Selasa, 10 November 2020

Ingin Menerbitkan Buku? Bedakan Dulu Penerbit Mayor Atau Indie

Kurun waktu terakhir di beranda media sosial saya, berseliweran karya sobat-teman guru. Karya yang saya maksud yakni buku. Di periode yang mirip sekarang menerbitkan buku, yaitu hal yang lumrah.

Kurun waktu terakhir di beranda media sosial saya Ingin Menerbitkan Buku? Bedakan Dahulu Penerbit Mayor atau Indie

Asalkan kita punya naskah, untuk membuatnya sebuah buku, itu sangat mungkin terlaksana. Tergantung kita, akan menerbitkannya di penerbit mayor, atau memilih penerbit indie. Sebenarnya apa sih perbedaan keduanya? Tentu beda dong, dari namanya saja beda.

PENERBIT MAYOR

Penerbit Mayor mampu dibilang penerbit besar. Memiliki modal yang cukup besar. Buku-buku terbitannya terpajang di toko-toko buku, tersebar di pelosok negri. Gramedia Pustaka Utama, Mizan, Republika, Yudhistira, Erlangga, Noura, Bentang Pustaka dan lain sebagainya yaitu pola dari Penerbit Mayor.

Di penerbit mayor, ada proses seleksi naskah. Maksudnya, tidak semua naskah masuk akan diterima, seleksinya ketat. Naskah yang masuk, mampu diterima mampu juga ditolak. Banyak aspek yang menjadi pendapatpenerbit menerima atau menolak naskah.

Setelah naskah diterima, maka tinggal mengikuti alur proses yang dipersyaratkan dari penerbit tersebut. Semua ongkos, mulai dari editing, lay out, design sampul dan lain sebagainya ditanggung penerbit. Bahkan ketika nanti bukunya laris di pasaran, penulis akan mendapat royalti. Besarannya jika saya tidak salah 10% dari harga buku, dipotong pajak.

Kata Mas Eko Prasetyo, salah satu punggawa Media Guru dalam bukunya "Menulis Buku Populer untuk Personal Branding" menggambarkan alur penerbitan seperti berikut:
Kurun waktu terakhir di beranda media sosial saya Ingin Menerbitkan Buku? Bedakan Dahulu Penerbit Mayor atau Indie

PENERBIT INDIE

Kebalikan dari penerbit mayor adalah penerbit indie. Bedanya dari penerbit mayor, pada penerbitan indie nyaris semua naskah masuk akan diterima. Biaya terkait editing, lay out, design sampul dan lain sebagainya ditanggung oleh penulis.

Atau bisa jadi penulis mengusahakan jasa edit, lay out, design sampul sendiri, jadi penerbit hanya menfasilitasi jasa ISBN dan cetak saja, itu juga ada. Maka tak aneh jikalau yang mirip ini ada yang menyebut self publishing. 

Lalu bagaimana dengan royalti? Karena ibarat modalnya dari penulis, maka 100% hasil penjualannya akan dikantongi penulis. Itupun bila penulis berniat untuk mengkomersilkan bukunya. Karena ada sebagian penulis yang memilih penerbit indie cuma sekedar untuk membukukan tulisannya, tidak untuk dijual. Meski demikian berkaitan dengan royalti, tergantung akad antara penulis dan penerbitnya juga.

Jika pada penerbit mayor buku dicetak secara massal, mampu 3.000 eksemplar pada cetakan pertama, atau sekurang-kurangnya1.000 eksemplar, penerbit indie tak demikian. Cetak sekurang-kurangnyauntuk penerbit indie variatif, tergantung penerbitnya.

Kurun waktu terakhir di beranda media sosial saya Ingin Menerbitkan Buku? Bedakan Dahulu Penerbit Mayor atau Indie

Masih dalam buku yang sama, Mas Eko juga menyebutnya penerbitan jalur cepat, alurnya mirip di atas.
Nah begitulah kurang lebih beda antara penerbit mayor dan indie. Teman-sobat mau menerbitkan buku di mana? Pilihan ada di tangan anda.
Sumber https://www.aansupriyanto.com/


EmoticonEmoticon