 1908 wacana topic – topic keislaman, lalu kembali ke India pada isu terkini panas.[9] Sejak itu beliau memperlihatkan kuliah – kuliah perihal filsafat dan sastra inggris. Ia juga terjun selaku pengacara. Akan namun beberapa waktu kemudian dia berhenti mengajar, untuk berikutnya ia mengkonsentrasikan diri pada bidang aturan.[10] Pada akhir tahun 1928 dan ahad – ahad pertama tahun 1929 beliau memperlihatkan kuliah di universitas tersebut yang kemudian dipublikasikan dengan judul Six Lectures on the Recontruction thought in islam (pada edisi selanjutnya cuma : The Reconstruction…) merupakan esensi falsafah karya iqbal.[11] Dalam bidang politik, karir Iqbal mencapai puncaknya saat di pilih menjadi presiden Liga Muslimin pada tahun 1930 ketika itulah ia mengemukakan gagasannya yang amat monumental wacana perlunya merealisasikan negara tersendiri bagi kaum muslimin yang terpisah dengan India yang Hindu.[12]

Pada bulan – bulan terakhir tahun 1931 iqbal mengikuti konfrensi meja lingkaran II di London. Sekembalinya dari sana beliau menghadiri Kongres Muslim Dunia di Jerussalem. Pada tahun 1932 Iqbal kembali lagi ke London untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar III.[13] Di pagi hari tanggal 21 april 1938 dia meninggal dunia dalam usia 67 tahun. Dan memang beliau meninggal dengan senyum ketenangan, seraya bibirnya menyebut Allah.[14]

B. KEADAAN MUSLIM INDIA
Komunitas muslim India sebagaimana juga komunitas muslim di tempat lainnya di hadapkan pada problem keterbelakangan yang amat jauh jika dibanding dengan dunia barat yang modern. Disamping itu komunitas muslim India juga dibutuhkan pada problem yang spesifik jika dibanding dengan saudara – saudaranya dikawasan lain.

1. Mereka hidup ditengah – tengah komunitas hindu yang dominan, yang secara etnis cultural dan agama amat berbeda. Hal seperti ini menjadi kendala bagi upaya – upaya mengejar-ngejar keterbelakangan dan ketertinggalan dengan dunia barat. Sementara itu sebab – alasannya utama ketertinggalan tersebut sebagaimana terjadi dikawasan yang lain, terjadi pula dikawasan yang didiami oleh komunitas muslim India ini.

2. Stagnasi intelektual dalam wujud berkembang dan suburnya faham jabariyah dan tertutupnya pintu ijtihad.

3. Stagnasi sosial sebab peluangumat terserap kedalam perilaku hidup zuhud dan thariqat, serta lenyapnya faham rasional yang menjadi dasar utama ilmu pengetahuan dan teknologi.

Iqbal tampil / memberi respon tidak saja terhadap problem spesifik komunitas muslim India, tetapi juga terhadap problema lazim yang di hadapi oleh komunitas muslim di dunia islam secara keseluruhan. Respon yang beliau berikan kepada masalah spesifik komunitas muslim India dia kemukakan pada tahun 1930 dalam rapat tahunan liga muslim, membentuk negara tersendiri bagi komunitas muslim yang terpisah dari India yang hindu. Ketika ia menyatakan : I Would Like To See the Punjab, Nort West Frontior Province, Sind and Balochistan Amalgamated Into a single state ( aku ingin menyaksikan Punjab, daerah perbatasan barat laut, sindi dan balukistan menyatu menjadi satu negara ).[15] Kelanjutannya pada tanggal 14 agustus 1947 lahir sebuah negara yang berjulukan Pakistan. Iqbal yang telah menyatakan perlunya negara tersendiri bagi komunitas muslim tersebut lalu di pandang selaku bapak Pakistan.[16]

C. PEMIKIRAN – PEMIKIRAN IQBAL
Sebenarnya semula sebelum pergi ke eropa – Iqbal yaitu seorang nasionalis India (an India nasionalist) yang mengharapkan persatuan komunitas muslim dan komunitas hindu dalam satu tanah air, India. Namun sehabis kembali dari eropa dia menjadi penggerak pan islam (a champion of muslim nationhood).[17]

1). Obsesi Iqbal perihal terbentuknya negara tersendiri bagi komunitas muslim tidaklah berlawanan dengan faham pan islam. Ia menyatakan bahwa islam bukan nasionalisme dan bukan pula imperialisme, melainkan suatu forum bangsa – bangsa yang mengakui adanya perbatasan – perbatasan artificial semua perbedaan rasial untuk memudahkan perkenalan belaka, dan bukan untuk menghalangi cakrawala sosial para anggotanya.[18] Berdasarkan uraian ini tampak bahwa sekalipun Iqbal secara eksplisit menolak nasionalisme, tetapi secara implicit ia mengakui pentingnya nasionalisme yang tersubordinasi pada pan islam. Ia memang menolak faham nasionalis cuma alasannya adalah di eropa faham tersebut mengandung bibit meterialisme dan atheisme. Disamping itu dia curiga adanya “konsep hinduisme dalam bentuk baru”.[19] Pada faham nasionalis India.

2). Respon Iqbal kepada stagnasi intelektual umat islam termasuk juga komunitas muslim India ia sampaikan lewat kajian antara lain wacana ego manusia: kebebasan dan keabadiannya.[20] Iqbal mengemukakan adanya keleluasaan insan, sebagai dasar adanya pertanggung jawaban. Ia memandang ego selaku “a free personal causality”[21] yang dengan demikian dia menolak faham jabariyah, selanjutnya Iqbal mengemukakan bahwa faham tertutupnya pintu ijtihad sebagai “purofiction”[22]. Sebagai semata-mata fiksi, sebab ijtihad itu bekerjsama ialah elan vital bagi dinamika islam, tentu penutupan pintu ijtihad itu sama sekali tidak dapat dicarikan dasar legitimatifnya. Iqbal menyaksikan adanya kominasi kaum konsertatif kepada faham rasionalis dengan cara menggunakan otoritas syariat untuk membuat umat tunduk dan diam, selaku salah satu alasannya adalah terjadinya kebekuan aturan islam yang pada gilirannya menyebabkan ijtihad selaku suatu yang terlarang. Hal itu dilaksanakan semata-mata demi stabilitas sosial untuk mendukung kesatuan politik. Dalam kaitan dengan ini, upaya yang ditempuh oleh ibn taimiyah menolak pendirian bahwa keempat mazhab telah membicarakan semua problem yang dengan demikian ijtihad tidak diharapkan lagi, menarik perhatian Iqbal.[23]

3). Selanjutnya Iqbal melihat kezuhudan juga turun bertanggung jawab kepada kemunduran umat, alasannya adalah umat akan terbawa pada penolakan hidup materi untuk semata mencurahkan seluruh kesempatanpada ritus-ritus keagamaan semata.[24] Dalam kaitannya dengan ini sepertinya kezuhudan yang kuat di India juga di persubur oleh faham – faham keagamaan di luar islam mirip faham agama budha, yang penganjur terutama yakni ghautama terperinci-terperinci telah melepas kehidupan materialnya dalam upaya untuk mendapatkan hakikat hidup nirwana.

Jatuhnya kota Baghdad berdasarkan Iqbal merupakan puncak penyebab kebekuan intelektual kaum muslimin. Seperti dikenali Baghdad merupakan sentra pertumbuhan ajaran islam sampai pertengahan masa ketiga hijriyah. Ditambah lagi adanya perilaku kaum konserpatif menolak negara untuk pembaharuan dalam bidang aturan islam untuk kemudian berpegang teguh pada produk ijtihad ulama pada periode dulu, benar – benar mempunyai peranan besar kepada terjadinya stagnasi intelektual tersebut. Terapi yang diberikan oleh Iqbal adalah membangkitkan kembali upaya ijtihad secara bebas. Lebih jauh iqbal mengemukakan pentingnya pemindahan otoritas ijtihad dari wakil – wakil mazhab kepada dewan islam, dan beliau menyatakan inilah kemungkinan ijma` cukup umur ini dapat terjadi.[25] Ijtihad berarti upaya mencurahkan segenap kesanggupan intelektual, dan ini bermakna menempatkan nalar pada kedudukan yang tinggi. Bahkan menurut Iqbal ijtihad ialah “the principle of movement in the structure of islam”.[26] Dengan demikian dalam konsep ijtihad terdapat pula faktor pergeseran , alasannya adalah dengan adanya pergeseran itulah ijtihad perlu dijalankan. Dengan adanya perubahan, sekaligus perkandungan dinamika kehidupan umat manusia, bahkan juga dinamika alam semesta. Dari sinilah Iqbal amat terpelajar sekali memperoleh fatwa dinamisme. Ia menangkap adanya prinsip dinamika hamper pada semua sisi, tergolong jatuh bangunnya suatu umat juga tidak terlepas dari prinsip dinamika ini. Harun nasution menyimpulkan bahwa faham dinamisme yang ditonjolkan inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan di India.[27] Memang terapi Iqbal dengan faham dinamikanya ini amat tepat dilihat dari sudut keminoritasan komunitas muslim ditengah – tengah komunitas hindu yang lebih banyak didominasi, alasannya adalah dengan menyuntikkan kapsul dinamika itu kedalam komunitas muslim menjadikan mereka mampu tampil dengan eksistensi secara sarat .

Dalam syair-syairnya sebagaimana dinyatakan oleh harun nasution Iqbal mendorong umat islam agar bergerak dan jangan tinggal membisu, intisari hidup adalah gerak, sedang aturan hidup yaitu menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat islam agar berdiri dan membuat dunia gres.[28] Untuk keperluan ini umat islam harus menguasai ilmu dan teknologi, dengan catatan supaya mereka belajar dan mengadopsi ilmu dari barat tanpa mesti mengulangi kesalahan barat memuja kekuatan bahan yang menyababkan lenyapnya aspek akhlak dan spiritual.[29]

DAFTAR PUSTAKA
  • Ahmad, Aziz M, “Iqbal`s political theory” dalam Ashraf, Muhammad, Iqbal as A Thinker, Muhammad Ashraf, Lahore, 1944.
  • Al-Biruni, A. H, Makers Of Pakistan And Modern Muslim India, Ashraf Press, Lahore, 1950.
  • Abdul Hakim, Khalifah Abdul, “Renaissance in Indo-Pakistan : Iqbal dalam Syarif, MM. (Ed), A History Of Muslim Philosphy, Vol II. Otto Harrassowitz. New Delhi, 1981.
  • Iqbal Muhammad, The Reconstruction Of Religious Thought In Islam, kitab Bhvan, New Delhi, 1981.
  • Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam. : Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, Bulan Bintang, Jakarta, 1988.
  • Rosenthal, EIJ, Islam In The Modern National States, University Press, Cambridge,1965.
  • Schimmel, Annemarie, Gabriel`s Wing : A Study Into The Religious Ideas Of Sir Muhammad Iqbal, EJ Brill, Leiden, 1963.
  • Islam In The Indian Subcontiment, EJ, Brill, Leden, 1980.
  • Siddiqi, Razi-ud-din, Iqbal`s Conception Of Time and Space dalm Ashraf, Muhammad, Iqbal as A Thinker, Muhammad Ashraf, Lahore, 1944.
  • Vahid, Abdul, Iqbal : His Art in Thought, Muhammad Ashraf, Lahore, 1948.
______________
[1] Abd. Al-Hakim “Renaissance in indo – Pakistan : Iqbal”. Dalam M.M. Syarif (ED), A. History of Muslim Philosophy. Val.II, hal 1615.
[2] Razi Ud-Din Siddiqi, “Iqbal`s Conteption of time and space dalam Muhammad Ashraf (Cooll), Iqbal as A. Thinke, hal 1.
[3] Schimmul , Annemarie, Gabriel`s Wing A. Study Into The Religious Ideal Of Sir Muhammad Iqbal E.J Brill, Leidel, 1963.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Ibid. hal 35-6, lihat pula Abdul Vahid, Iqbal : His Art And Thought, hal 4-5, demikian juga A. Schimmel, islam in the Indian subcontiment, hal 223.
[8] A. Schimmel, Islam… loc, cit, lihat juga A. Schimmel, Gabriol…op…cit…hal 37-8.
[9] Ibid. hal 39.
[10] Abdul Vahid, Op cit..hal.14.
[11] Ibid. hal 24-5, juga A. Schimmel, Gabriel.. cit… hal 49.
[12] Al-Biruni, Makers of Pakistan and moden Muslim India, hal 180-1.
[13] A. Scammel, Islam, op, cit, hal 226.
[14] Abdul Vahid, op, cit, hal 34-5.
[15] A. Schimmel, Islam…op…cit, hal 226 dan al-Biruni, op , cit, hal 180.
[16] Harun Nasution, op, cit, hal 194.
[17] Al- Biruni, op, cit, hal 174.
[18] Mohammad Iqbal, The Reconstruction Of Religious Thought In Islam, hal 159.
[19] Harun Nasution, op, cit, hal 193.
[20] Mohammad Iqbal , op, cit, hal 193.
[21] Ibid. hal 108.
[22] Aziz Ahmad, “Iqbal`s Political theory”, dalam Muhammad ashraf, Iqbal As a Thinker, hal 260.
[23] Bandingkan dengan harun nasution, op, cit, hal 191-2 juga mohammad iqbal, op, cit, hal 149-52.
[24] Ibid (Harun nasution), hal 151 dan ibid (Mohammad Iqbal), 150-1.
[25] EIJ. Rosental . islam in the modern national states, hal 205, dan mohammad iqbal, op, cit, hal 174.
[26] Mohammad Iqbal, ibid, hal 148.
[27] Mohammad Iqbal, Ibid, hal 148.
[28] Harun Nasution, op, cit, hal 192.
[29] Abdul Hakim, op, cit, hal 1619.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon