Senin, 28 September 2020

Makalah Terbentuknya Alam Semesta

Makalah Terbentuknya Alam Semesta Dan Penghuninya 
dalam Perspektif Barat (Sekuler)

A. Latar Belakang
Pernahkah kamu bayangkan betapa luas alam semesta daerah kita tinggal? Mungkin kamu memang belum banyak tahu perihal hal itu. Kalaupun pernah, kamu pasti masih sangat sukar membayangkan betapa besar ukuran alam semesta ini. Akan kami terangkan seberapa besar alam semesta ini dengan memakai suatu pola. Seberapa jauhkah jarak yang dapat kau bayangkan? Jarak antara batas kota daerah kamu tinggal mungkin tampak begitu besar bagimu. Anggap saja kamu sedang melintasi seluruh jalan-jalan di kotamu, dari timur ke barat, dan kamu akan terkagum-takjub oleh keluasannya. Mungkin diantara kalian ada yang pernah bepergian ke kota lain yang jauh jaraknya. Tapi, camkan satu hal! Meskipun kau pergi mengelilingi dunia, tetap saja masih sulit untuk membantumu membayangkan betapa luas alam semesta ini. Karena ukuran bumi hanyalah sebesar abu jika ketimbang ukuran alam semesta yang teramat sangat luas ini.

A. TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA

1. Teori Ledakan Besar (Big-Bang Theory)
Teori Big Bang yaitu teori yang mampu diterima secara ilmiah sekarang untuk menerangkan asal mula terbentuknya alam semesta (universe).Teori ini berbunyi:

“ Alam semesta diciptakan kira-kira 15.000.000.000 (lima belas trilyun) tahun yang kemudian,kejadiannya berawal dari meledaknya atom prima atau atom permulaan (Primeval Atom). Ledakan itu sungguh besar dan dasyat yang menyebabkan berhamburannya seluruh isi (Materi dan energi)atom prima itu ke segala arah.”

Dengan dasar teori Big Bang itu, para mahir sekarang berhasil mereka ulang pembentukan alam semesta dari waktu ke waktu, dimulai dari pristiwa Big Bang bahkan saat ini mereka dapat memperkirakan bagaimana bentuk alam semesta ini beberapa abad nanti, misalnya jika Galaksi Bimasakti (Milkyway) kawasan kita berpijak dan galaksi tetangga yang paling erat adalah Galaksi Andromeda akan saling bergerak mendekat dan suatu dikala mereka akan bertabrakan.

2. Proses Terbentuknya Alam Semesta
Setelah terjadinya ledakan (big Bang), terjadilah semacam bencana alam semesta (cosmic cataclysm). Alam semesta dipenuhi oleh bola-bola api yang sungguh panas dan padat. Dari bola-bola api inilah lalu terbentuk partikel-partikel dasar dan muatan-muatan energi, dari muatan-muatan energi ini kemudian terbentuk daya-daya kekuatan di alam semesta. Daya kekuatan alam yang diperkirakan pertama kali terbentuk yakni daya gravitasi, lalu daya nuklir serta daya electromagnetis.

Partikel-partikel dasar yaitu elektron, photon, neutron dan lain-lain saling bertubrukan untuk kemudian membentuk proton dan neutron. Selama periode ini sebagian besar energi masih berbentuk radiasi (percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).

Alam semesta terus mengembang dan perlahan-lahan mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom hidrogen, helium dan litium mulai membentuk. Tahap berikutnya alam semesta mulai memasuki tahap suhu yang cukup hambar sehingga partikel-partikel elektron yang bermuatan negatif mampu berkait dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen dan helium yang bermuatan nyata untuk kemudian membentuk atom-atom yang netral. Karena alam semesta terus membesar, kepadatannya otomatis kian berkurang dan suhunya juga makin mendingin.

Proses pengembangan alam semesta terus berlanjut dengan tingkat kecepatan yang tinggi. Daya gravitasi mulai mensugesti tingkat kepadatan gas-gas yang terbentuk balasan Big Bang, sehingga membuat gumpalan-gumpalan awan gas. Saat gumpalan-gumpalan ini makin memadat, inti gumpalan gas tersebut juga bertambah padat berlipat-lipat dengan suhu yang juga terus meningkat panas sampai risikonya menyala selaku bentuk awal sebuah bintang. Saat semua kantong-kantong gas mengalami proses serupa maka kelompok bintang-bintang muda ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang (galaksi). Seluruh proses di atas, dari Big Bang hingga terbentuknya planet, bintang serta galaksi berjalan dalam kala waktu milyaran tahun.Seperti halnya proses pembentukan bintang-bintang lainnya, bintang kita, yang kita kenal dengan nama Matahati (sun) juga terbentuk dari gumpalan atau kantong awan gas. Gumpalan awan gas yang berupa piringan yang sangat luas ini beterbangan berputar-putar. Bagian tengahnya mulai padat dan memanas untuk kemudian menyala menjadi bintang sementara materi sisa disekelilingnya saling bertumbukan, menyatu dan menggumpal membentuk planet-planet, bulan-bulan dan asteroid. Bumi yang merupakan bab kecil dari material yang menggumpal ini menjadi planet ke tiga. Dengan suhunya yang relatif lebih acuh taacuh, memungkinkan terbentuknya atmosfer pendukung kehidupan.

3. Pendukung Teori Big Bang
Teori Big Bang ini diajukan oleh Georges Lemaitre pada tahun 1927, dia ialah seorang pendeta sekaligus jago matematika dari Belgia.

Bertahun-tahun lalu, Edwin Hubble menetapkan teori bahwa : Galaksi-galaksi di alam semesta ini semuanya bergerak menjauhi sentra alam semesta dengan kecepatan yang sungguh tinggi atau dapat dibilang bahwa alam semesta ini mengembang kesegala arah. Apa yang dikemukakan Hubble ini menguatkan teori Big Bang-nya Lemaitre.

Teori Big Bang juga memprediksikan bahwa ledakan Big Bang telah meninggalkan seberkas cahaya radiasi ("background" radiation) dan pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson berhasil memperoleh radiasi pertama ini, persis mirip yang diprediksikan dalam teori Big Bang.

4. Terbentuknya Materi Padat
Setelah big bang sampai 300.000 tahun kemudian, bentuk bahan masih berbentukgas. Dari gumpalan-gumpalan gas ini berikutnya bintang-bintang berskala sungguh besar mulai terbentuk tetapi hanya berusia pendek karena lalu meledak (supernova). Setelah meledak gas-gasnya menggumpal lagi, menjadi padat, kemudian menyala dan terbentuk bintang-bintang lagi yang berukuran lebih kecil,

meledak kembali, demikian terus menerus untuk berulang kali sampai balasannya terbentuk materi-bahan berat di inti bintang-bintang yang meledak. Materi-bahan padat inilah yang kemudian membentuk benda-benda di alam semesta seperti yang kini ini seperti planet-planet dll bahkan unsur-unsur pembentuk tubuh kita sebagian besar dari materi-materi berat ini.

Makara, bahan-bahan padat dibuat di dalam inti bintang melalui proses fusi nuklir (peleburan / penyatuan bahan nuklir) dan dimulai dari materi-materi ringan seperti hidrogen dan helium. Sementara materi-bahan yang lebih berat mirip karbon, oksigen, nitrogen sampai besi dibuat di dalam inti bintang karena memang suhu dan tekanannya lebih memungkinkan. Materi-bahan ini terlempar ke luar angkasa dikala bintang-bintang tersebut meledak.

B. HIPOTESIS “KEADAAN-STABIL”
Teori Dentuman Besar dengan segera diterima luas oleh dunia ilmiah alasannya adalah bukti-bukti yang terperinci. Namun, para andal astronomi yang memihak materialisme dan setia pada pemikiran alam semesta tanpa batas yang dituntut paham ini menentang Dentuman Besar dalam usaha mereka menjaga akidah fundamental ideologi mereka. Alasan mereka diterangkan oleh ahli astronomi Inggris, Arthur Eddington, yang berkata, “Secara filosofis, usulan wacana awal yang tiba-tiba dari keter-hukum alam sekarang ini berlawanan denganku.

Ahli astronomi lain yang menentang teori Dentuman Besar yakni Fred Hoyle. Sekitar pertengahan kala ke-20 beliau mengemukakan suatu model baru yang disebutnya “keadaan-stabil”, yang tak lebih sebuah per-panjangan ide periode ke-19 ihwal alam semesta tanpa batas. Dengan menerima bukti-bukti yang tidak bisa disangkal bahwa jagat raya mengembang, ia berpendapat bahwa alam semesta tak terbatas, baik dalam dimensi maupun waktu. Menurut versi ini, dikala jagat raya mengembang, materi baru terus-menerus timbul dengan sendirinya dalam jumlah yang tepat sehingga alam semesta tetap berada dalam “kondisi-stabil”. Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma “materi telah ada semenjak waktu tak terbatas”, yang ialah basis filsafat mate-rialis, teori ini mutlak berlawanan dengan “teori Dentuman Besar”, yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki awal. Pendukung teori kondisi-stabil Hoyle tetap berkeras menentang Dentuman Besar selama beberapa tahun. Namun, sains menyangkal mereka.

C. EVOLUSI ALAM SEMESTA
Naluri manusia selalu ingin mengenali asal undangan sesuatu, termasuk asal-undangan alam semesta. Berbagai hasil pengamatan dianalisis dengan pemberian teori-teori fisika untuk mengungkapkan asal-permintaan alam semesta. Teori yang sekarang diyakini bukti-buktinya menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari ledakan besar (Big Bang) sekitar 13,7 milyar tahun yang lalu. Semua bahan dan energi yang kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi yang berkerapatan tak berhingga. Tetapi ini jangan dibayangkan seolah olah titik itu berada di suatu tempat di alam yang kita kenal sekarang ini. Yang benar, baik bahan, energi, maupun ruang yang ditempatinya semuanya bervolume amat kecil, cuma satu titik tak berdimensi.

Tidak ada suatu titik pun di alam semesta yang mampu dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain ledakan besar alam semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak dari satu titik ke segenap penjuru. Hal ini alasannya adalah pada hakekatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan itu. Lebih tepatnya, seluruh alam semesta mengembang datang datang secara serempak. Ketika itulah mulainya terbentuk bahan, ruang, dan waktu.

Materi alam semesta yang pertama terbentuk yakni hidrogen yang menjadi materi dasar bintang dan galaksi generasi pertama. Dari reaksi fusi nuklir di dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat mirip karbon, oksigen, nitrogen, dan besi. Kandungan komponen-komponen berat dalam komposisi materi bintang ialah salah satu "akte" lahir bintang. Bintang-bintang yang mengandung banyak unsur berat bermakna bintang itu "generasi muda" yang memanfaatkan materi-bahan sisa ledakan bintang-bintang renta. Materi pembentuk bumi pun diyakini berasal dari abu dan gas antar bintang yang berasal dari ledakan bintang di periode lalu. Makara, seisi alam ini memang berasal dari satu kesatuan.

Bukti-bukti pengamatan menunjukkan bahwa alam semesta mengembang. Spektrum galaksi galaksi yang jauh sebagian besar menawarkan bergeser ke arah merah yang dikenal selaku red shift (panjang gelombangnya bertambah alasannya adalah alam mengembang). Ini ialah petunjuk bahwa galaksi galaksi itu saling menjauh. Sebenarnya yang terjadi yakni pengembangan ruang. Galaksi galaksi itu (dalam ukuran alam semesta hanya dianggap seperti partikel partikel) dapat dikatakan menempati kedudukan yang tetap dalam ruang, dan ruang itu sendiri yang sedang berekspansi. Kita tidak mengenal adanya ruang di luar alam ini. Oleh balasannya kita tidak mampu menanyakan ada apa di luar semesta ini.

Secara sederhana, keadaan permulaan alam semesta dan pengembangannya itu dapat diilustrasikan dengan pembuatan roti. Materi pembentuk roti itu semula terkumpul dalam gumpalan kecil. Kemudian mulai mengembang. Dengan kata lain "ruang" roti sedang mengembang. Butir butir partikel di dalam roti itu (analog dengan galaksi di alam semesta) saling menjauh sejalan dengan pengembangan roti itu (analog dengan alam).

Dalam gambaran tersebut, kita berada di salah satu partikel di dalam roti itu. Di luar roti, kita tidak mengenal adanya ruang lain, alasannya pengetahuan kita, yang berada di dalam roti itu, terbatas cuma pada ruang roti itu sendiri. Demikian pulalah, kita tidak memedulikan alam fisik lain di luar dimensi "ruang waktu" yang kita kenal.

Bukti lain adanya pengembangan alam semesta di dapatkan dari observasi radio astronomi. Radiasi yang terpancar pada dikala permulaan pembentukan itu masih berupa cahaya. Namun alasannya adalah alam semesta terus mengembang, panjang gelombang radiasi itu pun semakin panjang, menjadi gelombang radio. Kini radiasi awal itu diketahui sebagai radiasi latar belakang kosmik (cosmic background radiation) yang mampu dideteksi dengan teleskop radio.

D. GALAKSI
Berdasarkan Hipotesis Fowler, galaksi berawal dari sebuah kabut gas pijar dengan massa yang sangat besar. Kabut ini lalu menyelenggarakan kontraksi dan kondensasi sambil terus berputar pada sumbunya. Ada massa yang tertinggal, yaitu pada bab luar dari kabut pijar tadi. Massa itu juga mengadakan kontraksi dan kondensasi maka terbentuklah gumpalan gas pijar ialah bintang-bintang. Bagi yang bermassa besar masih berupa kabut bintang. Dengan cara yang sama, bab luar bintang yang tertinggal juga mengadakan kondensasi sehingga terbentuklah planet. Demikian juga bab planet membentuk satelit bulan.

Bima Sakti atau Milky Way, berbentuk mirip kudapan manis cucur. Matahari kita terletak kira-kira pada jarak 2/3, dihitung dari pusat galaksi itu sampai ke tepiannya.

Tata surya terdiri dari matahari sebagai pusat, benda-benda lain mirip planet, satelit, meteor-meteor, komet-komet, abu dan gas antarplanet beredar mengelilinginya. Teori-teori yang mendukung terbentuknya tata surya, antara lain Hipotesis Nebular, Hipotesis Planettesimal, Teori Tidal, Teori Bintang Kembar, Teori Creatio Continua dan Teori G.P. Kuiper.

E. SUSUNAN TATA SURYA
Matahari kita dikelilingi oleh sembilan planet. Empat buah yang erat dengan Matahari disebut planet dalam, adalah Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Lima yang lain yang disebut planet luar berada relatif jauh dengan Matahari dan biasanya besar-besar. Mereka ialah Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.

Anggota. tata. surya lainnya ialah:

1. Asteroida, berbentuk semacam planet namun sungguh kecil, bergaris tengah 500 mil, jumlahnya lebih dari 2.000 buah dan terletak antara Mars dan Jupiter.

2. Komet atau bintang berekor. Garis edarnya eksentrik, perihelionnya sungguh bersahabat dengan matahari, sedangkan aphelionnya sangat jauh, berupa bola gas pijar seperti matahari.

3. Meteor, ialah batuan masbodoh yang terjadi balasan gaya tarik bumi sehingga masuk ke atmosfer menjadi pijar sebab bergesekan dengan atmosfer.

F. DESKRIPSI DAN MODEL ALAM SEMESTA
Kesan lazim luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan menatap langit malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit terlihat sarat taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sungguh sulit dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas insan wacana itu memerlukan waktu berabad-kurun.

Deskripsi panorama alam semesta pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas semestinya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) gres diketahui pada masa ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) kurun ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) masa ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni era ke-19 , jarak ke sentra Galaksi kurun ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut antargenerasi.

Benda langit yang terdekat dengan bumi ialah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang surut air bahari di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena kurun orbit dan rotasi Bulan sama, insan di Bumi tak pernah mampu melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa pertolongan teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia segi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun 1959.

Pada siang hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan; sedang di ketika fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat. Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan situasi langit yang berwarna warni.

Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800o K), mirip bintang panas (bisa mencapai 50.000oK) yang memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang berbahaya bagi kehidupan. Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan cahaya merah dan inframerah dibandingkan cahaya terlihat yang banyak dipergunakan insan.

Manusia bisa meraih batasan wawasan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan Allah yang tidak pernah diketahui di wajah bumi mirip Black Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, aneka macam fenomena yang sungguh dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan. Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin rajin menekuninya.

G. BUMI DAN PLANET-PLANET LAINNYA
Dimulai dari planet Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh bermiliar manusia. Kecerdasan spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini; perjalanan antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan tamat yang diketahui pasti, yang gratis dan tak berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.

Namun Bumi masih terlalu kecil dibandingkan Matahari, suatu bola gas pijar raksasa, lebih dari 1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak berdaya, tertambat oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi sentra Galaksi lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar penuh. (Lalu apa rencana secercah kehidupan kita dalam pengembaraan panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak bermaksud sujud dan berserah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)

Pengiring Matahari lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam tata surya itu berupa sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang sungguh panas; semuanya tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana yang tersebar di alam semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau pantas dihuni oleh kehidupan?)

Putaran demi putaran waktu berlalu, kehancuran wahana bermiliar insan akan menghampiri perlahan tetapi pasti. Namun, aneka macam pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta masih belum atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah dikerahkan dan wawasan bertambah, tetapi misteri alam semesta itu terus menjadi warisan bagi generasi selanjutnya.

Penjelajahan logika manusia mendapatkan fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom, planet, tata surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas galaksi-galaksi muda. Dengan itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi panjang 10-13 hingga 1026 meter, yang merupakan batas fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains. Pada abad ke-21 manusia masih berambisi untuk menyelami dunia 10-35 meter (skala panjang Planck) atau 10-20 kali lebih kecil dari penemuan skala atom pada dekade pertama kala ke-20. Begitu pula dimensi yang lain mirip waktu, energi, massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil dan lebih besar.

Tentang rentang waktu alam semesta, manusia mendefinisikan banyak sekali zaman (dan zaman transisi di antaranya): Zaman Primordial, dikala usia alam semesta antara 10-50 hingga 105 tahun, Zaman Bintang, (106 – 1014 tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (1015 – 1039 tahun), Zaman Black Hole, (1040 – 10100 tahun), Zaman Gelap dikala alam semesta menghampiri kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam Semesta, saat bahan meluruh. Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang dimengerti insan (atas izin Allah), alhasil insan cuma bisa berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan aneka macam kondisi, misalnya sebelum kelahiran alam semesta dan sehabis kehancuran.

Penjelajahan logika insan bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di Matahari 1060 atau di Bumi 1050), energi ikat (antara Bumi dan Matahari sebesar 1033 Joule), energi radiasi matahari sebesar 1026 watt, energi Matahari yang diterima Bumi sebesar 1022 Joule, energi yang diharapkan insan per tahun sebesar 1020 Joule, energi penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium sebesar 1013 Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah anugerah yang besar bagi manusia, meskipun lewat proses yang panjang.

DAFTAR PUSTAKA
  • Mustafa KS. Buku Alam Semesta dan Kehancurannya. Penerbit Percetakan Offcet.
  • Dr. Mawardi. Dkk. Buku IAD, ISD, IBD Penerbit Pustaka Setia. See. Harun Yahya, The Evolution Deceit: The Scientific Collapse of Darwinism and Its Ideological Background, Istanbul, 1998.
  • Cronin, Vincent, The View from Planet Earth: Man Looks at the Cosmos, New York: William Morrow dan Company, Inc., 1981, ISBN 0-688-00642-6
  • Roos, Matts Introduction to Cosmology. John Wiley & Sons, Ltd, Chichester: 2003.
  • Hawley, John F. & Katerine A. Holcomb Foundations of Modern Cosmology. Oxford University Press, Oxford: 1998.
  • Hetherington, Norriss S. Cosmology: Historical, Literary, Philosophical, Religious, and Scientific Perspectives. Garland Publishing, New York: 1993.
  • er.com/search?q=terbentuknya-alam-semesta-dan
  • Gal-Or, Benjamin, Cosmology, Physics and Philosophy, Springer Verlag, 1981, 1983, 1987, New York.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)