Rabu, 19 Agustus 2020

Makalah Paragraf Narasi

Makalah Paragraf Narasi
Oleh : Eduardus Sateng Tanis


A. Pengertian Paragraf dan Alinea

1 Poerwadarminta

Menurut Poerwadarminta (1961-652), dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paragraf berasal dari bahasa Eropa, dan memiliki arti: (a) bagian dari bab dalam buku; pasal; (b) bab dari bab (c) hal; masalah; pokok obrolan; (d) perihal hal; perihal hal; (e) alasannya adalah; karena. Di dalam kamus yang serupa (1961: 32), Poerwadarminta menyebut bahwa kata alinea juga berasal dari bahasa Eropa, dan mempunyai arti: ganti garis; baris gres (pada goresan pena).

2 Anton Moeliono

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988:648), asal kata paragraf dari bahasa apa tidak lagi disebutkan, dan kata itu memiliki arti: (a) bab bagian dalam sebuah karangan (biasanya mengandung satu pandangan baru pokok dan dimulai penulisannya dengan garis baru; alinea; (b) bagian tentang yang ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih; paragraf; (c) dalam ragam percakapan alinea berarti ganti baris: baris baru (pada tulisan).

3 Harimurti Kridalaksana

Di dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 1982:120), kata paragraf diartikan 'bagian tentang yang mengungkapkan anggapan utuh atau hal tertentu yang lengkap tetapi yang masih berhubungan dengan isi seluruh ihwal, mampu terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan'. Di dalam kamus yang sama (1982:7), kata alinea sama pengertiannya dengan Paragraf


4 Kamus Webster's

Di dalam Webster's Ninth New Coolegiate Dictionary ( 1985:853), kata Paragraph diartikan, antara lain, a subdivision of a written composition that consists of one or more sentences, deals with one point or gives the words of one speaker, and begins on a new usually intended line.

5 John. M. Echols dan Hassan Shadily

Kamus Inggris-Indonesia karangan John. M. Echols dan Hassan Shadily (1995: 417), kata Inggris Paragraph diterjemahkan paragraf, ayat, alinea. Kata alinea tidak terdapat di dalam bahasa Inggris. jadi, kata alinea kiranya bukan kata Inggris, melainkan kata dari salah satu atau bahasa Eropa.

6 Arnaudet dan Barret

Di dalam buku Paragraph Development (Arnaudet dan Barret, 1990:1), Paragraph diartikan sebagai 'is a group of sentences which develop one central idea. The central idea is usually stated in a topic sentence"

7 Gorys Keraf

Di dalam bidang karang-mengarang, kata paragraf (alinea) diisi dengan pemahaman khusus seperti berikut: ... sebuah kesatuan fikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. la merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah ide. Dalam alinea itu gagasan tadi men adi terang oleh uraian-uraian pemanis, yang maksudnya tidak lain untuk memperlihatkan pokok fikiran tadi secara lebih terperinci (Keraf, 1980: 62).

8 A. Widyamartaya

Dengan formulasi yang berlawanan, A. Widyamartaya (1993: 32) mengartikan paragraf (alinea) selaku "sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan yang mengembangkan satu gagasan".

9 M. Ramlan

Ramlan dalam Paragraf: Alur Pikir dan kepaduannnya dalam Bahasa Indonesia (1993:1) mengartikan paragraf selaku bab dari sebuah karangan atau tuturan yang berisikan sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan berita dengan ide pokok sebagai pengendalinya.


Yang mampu ditarik kesimpulan yaitu bahwa kata Paragraf dan Alinea dapat saling bergantian jika digunakan dalam kaitannya dengan kata tentang yang mempunyai arti: satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, atau postingan (Moeliono, 1988: 1005). Kata wacana ternyata tidak (belum?) terdapat di dalam kamus Poerwadarminta (1961). Dari penelusuran arti yang terdapat di kamus dan buku seperti diuraikan di atas, dan dari uraian Gorys Keraf (1980:62), serta A Widyamartaya (1993:32) dapat disimpulkan bahwa paragraf atau alinea lazimnya terdiri dari sekelompok kalimat yang mengungkapkan satu gagasan. Gagasan itu ialah satu gagasan bawahan dari sebuah karangan atau ihwal.

Paragraf (alinea) adalah sebuah kesatuan fikiran dan ialah kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf ialah himpunan dari banyak sekali kalimat yang bertalian dalam sebuah rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam suatu paragraf, gagasan tersebut menjadi terang oleh uraian-uraian komplemen untuk memperlihatkan pokok fikiran secara lebih jelas.


B. Macam-macam Paragraf

(a) Berdasarkan Letak Kalimat Utama

(1) Paragraf deduktif ialah paragraf yang letak kalimat khususnya terdapat di permulaan paragraf. Contoh:

(1)Kosa-kata memegang peranan penting dalam berbahasa dan ialah komponen yang paling mendasar dalam kesanggupan berbahasa, utamanya dalam mengarang. (2) Jumlah kosakata yang dimiliki oleh seseorang mampu menj'adi petunjuk ihwal pengetahuan yang dimilikinya. (3) Di samping itu, menjadi indikator bahwa beliau mengenali sekian banyak konsep. (4) Semakin banyak data yang dikuasainya, memiliki arti bertambah banyak pula pengetahuannya.

Catatan: Pikiran utama, ilham pokok, kalimat utama untuk paragraf ini terdapat pada kalimat nomor (1). Kalimat (2), (3), dan (4) merupakan kalimat penjelas yang dikenal dengan perumpamaan kalimat berisi asumsi penjelas atau kalimat pengembang paragraf.


(2) Paragraf induktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di selesai paragraf.

Contoh:

Ketika anak asuh memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan hambatan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa wilayahnya. Hal ini alasannya adalah sehabis meninggalkan kelas, mereka kembali mempergunakan bahasa tempat, baik dalam pergaulan dengan temantemannya ataupun dengan orang tuanya. Ia merasa lebih dekat jikalau menggunakan bahasa daerah. Pada jam sekolah yang cuma berlangsung selama berjam-jam, baik pada waktu istirahat atau pun selang waktu di antara jam-jam pelajaran, bahasa daerah tetap menerobos dalam pergaulan anak latih. Ditambah lagi jikalau sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur orisinil bahasa tempat itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan wawasan si anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus dengan segera.


(3) Paragraf Campuran ialah paragraf yang letak kalimat di permulaan dan di akhir paragraf.

Contoh:

Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan perjuangan peningkatan taraf hidup mereka. Petani yang berpendidikan cukup, dapat mengubah tata cara pertanian tradisional misalnya bercocok tanam cuma untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup akan mampu menunjang pembangunan secara faktual. Mereka dapat menunjukkan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-pemikiran yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat sentra, maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya, kenaikan taraf pendidikan para petani dicicipi sangat mendesak.


(b)Berdasarkan Tujuannya

1) Paragraf narasi yakni paragraf yang mengisahkan sebuah kejadian atau insiden.

Contoh:

Pada suatu hari Kusno sakit kepala. Ia tahu, bahwa pusing itu secepatnya akan hilang, jika dia mampu mengisi perutnya. Dua hari dua malam tak ada lain yang mampu dimakannya selain daun-daun kayu. Ada terlayang di pikirannya untuk memasarkan celana 1001 itu, guna berbelanja sekadar makanan yang pantas disantap manusia. Tapi lekas dibuangnya asumsi itu. Jika celana itu dijualnya, perutnya kenyang buat beberapa detik, tapi sehabis itu dengan apa akan ditutupnya auratnya? Sekiali pula ada niatnya untuk mencuri barang orang lain, namun Tuhan berkata, jauhi dirimu dari curi mencuri. Dan keluarga Kusno turun-temurun takut kepada Tuhan itu, sangat pun belum dilihatnya.

2) Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan atau memerikan sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah menyatakan atau mengalami sendiri hal atau kejadian yang digambarkan itu.

