Minggu, 04 Oktober 2020

Makalah Program Penulisan Naskah Media Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Program penulisan naskah media Pembelajaran

Pendidikan ialah sebuah proses pendewasaan akseptor bimbing dalam ruang lingkup pendidikan formal dan pendidikan non formal. Proses pendidikan memerlukan pola pembelajaran yang tepat dengan kebutuhan yang hendak tiba, disamping pemetaan kurikulum yang merefleksikan tujuan pendidikan secara biasa dan tujuan pendidikan secara khusus. Dalam proses melaksanakan pendidikan dibutuhkan berbagai hal untuk menjamin kelangsungan proses pendidikan yang akan dilangsungkan, baik itu dari sisi pembelajaran, kurikulum yang akan dipakai, media yang menjadi sarana pendukung proses pembelajaran, dan manajemen pendidikan yang mencukupi serta sesuai dengan patokan yang diharapkan, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran akan mencerminkan tujuan pendidikan yang mau diraih secara lazim sesuai dengan amanah Undang-undang Pendidikan Nasional.

Masalah pembelajaran ialah problem yang cukup kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga prinsip yang patut diperhatikan dalam problem ini, seperti yang di ungkapkan oleh Yudhi Munadi[1], yakni:
  • Proses pembelajaran menciptakan pergeseran prilaku anak bimbing yang relative permanen.
  • Anak bimbing mempunyai potensi, gandrung dan kesanggupan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti.
  • Perubahan atau pencapaian mutu ideal itu tidak tumbuh linier sejalan proses kehidupan.
  • Proses pembelajaran yang ideal mesti mengamati hal-hal yang mampu dijadikan penunjang dalam proses tersebut. Penggunaan media pendidikan dalam proses pembelajaran oleh banyak pihak mampu meningkatkan mutu pengertian siswa kepada bahan yang diajarkan oleh pendidik. Penggunaan media, juga mesti sesuai dengan struktur kurikulum dalam forum pendidikan. Keseuaian ini, disamping tidak berlawanan dengan apa yang hendak diajarkan juga keterkaitan antara media dan kurikulum saling berkelanjutan. Hal ini perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, sehingga tidak mengorbankan hal-hal lain yang lebih penting dalam pembelajaran. Salah satu kesesuaian bahan (kurikulum) dengan penggunaan media pembelajaran yaitu kefektipan penggunaan waktu pembelajaran yang sudah ditentukan.
  • Penggunaan media pembelajaran dalam proses pendidikan, dinilai oleh banyak pihak mampu memajukan kualitas pembelajaran, kenaikan pengertian siswa kepada meteri ajar yang disampaikan oleh pendidik. Dalam proses penggunaannya, para pendidik mesti mampu menyelaraskan antara media dengan kurikulum, dan yang tidak kalah pentingnya adalah keefektipan penggunaan waktu dalam penggunaan media dimaksud serta sesuai dengan bahan ajar.

Sebelum memakai media, para pendidik terlebih dahulu menawarkan naskah media pembelajaran yang mau dilakukan dalam proses pembelajaran. Naskah media ini akan menuntun para pendidik dalam memakai media pembelajaran. Penulisan naskah media, dalam hal ini mesti mengamati arah dan tujuan penggunaan media dalam pembelajaran serta kesesuaian media dengan bahan didik dan keefektipan penggunaan waktu. Makalah ini akan menggambarkan secara sederhana bagaimana penulisan naskah media pembelajaran dalam mendukung proses pembelajaran didalam kelas.

BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Program penulisan naskah media Pembelajaran

A. PEMBAGIAN NASKAH MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran, penggunaan media sangat dibutuhkan untuk menolong efektivitas dan efesiensi pengajaran. Oleh sebab itu pemilihan media pengajaran yang sempurna guna dan sempurna target sungguh dibutuhkan, sehingga intinya penggunaan media pengajaran bertujuan untuk:
  • Memberi fasilitas terhadap peserta asuh untuk mengetahui materi pelajaran.
  • Memberikan pengalaman belajar yang berlainan dan beragam.
  • Menumbuhkan sikap dan kemampuan dalam penggunaan teknologi.
  • Menciptakan suasana mencar ilmu yang tidak gampang dilupakan[2].
Merujuk kepada tujuan penggunaan media dalam pembelajaran, maka penulisan naskah media pembelajaran juga mesti mempunyai syarat-syarat tertentu untuk mencapai keefektivitasan dan keefesienan dalam proses pembelajaran. Penyajian bahan asuh yang hendak dihidangkan terhadap akseptor latih, mampu disampaikan melalui media yang cocok atau yang diseleksi, sehingga materi instruksional dapat disampaikan melalui media tersebut. Materi tersebut perlu dituangkan dan goresan pena dan atau citra yang disebut dengan naskah program media.

Sebelum penulisan naskah dimulai, apalagi dahulu menuliskan treatment yang mau digunakan dalam penulisan naskah. Treatment adalah uraian berupa essai yang menggambarkan alur penyuguhan program[3] yang akan disampaikan. Sebuah treatment yang baik selain memberi citra perihal urutan acara juga memperlihatkan citra situasi ataupun mood dari program media itu. Treatment ini lazimnya dipakai oleh pemesan naskah atau penulis naskah dalam mencari kesesuaian usulan alur penyajian media yang hendak dibuat . Setelah disetujuai, treatment tersebut dipakai selaku pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya[4].

Secara lazim naskah dapat dibedakan dalam dua bentuk naskah media pembelajaran, ialah pertama, naskah media audio dan naskah audio visual, dan kedua, media berbasis cetakan. Pada media jenis audio dan audio visual, naskah dibilang sebagai outline dari acara media yang akan dibentuk. Naskah merupakan ajaran tertulis yang berisi gosip dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam pengerjaan media. Sementara media berbasis cetakan, menulis naskah bahwasanya ialah aktivitas menyusun media/prototype media itu sendiri, seperti modul, dan buku latih.

Naskah untuk acara media perlu disusun, karena lewat naskah, tujuan pembelajaran dan materi didik dituangkan dengan bungkus sesuai dengan jenis media, sehingga media yang dibentuk sungguh-sungguh sesuai dengan keperluan. Selain itu, naskah menjadi ajaran bagi pengguna dan terutama pembuat program[5]. Dalam melaksanakan proses mencar ilmu mengajar yang menggunaka media pembelajaran, penulisan naskah media sangat diperlukan mirip yang disebutkan diatas. Hal ini akan memudahakan para guru dalam mengelola dan memanfaatkan media selaku sumber belajar. Disamping itu naskah juga berfungsi selaku aliran bagi guru dalam pembuatan naskah selanjutnya. Kurikulum dan tujuan bahan latih juga mesti terdapat dalam penggunaan media, sehingga tidak meminimalkan kesesuaian materi latih dengan media dalam pemanfaatan waktu pembelajaran.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai[6] mengemukakan bahwa, dalam penulisan naskah ada tiga faktor yang perlu diamati, ialah:
  • Penelitian atau observasi perihal keadaan sasaran pendengar.
  • Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keadaan target yang akan menyimak program. Keadaan ini meliputi;
  • Minat dan kebutuhan, kalau sesorang merasa tercukupi kebutuhannya maka, minatnya akan timbul, dan motivasinya akan bertambah.
  • Tingkat Pengetahuan, target pendengar perlu dimengerti terlebih dulu rata-rata ,tingkat wawasan yang dimiliki sasaran.
  • Sikap (attitude) sasaran, hal ini memiliki implikasi terhadap rancangan perencanaan sebuah naskah untuk menyanggupi keperluan sasaran.
Naskah yang baik akan selalu mengamati setiap perilaku sasarannya. Sikap sasaran mampu digolongkan menurut jenisnya, yakni:
  • Personal attitude, ialah kalau seseorang mempunyai perilaku yakin pada ajaran yang parsiasif, yang menyebutkan bahwa sesuatu itu, lebih tepat menurut pandangannnya.
  • Interpersonal attitude, orang yang bersikap demikian akan melalukan hal yang serupa dengan orang yang digemari dan dekat dengan mereka.
  • Intrapersonal attitude, orang yang demikian akan dipengaruhi oleh pertimbangan suatu desain yang dianut atau yang dimilikinya.
  • Impersonal attitude, bilamana orang yang mempunyai sikap kepada sesuatu yang bisa memuaskannya dan menyenangkannya[7].
Tingkah laris (behavior), tingkah laris dan corak acara mereka akan mengarahkan pokok pembicaraan dan format penyajian program yang atraktif. Dalam hal ini perlu ditanyakan kebiasaan-kebiasaan target.

1. Penentuan Format yang sesuai dengan materi dan kesenangan target pendengar
Ada beberapa hal yang mampu menentukan bentuk dan format dalam penulisan naskah atau aspek lain dalam menentukan naskah, adalah:
  • Tujuan pengajaran, apa yang hendak diraih oleh acara media pengajaran, apakah dalam bentuk afektif, kognitif, dan psikomotor.
  • Tujuan untuk menarik perhatian atau menghidupkan daya apresiasi.
  • Bentuk laporan atau repretase dan isu mampu menghidupkan daya afektif , contohnya untuk tujuan propaganda.
Bentuk-bentuk yang dapat dipakai atau yang mampu dikerjakan dalam penulisan naskah media pengajaran atau skrip acara audio yakni:
  • Uraian dan ceramah, umumnya dipergunakan untuk mengirimkan nasehat, pesan yang tersirat, dan gosip.
  • Berita, yaitu bentuk terbaik yang digunakan untuk memberikan laporan tentang insiden-peristiwa yang sedang melanda atau yang terjadi didaerah sasaran.
  • Laporan, ialah bentuk penyajian yang paling baik jika materinya sesuai dengan keperluan sasaran.
  • Reportase, dimaksudkan untuk menunjukkan laporan langsung dari daerah peristiwa perihal insiden penting yang dibutuhkan oleh target pendengar untuk diketahui.
  • Dialog atau monolog, ialah bentuk yang dilaksanakan oleh beberapa pelaku dalam obrolan, sedangkan monolog merupakan bentuk obrolan yang pelakunya hanya seorang.
  • Wawancara, bentuk ini bisa memperlihatkan pengetahuan kepada target wacana masalah yang dihadapi target yang lain.
  • Diskusi, adalah aktivitas yang melibatkan pendengar untuk ikut berfikir dalam proses penyelesaian perbedaan pertimbangan , serta mengajak sasaran untuk memahami pendapat dan ide orang lain.
  • Feature, bentuk ini untuk memperbincangkan satu duduk perkara supaya lebih mendalam.
  • Majalah udara, untuk menyampaikan isu mudah yang diselingi dengan musik atau hiburan.
  • Sandiwara atau drama, biasanya untuk memberikan pesan-pesan penerangan, propaganda dan pendidikan, karena pesan yang terkandung didalamnya mampu disusun sedemikian rupa sehingga selain menawarkan penerangan juga bersifat menghibur pendengar[8].
2. Pelaksanaan penulisan naskah
Dalam menulis naskah atau skrip acara audio, terlebih dahulu kita mesti menciptakan garis besar jalannya isi naskah yang akan ditulis. Seperti yang disampaikan sebelumnya penulisan naskah ini dimaksudkan sebagai penuntun dalam proses perekaman bunyi.

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan pada dikala kita akan membuat naskah acara audio, diantaranya adalah:
  • Pesan harus berhubungan dengan karakteristik kelompok target, tidak hanya satu atau bagi segelintir individu atau golongan tertentu. Pesan hendaknya memperhatikan kepentingan bersama.
  • Persoalan adaftasi, menjadi hal terpenting karena sebuah pesan mesti sesuai dengan karakteristik orang yang berlainan-beda[9].
Bahasa yang digunakan pada komunikasi publik atau komunikasi kala semestinya hanya menggunakan bahasa yang sudah diketahui lazim dan mudah untuk dimengerti. Arif S. Sadiman[10] mengemukakan bahwa, kalimat-kalimat yang dipakai dalam bahasa ekspresi diusahakan kalimat tunggal dan kalimat pendek sesuai bahasa sehari-hari. Bila terpaksa harus menggunakan bahasa susah hendaknya diberi penjelasan, alasannya sekali mereka menyimak hal yang tidak dimengerti maka sasaran akan menurun minatnya, dan bila hal ini terjadi berulang-ulang, beliau akan benr-benar merasa bahwa bahan tersebut bukan untuk dirinya.

Musik mungkin mampu dijadikan andalan untuk menarik minatsiswa (pendengar). Karena musik menawarkan nuansa yang hidup pada program audio kita sehingga para siswa pendengar tidak merasa bosan. Karena eksistensi musik sungguh penting dalam program media audio, kita harus hati-hati dalam memilih musik yang sempurna[11]. Daya fokus orang akil balig cukup akal untuk mendengarkan berkisar antara 25 s/d 45 menit dan untuk belum dewasa 15 s/d 25 menit. Oleh alasannya itu tidaklah bijaksana jikalau menciptakan acara audio yang sangat panjang[12].

D. PROSES PEMBUATAN NASKAH
Dalam makalah ini akan disampaikan empat naskah media pembelajaran, adalah naskah media audio, naskah media audio visual, naskah media cetak, dan naskah media film bingkai.

1. Naskah Media Audio
Media audio adalah media yang menyajikan isu dalam bentuk audio atau suara dan untuk menerima informasi tersebut memakai indra pendengaran. Format audio yang mampu disajikan ialah bunyi manusia (narative), musik, lagu/vocal, dan sound efeck[13]. Arif S. Sadiman[14] mengemukakan bahwa media audio ialah suatu media yang cuma mengandalkan suara dan bunyi untuk menyampaikan gosip dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan mempesona karena program ini mampu mengakibatkan daya fantasi pada pendengarnya. Informasi dalam media audio mampu dibungkus dalam beberapa format sajian, diantaranya ialah:
  • Dialog atau diskusi (narrative). Format ini menyuguhkan dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang serupa, membicarakan satu tema yang berisi materi pelajaran.
  • Tutorial. Ciri khas dari format ini didalamnya terlibat dua pihak, adalah siswa yang diberi bimbingan dan tutor yang memperlihatkan tutorial.
  • Megazine. Informasi yang dihidangkan pada acara audio jenis magazine lebih banyak dan bermacam-macam.
  • Drama. Format ini menghidangkan isu dalam bentuk sajian drama.
Berikut beberapa petunjuk yang perlu kita ikuti dalam menulis naskah program media audio, mirip yang dikemukakan oleh Arif S. Sadiman[15]. Bahasa. Bahasa yang dipakai dalam media audio adalah bahasa percakapan, bukan bahasa tulisan. Kalimat yang digunakan sedapat mungkin kalimat tunggal dan menggunakan kalimat-kalimat yang pendek.

Musik dalam acara audio. Program audio cuma mengandalkan kepada bunyi saja. Agar pendengar tidak jenuh menyimak program, maka perlu memakai musik dalam program audio. Dengan demikian perlu diperhatikan pemilihan musik yang akan dipakai dalam acara media audio, diantara musik yang digunakan ialah:
  • Musik Tema. Musik tema ialah musik yang menggambarkan adab atau situasi tertentu sesuai dengan program sajian. Musik tema dibuat secara khas, mesti berbeda dengan musik yang telah ada sehingga menjadi ikon ciri khas dari suatu acara audio[16]. Musik transisi. Musik ini digunakan selaku penghubung dua adegan, durasi musik ini tidak perlu panjang cukup 15 samapi 20 menit. Hal ini perlu diperhatikan sebab perpindahan adegan tanpa disertai dengan musik transisi, menciptakan perpindahan menjadi kaku, dan tidak smooth.
  • Musik jembatan (bridge). Musik ini ialah bentuk khusus dari musik transisi, yaitu berfungsi menjembatani dua buah adegan. Musik ini digunakan bila suasana adegan terdahulu ialah situasi sedih sedangkan situasi selanjutnya bangga dan diakhiri dengan suasana besar hati.
  • Musik latar belakang. Musik ini dipakai sebagai pengiring pembacaan teks atau percakapan dan sering juga disebut sebagai “background music”. Maksudnya supaya teks dapat meresap kehati pendengar, alasannya musik ini dapat memberikan kombinasi, memperlihatkan tekanan dan membuat suasana.
  • Musik smash. Adalah musik yang digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Musik ini dipakai dengan singkat tetapi pada ketika yang tepat[17].
Beberapa istilah teknis yang digunakan dalam naskah audio. Sebelum membuat naskah audio diharapkan wawasan wacana istilah-ungkapan teknis, adalah:
  • ANNOUNCER (ANN); pihak yang menawarkan info perihal sebuah acara akan disampaikan. Atau dengan kata lain berfungsi untuk membuka sebuah program audio.
  • NARRATOR (NAR); fungsinya hampir sama dengan fungsi announcer, tetapi perbedaannya narrator menginformasikan hidangan bahan. Kaprikornus narrator sudah berada dalam acara.
  • MUSIK; musik perlu dituliskan dalam naskah, yang mengambarkan bahwa pada adegan tersebut perlu disisipkan musik yang sesuai.
  • SOUND EFFECT (FX); yakni bunyi-suara yang terdapat dalam acara audio untuk mendukung terciptanya suasana atau suasana tertentu. Sound effect dapat berupa suara alamiah, atau sengaja dibentuk dengan manifulasi tertentu.
  • FADE IN DAN FADE OUT; ialah simbul yang memiliki arti bahwa pada adegan tersebut musik masuk secara perlahan (fade in) dan jika musik sedang berlangsung maka hilangnnya pun secara perlahan (fade out)
  • OFF MIKE; suasana dimana bunyi ditimbulkan seolah-olah dari kejauhan. Untuk menyebabkan imbas ini sumber suara harus menjauhi mike.
  • IN-UP-DOWN-UNDER-OUT; simbol ini menerangkan bahwa musik masuk secara perlahan (IN), lalu naik (UP) setelah musik naik secara maksimal maka kembali turun secara cepat (DOWN), lalu musik perlahan rendah dan terus bertahan rendah selama beberapa menit (UNDER) hingga akibatnya musik perlahan menghilang (OUT)[18].
2. Naskah Media Audio-Visual
Media video yaitu media yang menyajikan info dalam bentuk suara dan visual. Sama halnya dengan media audio, unsur bunyi yang ditampilkan berbentuknarasi, obrolan, sound effect dan musik, sedangkan komponen visual berbentukgambar/foto membisu (still image), animasi dan teks[19]. Penulisan naskah secara teoritis ialah bagian dari pengembangan media. Secara lebih mudah, hal tersebut ialah bagian dari serangkaian kegiatan bikinan media melalui tahap-tahap perencanaan dan rancangan, pengembangan, serta evaluasi[20]. Tahapan-tahapan pembuatan naskah audio visual mirip yang diungkapkan oleh Arif S. Sadiman, dkk[21], dapat dirincikan sebagai berikut:
  • Sinopsis. Synopsis dibutuhkan untuk menawarkan gambaran secara ringkas dan padat perihal tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan terutama yakni memudahkan pemesan manangkap konsepnya, menimbang-nimbang kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan persetujuan.
  • Treatment. Treatment mencoba memperlihatkan uraian ringkas secara diskriftif (bukan tematis) perihal bagaimana sebuah episode dongeng atau rangkaian kejadian instruksional (instruksional event) yang akan digarap sebagai ilustrasi pembanding.
  • Storyboard. Merupakan rangkaian peristiwa yang dilukiskan pada treatment tersebut lalu divisualkan kedalam perangkat gambar atau denah sederhana pada kartu berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. tujuan pembuatan storyboard ialah untuk melihat apakah tata urutan insiden yang akan divisualkan sudah sesuai dengan garis dongeng (plot) maupun sekuens belajarnya. Serta menyaksikan kesinambuangan (kontinuitas) arus ceritanya apakah telah tanpa kendala.
Tujuan utama sebuah naskah program yaitu sebagai peta atau aliran bagi sutradara dalam mengontrol penganggaran substansi bahan kedalam sebuah acara. Dengan demikian skrip yang baik akan dilengkapi dengan tujuan, target, synopsis, treatment. Dan yang paling penting didalam suatu storyboard termuat unsur video dan audio yang memudahkan bagi pemain, sutradara, dan kameramen dalam kegitan latihan dan persiapan shooting[22].

Scenario 
Skenario lebih ialah petunjuk operasional dalam pelaksanaan bikinan atau pengerjaan programnya. Skenario sangat berfaedah bagi teknisi dan saudara yang akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis operasional. Untuk memudahkan sesorang dalam penulisan naskah audio visual, perlu diketahui beberapa istilah teknis dalam pembuatan naskah audio visual, yakni:

Tipe shots (bentuk gambar). Pengambilan gambar dan gambar yang dihasilkan dari suatu kamera dapat dibedakan dengan memakai beberapa perumpamaan. Sebagai basic shot terdapat tiga cara pengambilan yakni;

Close Up (CU), ialah pengambilan yang difokuskan pada subjeknya atau bagaian tertentu.

Medium Shot (MS), yakni pengambilan yang memperlihatkan pokok sasarannya secara lebih erat dengan mengesampingkan latar belakang maupun detail yang kurang perlu.

Long Shot (LS), ialah pengambilan yang memberikan latar secara keseluruhan dalam segala dimensi dan perbandingannya[23].

Gerakan kamera. Gerakan-gerakan kamera selama proses pengambilan gambar sangat diharapkan sebab dengan gerakan kamera posisi dan gerakan objek bisa diubah-ubah sesuai dengan tuntunan naskah. Jadi, yang tanpak intinya hasil dari kerja kamera video yang merekam objek dengan posisi yang berlawanan-beda. Seorang pembaca naskah mesti mengenali petunjuk-petunjuk yang berafiliasi dengan gerakan kamera tersebut.

Camera angle. Penempatan tinggi kamera sungguh menentukan titik pandang mata penonton dalam melihat suatu adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap objek tersebut.

3. Naskah Media Media Cetak
Media pembelajaran dalam bentuk cetakan seperti buku didik, modul dan sejenisnya paling banyak digunakan dan diproduksi. Media dalam bentuk ini urelative gampang dan praktis dalam pemanfaatannya. Media pembelajran dalam bentuk cetakan banya jenisnya, antara lain yakni:

  • Modul atau buku latih
  • Buku teks
  • Bahan presentasi
Media berbasis cetakan dimaksudkan dikembangkan dalam bentuk cetakan (hard copy). Namun dengan pertumbuhan teknologi multimedia ketika ini, media pembelajaran tidak cuma dikemas dalam bentuk hard copy, melainkan banyak pula yang dihidangkan dan disimpan dalam bentuk CD.ROOM (soft copy). Bahkan buku teks banyak disuguhkan dalam bentuk soft copy.

Modul didik atau buku latih disusun secara sistematis untuk mengembangkan kwalitas pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional. Buku asuh dimaksudkan leaner-oriented, dan bersifat mandiri (mampu dipelajari sendiri) oleh akseptor ajar, oleh karena itu, modul ajar ditulis secara lengkap, sistematis dan menggunaka bahasa yang gampang dipahami. Format penulisan naskah modul latih, bagian khususnya berisikan tujuan pembelajaran, bab pendahuluan, bagian pembelajaran, penilaian, dan hal ini secara terang dihidangkan dalam suatu buku[24].

PENUTUP
Penggunaan media pembelajaran dalam proses mencar ilmu mengajar sangatlah diperlukan, mengenang untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pengusaan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Namun demikian penggunaan media dalam pembelajaran tidaklah serta merta dijalankan begitu saja oleh guru. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa penggunaan media selaku bentuk dari sarana penyampaian bahan bimbing yang akan disampaikan terhadap akseptor latih didalam kelas. Penggunaan media juga bermaksud untuk mencapai tujuan bahan didik yang telah ditentukan didalam kurikulum pembelajran.

Disamping itu, sebelum menggunakan media dalam pembelajaran, guru diharapkan mempersiapkan naskah media selaku aliran dalam penggunaannya didalam kelas, sehingga penggunaan media pembelajran didalam kelas bukan sekedar menjadi hiburan bagi para siswa, tetapi media pembelajaran dipakai dalam rangka komunikasi dan interkasi guru dan sisiwa dalam proses pembelajaran[25]. Efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran juga tidak terlepas dari waktu yang disediakan dalam pembelajaran serta kesesuaian kurikulum dengan media yang hendak dipakai. Dengan demikian penggunaan media semata-mata tidak terlepas dari kurikulum dan keefektivan ketersediaan waktu pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
  • Asyhar, Rayandra. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta; Gaung Persada Press, 2011.
  • Darwyn Syah, dkk. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
  • Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
  • Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2010.
  • Sadiman, Arief. S. dkk. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT. RajaGrafindo Persada, 2010.
  • Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009.
Footnote
-----------
[1] Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2010), 4-5.
[2] Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistim Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 124.
[3] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT. RajaGrafindo Persada, 2010), 117.
[4] Ibid, 117.
[5] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta; Gaung Persada Press, 2011), 99.
[6] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), 141-145.
[7] Ibid, 142.
[8] Ibid, 145.
[9] Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, 77.
[10] Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1990), 118.
[11] Ibid, 120.
[12] Ibid, 120.
[13] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 100.
[14] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 118.
[15] Ibid, 118-121.
[16] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 102.
[17] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 121.
[18] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 103.
[19] Ibid, 104.
[20] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 156.
[21] Ibid, 156-159.
[22] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 104.
[23] Ibid, 105.
[24] Ibid, 110.
[25] Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 10.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)