Contoh:

Langgar itu berada di sebelah kanan rumah Paman Udin dan terletak pada bagian segi sungai yang rendah. Pada beberapa tempat, segi sungai itu sedemikian meneluknya hingga mencapai bagian depan rumah penduduk. Namun, sungai itu tidak begitu dalam, kira-kira satu meter dua puluh saja dikala air pasang. Di sungai itu, banyak anak yang berguru berenang. Sepanjang kampungku dan kampung-kampung lain di sebelah barat dan di timur, tiap-tiap rumah mempunyai suatu jembatan yang menghubungkan dengan jembatan lain hingga pada jembatan panjang yang menghubungkan kampung demi kampung.

3) Paragraf eksposisi yakni paragraf yang berupaya menandakan atau memberitahukan sebuah hal untuk memperluas pengetahuan pembaca.

Contoh

Gagap bukanlah ialah penyakit, melainkan suatu gangguan atau kelainan bicara yang mampu disembuhkan. Seseorang dikatakan gagap kalau dalam mengatakan dia sering tersendat-sendat, mengulang-ulang atau memperpanjang ucapan beberapa suku kata yang diikuti dengan menegangnya otot-otot pada beberapa bagian, misalnya pada otot wajah, bibir, dan leher.

(4) Paragraf alasan ialah paragraf yang bertujuan menunjukan sesuatu. Melalui pangamatan dan observasi, serta analisis dan sintesis, mampu dikumpulkan aneka macam fakta, angka, grafik, peta, dan lain-lain untuk menunjukan kebenaran paparan paragraf itu. Contoh:

Kalsium berperan menurunkan hipertensi. Dalam suatu studi, Dr. Villar dan rekan-rekannya menawarkan 1000 mg kalsium pada sekelompok orang sehat, dan menunjukkan kalsium palsu terhadap kelompok yang lain. Setelah di kerjakan penelitian terbukti bahwa pria pada kalangan pertama mengalami penurunan tekanan darah 9%, sedangkan pihak wanita mengalami penurunan 5,6%. Selain itu, juga terbukti bahwa penderita hipertensi yang melakukan pembatasan makanan mengalami kekurangan 10-65% kalsium dibandingkan dengan orang-orang yang mempunyai tekanan darah normal.

(5) Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan mensugesti pekiran, pendapat atau sikap-pembaca dengan memberikan pemfokusan aspek emosional. Contoh:

Kandungan minyak alami dalam pigeon baby oil menciptakan kulit si kecil menjadi higienis total, tidak menjadikan iritasi, bahkan mampu menghalangi terjadinya kulit kering dan lecet hingga bagian lipatan yang merepotkan dijangkau. Dengan pigeon baby oil, kulit buah hati Anda menjadi lembut tepat dan menciptakan orang lain merasa penasaran kalau belum menyentuhnya.


C. Paragraf Narasi

a. Pengertian Narasi

· Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) menerangkan bahwa kata narasi (kata benda) bermakna pengisahan suatu kisah atau insiden; cerita atau deskripsi sebuah insiden atau insiden; kisahan. Dari kata narasi terbentuk kata sifat naratif, artinya bersifat narasi, atau bersifat menguraikan (menerangkan).

· Menurut Gorys Keraf (2007, 135-136),
  • Narasi : suatu bentuk wacana yang berupaya mengisahkan sebuah peristiwa atau peristiwa sehingga tampak seperti pembaca melihat atau mengalami sendiri insiden itu. Unsur penting dari narasi adalah perbuatan atau langkah-langkah dan waktu (kronologi insiden). Dengan demikian, bagian dasar suatu narasi adalah perbuatan atau langkah-langkah yang terjadi dalam sebuah rangkaian waktu. 

  • Narasi : sebuah wacana yang sasaran khususnya ialah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu; atau suatu bentuk tentang yang berupaya menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca sebuah kejadian yang telah terjadi. Dengan demikian, pertanyaannya yang mesti dijawab oleh narasi yakni “Apa yang sudah terjadi?”

· Dari pengertian itu, terdapat bagian-komponen penting narasi, yaitu 1) kejadian atau kejadian; 2) tindak-tanduk atau perbuatan tokoh; 3) tokoh; dan 4) rangkaian kesatuan waktu.

b. Ciri atau Karakteristik Paragraf Naratif
  • Berdasarkan keempat bagian penting narasi tersebut, ada dua teknik narasi, ialah narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
  • Narasi ekspositoris bermaksud memberikan gosip. Sasarannya adalah ketepatan info mengenai suatu insiden yang dideskripsikan. Ada beberapa ciri penting narasi ekspositoris:

1) Menggugah anggapan pembaca (pikiran sehat) untuk mengenali apa yang dikisahkan
2) Sasarannya yakni rasio atau pikiran pembaca, berupa ekspansi pengetahuan pembaca setelah membaca dongeng tersebut

3) Menyampaikan isu tentang berlangsungnya suatu peristiwa
4) Tahap-tahap kejadian atau rangkaian perbuatan disampaikan kepada pembaca sejelas-jelasnya
5) Sifatnya generalisasi dan khusus (atau khas). Generalisasi, ialah narasi yang memberikan suau proses yang biasa, yang dapat dilakukan oleh siapa pun, dan mampu dijalankan secara berulang-ulang. Misalnya narasi menciptakan tempe, nasi goreng, dll. Khusus atau khas, yakni narasi yang berupaya menceriterakan sebuah insiden yang khas yang hanya terjadi satu kali. Misalnya, narasi tentang pengalaman pertama kali masuk sekolah; pengalaman pertama kali berlibur ke Eropa, dll.

  • Narasi sugestif bertujuan merangsang daya khayal dalam diri pembaca/pendengar. Sasarannya yaitu ingin membuat kesan pada para pembaca tentang objek narasi (memperlihatkan suatu maksud tertentu atau amanat terselubung dari kejadian). Makara, berupaya memberi makna atas peristiwa atau peristiwa sebagai suatu pengalaman. 
  • Bentuk khusus narasi yaitu narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Narasi fiktif ialah narasi yang berisi kejadian atau kejadian rekaan atau khayalan pengarang. Narasi nonfiktif adalah narasi yang berisi kejadian atau insiden yang sungguh-sungguh ada. 

c. Struktur dasar narasi
  • Struktur narasi meliputi alur, perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.
  • Alur yaitu kesambungsinambungan insiden-peristiwa dalam kekerabatan sebab akhir. Alur menandai mulai, terjadi, dan selesainya suatu insiden.
  • Suatu tindakan mengandung kausalitas (relasi sebab balasan antartindakan), waktu, tokoh (karakter tokoh), pertentangan, dan makna. Konflik yang mampu terjadi berupa pertentangan dengan alam, pertentangan antarmanusia, dan pertentangan dengan dirinya sendiri
  • Latar merefleksikan daerah dan situasi peristiwa terjadi
  • Sudut pandang ialah darimana penulis menatap suatu insiden yang dikisahkan
  • Makara, dalam narasi dijabarkan perihal apa, bagaimana, dan mengapa sebuah peristiwa terjadi. Dengan kata lain, narasi merefleksikan 1) adanya rangkaian kejadian (bahwa ada argumentasi logis dari setiap peristiwa itu terjadi dan berhubungan satu sama lain); 2) adanya kesatuan tindakan; 3) adanya proses (tahapan narasi awal, transformasi, dan akhir); dan 4) adanya kekerabatan kausal dalam sebuah pertentangan yang membentuk struktur cerita secara keseluruhan.

d. Pola pembangan paragraf naratif
  • Langkah-langkah mengembangkan paragraf naratif: (1) memilih tema (atau topik), (2) memilih tujuan penulisan, (3) mengumpulkan materi tulisan, (4) menyiapkan kerangka tulisan, dan (5) berbagi tulisan. 

Beberapa teladan paragraf naratif dalam bentuk karangan yang lebih panjang

Paragraf 1:

Sore itu, cahaya candik ala menyelinap lewat jendela menerpa lemari beling kawasan memajang foto ayah dalam bingkai. Mungkin alasannya rinduku pada ayah, kulihat seakan foto ayah bergerak, tangannya melambai kepadaku. Terasa di dalam dadaku ada yang menggelepar-gelepar.

Kudengar pula dari Lik Kasdi, ayah bersama para tahanan beberapa lama ini sedang dipekerjakan membuat tanggul sepanjang rawa besar di tempat tak jauh dari rumah kami. Katanya tanggul yang sepanjang tiga kilometer ini sekaligus untuk jalan penghubung antardesa yang terpisah oleh rawa. Karena rinduku tak tertahankan lagi, dengan mengendap-endap melalui pintu dapur, tanpa sepengetahuan ibu dan tanpa takut dengan cuaca candik ala, sambil membawa pancing bambu, kugenjot sepedaku lari kencang ke rawa, dengan keinginan ayah masih di sana.

Setiba di sana, nampak banyak orang berseragam loreng dengan menyandang senjata laras panjang. Mereka berjaga di sebelah timur rawa, di mana kulihat ratusan orang sedang bekerja menggali tanah dan mengangkat kerikil. Dalam terpaan cahaya kuning, paras -wajah kurus makin mempertegas cekungan mata bagai jenazah hidup. Dadaku berdebar-debar, tak tabah untuk bisa cepat-cepat bertemu ayah, yang mungkin ada di sana. Beberapa meter sebelum mencapai tempat mereka, seorang petugas mengusirku, dan menyuruhku mancing agak jauh dari situ.

Kutaruh sepeda di pinggir jalan, kemudian duduk mencangkung di atas kerikil padas di pinggir rawa. Dengan berpura-pura memancing, terus kutajamkan mataku mencari ayah di antara ratusan orang yang sedang melakukan pekerjaan . Langit yang membiaskan warna kuning agak menyilaukan mataku, sehingga sulit mencari di mana ayah berada. Ketika langit berubah warna memerah, mengambarkan magrib menjelang datang, dan ketika saya hampir frustasi, kulihat di kejauhan seseorang berdiri tegak menatap ke arahku, sementara yang lain masih melakukan pekerjaan …. Itulah ayah! Kulempar pancing, tanpa menghiraukan para petugas, saya pun berlari, menangis sambil berteriak keras-keras memanggil ayah. Ayah mirip terkesima melihat kedatanganku (1).


Paragraf 2:

Tragedi gagal panen yang melanda sawah di Desa Mangunsari tahun 1985-1987 meresahkan para petani. Tanaman padi dengan bibit VUTW yang ditanam petani sesuai anjuran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) hancur sebab terjangkit hama wereng dan tikus. Petani yang telah mengeluarkan banyak modal untuk membeli benih padi, pupuk kimia, dan pestisida pun terpuruk. Namun, ada seorang petani, Mbah Suko menjajal mencari jalan keluar dengan tidak memakai benih pertolongan pemerintah. Bagi Mbah Suko, petani bebas menentukan benihnya sendiri, begitu juga membeli pupuk dan obat. Seorang diri, Mbah Suko bergerilya mencari benih-benih padi lokal dan membudidayakannya di lahan seluas 0,3 hektar yang disewa. Dia tidak ingin menggunakan pupuk kimia, namun menentukan memakai pupuk sangkar dan kompos. Padinya juga tak pernah disemprot dengan pestisida. Dia berbagi predator alami yang dibiakkan di laboratorium mini di belakang rumahnya. Untuk menambah hasil buatan, Mbah Suko memelihara ikan di sela flora padinya dengan metode minatani. Hasilnya ternyata menggembirakan. Menjelang tamat tahun 2000, hasil sawah dan ikan Mbok Suko terus mengalami kenaikan. Mbah Suko jadinya bisa merasa merdeka karena tidak bergantung pada pihak luar untuk memproduksi padi.(2) 


REFERENSI
  • GM Sudarta. 2008. Candik Ala dalam Cinta di Atas Perahu Cadik, Cerpen Kompas Pilihan 2007. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
  • Haryanto, Ign. (Penyunting). 2009. Menuju Jurnalisme Berkualita. Jakarta: PT Gramedia, hlm. 102 – 103
  • Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.
  • ---------------. 2007a. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
  • ---------------. 2007b. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
___________________
1 Candik Ala karangan GM Sudarta dalam Cinta di Atas Perahu Cadik, Cerpen Kompas Pilihan 2007, hlm. 95].
2 Menuju Jurnalisme Berkualitas, hlm. 102 – 103

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon