Sabtu, 25 Juli 2020

Seni Manajemen Pembelajaran Bahasa Arab Di Smp It Al-Hijrah Lau Dendang

JURNAL TESIS
Strategi pembelajaran Bahasa Arab di SMP IT al-Hijrah Lau Dendang

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa yaitu alat utama dalam komunikasi yang mempunyai daya ekspresi yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh insan alasannya dengan bahasa, insan mampu mendapatkan kebutuhan mereka dengan cara berkomunikasi antara satu dan yang yang lain.[1] Bahasa yang harus dikuasai tidak hanya bahasa nasional tetapi bahasa internasional juga sungguh penting untuk dipelajari dan dikuasai, alasannya kemajuan zaman sekarang ini mengakibatkan kita memiki pergaulan luas dan berinteraksi dengan penduduk yang tidak hanya berasal dari negara sendiri, namun berinteraksi dengan penduduk yang berasal dari negara asing.

Salah satu bahasa ajaib yang penting untuk dipelajari dan dikuasai adalah Bahasa Arab. Bahasa Arab bukan hanya bahasa agama namun dipakai selaku alat komunikasi di banyak sekali bidang. Ada beberapa argumentasi yang mengakibatkan pentingnya Bahasa Arab untuk dipelajari dan dikuasai. Dalam bidang ekonomi, Bangsa Arab mengadakan jual beli ke negara-negara luar Arab tergolong Indonesia, mereka memakai Bahasa Arab dalam berkomunikasi saat berjualan. Masyarakat Timur Tengah yang menggunakan Bahasa Arab dalam bahasa sehari-hari juga merupakan pusat sumber daya energi dan mineral dunia dan selaku daerah bisnis baru yang terbuka dan prospektif serta menawarkan peluang kerja. Banyak negara yang ingin menjalin korelasi ekonomi dengan masyarakat Timur Tengah, sebab dianggap sebagai penanam modal yang dapat memberikan banyak laba. Indonesia menyadari pentingnya kawasan Timur Tengah sebagai kawan, dan banyak harapan akan masuknya investasi negara-negara Arab ke negara Indonesia. Saat inilah Bahasa Arab berperan penting selaku alat komunikasi yang menjadi modal dasar untuk menarik penduduk Arab semoga menjadi kawan kerja Indonesia. Jika penduduk Indonesia tidak menguasai Bahasa Arab, maka akan sukar untuk menjalin relasi komunikasi dengan masyarakat Timur Tengah, alasannya Bahasa Arab yaitu media dalam aktivitas-kegiatan yang berhubungan dengan korelasi ekonomi.

Dalam bidang ilmu wawasan, Bahasa Arab banyak digunakan dalam buku-buku ilmu wawasan, mirip ilmu kedokteran. Untuk dapat mengetahui buku-buku ilmu pengetahuan, pengetahuan dasar yang mesti dikuasai yaitu wawasan perihal Bahasa Arab. Bahasa Arab dapat digunakan selaku media logika atau alat berpikir dan mempertajam daya pikir, sebab susunan kata-katanya yang indah, perpaduan kalimatnya yang serasi mirip dalam bait-bait syair, mengajak orang yang mendengarnya untuk berpikir dan berimajinasi, sehingga orang bisa untuk mengasah kemampuan intelektualnya.

Dalam bidang Agama, Bahasa Arab Adalah Bahasa Kaum Muslimin, sebab Bahasa Arab adalah Bahasa al-Qur’an. Semua ketentuan-ketentuan atau aturan-hukum yang berlaku bagi kaum muslimin telah ditulis dan diatur dalam al-Qur’an. Untuk mengenali lebih dalam lagi ihwal Islam dan al-Qur’an, maka pengetahuan yang harus dimiliki yakni wawasan tentang Bahasa Arab.

Uraian di atas mengingatkan bahwa begitu pentingnya Bahasa Arab untuk dipelajari dan dikuasai terutama bagi penduduk Indonesia yang secara umum dikuasai beragama Islam. Sebagai pembelajaran permulaan, Pembelajaran Bahasa Arab dapat dimulai dari jenjang sekolah atau lembaga pendidikan adalah memuat mata pelajaran Bahasa Arab dalam kurikulum pembelajarannya. Biasanya, forum pendidikan yang memuat mata pelajaran Bahasa Arab yaitu forum pendidikan yang berjulukan madrasah. Jarang sekali dijumpai mata pelajaran Bahasa Arab dipelajari di sekolah-sekolah biasa . Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) al-Hijrah yaitu salah satu sekolah lazim yang memuat mata pelajaran Bahasa Arab selaku pembelajaran bahasa ajaib selain Bahasa Inggris.

Kemahiran yang dipelajari dan yang ingin dicapai dalam pembelajaran Bahasa Arab ialah kemahiran menyimak (istima’), kemahiran mengatakan (muhādaṡah), kemahiran membaca (qira’at), dan kemahiran menulis (kitabah).

Kesuksesan dalam mempelajari Bahasa Arab tidak terlepas dari tugas guru untuk menyiapkan pembelajaran, mengontrol tahapan-tahapan aktivitas pembelajaran, dan diharapkan juga keahlian guru dalam menggunkan metode saat pembelajaran Bahasa Arab berlangsung. Untuk itu guru Bahasa Arab hendaknya mempunyai taktik yang tepat dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Arab kepada akseptor asuh, alasannya suatu pelajaran akan mempesona dan dapat dikuasai dengan segera jika penyampaiannya menggunakan seni manajemen yang bagus. Strategi dapat diartikan sebagai taktik atau teknik ataupun cara pengaturan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan.

Untuk meraih keempat kemahiran tersebut, seorang guru harus memakai strategi yang tepat dan menawan dalam penyampaian materi pelajaran.

Berdasarkan observasi awal, peneliti menerima isu bahwa sekolah Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah adalah sekolah biasa yang bernuansa Islami dan dalam pembelajarannya memuat mata pelajaran Bahasa Arab. Alasan Bahasa Arab dipelajari di sekolah ini yaitu menatap bahwa Bahasa Arab ialah bahasa agama Islam, bahasa al-Qur’an, bahasa ilmu pengetahuan, dan selaku alat komunikasi. Dengan mempelajari Bahasa Arab, ada beberapa maanfaat yang diharapan yaitu diperlukan akseptor latih akan lebih gampang mempelajari agama Islam, untuk membiasakan/ melatih pengucapan Bahasa Arab dengan benar dan fasih, terutama dikala mengucapkan lafaz al-Qur’an. Peserta didik yang tidak berpengalaman dalam pengucapan Bahasa Arab yang fasih, akan memiliki dampak negatif dikala sebuah dikala beliau berbicara dan dalam pembicaraannya mengutip Bahasa Arab yang merupakan Bahasa al-Qur’an. Banyak kita dengar penduduk Indonesia atau bahkan pejabat negara yang masih salah dan tidak fasih ketika mengucapkan Bahasa Arab pada ketika melafazkan ayat al-Qur’an. Hal ini disebabkan seseorang itu tidak terlatih dari kecil dalam pengucapan Bahasa Arab.

Untuk menyingkir dari kesalahan tersebut, Sekolah al-Hijrah memuat mata pelajaran Bahasa Arab yang bertujuan melatih peserta bimbing agar bisa berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab, melatih peserta ajar agar mampu menulis tulisan Arab, juga untuk mengenalkan Bahasa Arab kepada akseptor asuh sebagai pembelajaran permulaan sehingga penerima didik tidak merasa ajaib dengan Bahasa Arab dikala sebuah ketika mereka menemui Bahasa Arab di sekolah lanjutan.

Mata pelajaran Bahasa Arab dipelajari oleh peserta ajar al-Hijrah sebanyak 3 (tiga) kali konferensi dalam satu ahad. Dua (dua) kali pertemuan untuk pembelajaran teori, dan 1 (satu) kali pertemuan untuk latihan berbahasa Arab dengan temannya atau disebut juga club bahasa. Untuk tahap permulaan atau kelas satu, guru lebih menekankan pada tunjangan kosa kata Bahasa Arab, sedangkan mulai dari kelas dua dilatih untuk mengatakan dengan memakai Bahasa Arab atau disebut dengan istilah muhādaṡah. Pelajaran Bahasa Arab sewaktu-waktu disampaikan guru dengan memakai media. Guru Bahasa Arab juga selalu membiasakan berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab di kelas atau menganjurkan peserta bimbing untuk berbicara dengan menggunakan Bahasa Arab saat pembelajaran Bahasa Arab berjalan walaupun hanya memakai sedikit kosa-kata Bahasa Arab.

Walaupun demikian, penerima latih masih menganggap Bahasa Arab itu sukar disebabkan dialek Bahasa Arab yang berlawanan dengan dialek Bahasa Indonesia dan mereka juga menilai Bahasa Arab kurang begitu penting disebabkan mata pelajaran Bahasa Arab tidak termasuk dalam Ujian Nasional yang menjadi persyaratan kelulusan siswa.

Guru juga mengalami kesusahan dalam mengajarkan Bahasa Arab terhadap peserta didik, alasannya adalah latar belakang penerima asuh yang berbeda ialah ada yang berasal dari sekolah lazim yang tidak pernah mempelajari Bahasa Arab sebelumnya dan ada yang berasal dari sekolah agama. Ketertarikan akseptor bimbing kepada mata pelajaran dan pikiran penerima didik yang menyatakan pelajaran Bahasa Arab itu sukar, dapat diselesaikan dengan seni manajemen mengajar guru yang mesti lebih baik lagi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terpesona untuk menyelenggarakan penelitian di sekolah al-Hijrah dengan judul “Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) al-Hijrah Lau Dendang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang problem di atas, maka rumusan problem pokok dalam observasi ini adalah :

Bagaimana Strategi pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang?

Perincian
  1. Apa Profil Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (Sekolah Menengah Pertama IT) al-Hijrah Lau Dendang?
  2. Apa sajakah Visi dan Misi, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) al-Hijrah Lau Dendang?
  3. Bagaimana Program belajar, kondisi akseptor asuh, serta kondisi guru SMP Islam Terpadu (Sekolah Menengah Pertama IT) al-Hijrah Lau Dendang?
  4. Bagaimanakah pelajaran Bahasa Arab di SMP Islam Terpadu (Sekolah Menengah Pertama IT) al-Hijrah Lau Dendang khususnya mengenai mata pelajaran Bahasa Arab, guru bidang studi Bahasa Arab, akseptor bimbing, media pembelajaran, buku pelajaran Bahasa Arab, dan silabus pelajaran Bahasa Arab?
  5. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang?
  6.  Apakah hambatan serta solusi dalam dalam pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan observasi ini yakni Untuk mengetahui Strategi pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang.

Perincian :
  1. Untuk mengetahui Profil Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) al-Hijrah Lau Dendang.
  2. Untuk mengetahui Visi dan Misi, SMP Islam Terpadu (Sekolah Menengah Pertama IT) al-Hijrah Lau Dendang.
  3. Untuk mengenali Program belajar, kondisi akseptor didik, serta keadaan guru Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) al-Hijrah Lau Dendang.
  4. Untuk mengetahui mata pelajaran Bahasa Arab, guru bidang studi Bahasa Arab, Peserta latih, media pembelajaran, buku pelajaran Bahasa Arab, dan silabus pelajaran Bahasa Arab
  5. Untuk mengetahui tindakan pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al- Hijrah Lau Dendang.
  6. Untuk mengenali kendala serta solusi dalam dalam pembelajaran Bahasa Arab di SMP IT al- Hijrah Lau Dendang.
D. Batasan Istilah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan kesalahpahaman dalam penelitian ini, perlu adanya batasan ungkapan. Batasan istilah dalam tesis ini yakni:

1. Strategi ialah taktik atau cara yang digunakan untuk rangka mencapai tujuan. Strategi pembelajaran mampu juga dibilang selaku operasionalisasi metode.

2. Pembelajaran Bahasa Arab. Pembelajaran yakni pengaturan dan penciptaan keadaan-keadaan ekstern sedemikian rupa sehingga menunjang proses berguru siswa dan tidak menghambatnya. Gagne mendefenisikan pembelajaran sebagai pengaturan insiden secara seksama dengan maksud semoga terjadi berguru dan membuatnya berhasil guna. Pembelajaran dimaksudkan untuk menciptakan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan menjaga proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa berguru. Miarso juga beropini bahwa pembelajaran ialah usaha pendidikan yang dijalankan secara sengaja dengan tujuan yang sudah ditetapkan apalagi dahulu sebelum proses dilaksanakan serta pelaksanaannya terkendali.[2] Menurut Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi akseptor bimbing dengan pendidik dan sumber belajar pada sebuah lingkungan berguru.[3] Bahasa Arab ialah salah satu mata pelajaran bahasa asing yang diajarkan di sekolah. Dalam observasi ini, pembelajaran bahasa arab bermakna interaksi peserta asuh dengan pendidik yang dilaksanakan secara sengaja dalam langkah-langkah mengajar dan belajar bahasa arab dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dulu sebelum proses berguru mengajar berlangsung. Pembelajaran Bahasa Arab dalam penelitian ini, konsentrasi kepada pelajaran empat kemahiran berbahasa Arab yakni istima’ (menyimak), muhādaṡah (berbicara), qirā’ah (membaca), dan kitābah ( menulis).

3. Strategi pembelajaran Bahasa Arab yaitu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran Bahasa Arab biar peserta asuh dapat dengan cepat meraih maksudnya yaitu bisa membaca, menulis, dan berbicara dengan menggunakan bahasa Arab.

4. Sekolah Islam Terpadu (IT) ialah adalah sekolah memadukan pengembangan faktor spritualitas dan moralitas dengan pengembangan keilmuan dan teknologi (IPTEK). Mata pelajaran lazim dan pelajaran agama Islam mampu dikuasai bawah umur secara seimbang. Suasana dan acara-aktivitas pembelajaran di SDIT tidak terlepas dari nuansa religius.[4]

5. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Al Hijrah berada di jalan Perhubungan Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Sekolah al-Hijrah berdiri pada tahun 2009 dengan izin operasional tahun 2010. Sekolah al-Hijrah berstatus swasta yang memiliki luas tanah 3180 M2 dan luas bangunan 500 M2 .

E. Manfaat Penelitian
1. Memberikan pengetahuan bagi guru ihwal Pembelajaran Bahasa Arab, sehingga mampu lebih meningkatkan lagi kualitas Pembelajaran Bahasa Arab.

2. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi orang tua, sehingga mereka dapat menunjukkan dukungan terhadap kelangsungan dan ketepatan pembelajaran Bahasa Arab di SMP IT al-Hijrah Lau Dendang.

3. Melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya utamanya tentang Pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Bahasa Arab

1. Pengertian dan Fungsi Bahasa Arab

a. Pengertian Bahasa Arab
Bahasa Arab dapat diartikan sebagai bahasa yang tumbuh, dan berkembang di negara-negara daerah Timur-Tengah. Dalam satu sisi, Bahasa Arab ialah bahasa agama, bahasa persatuan bagi umat Islam. Akan tetapi kemajuan selanjutnya menunjukkan bahwa dampak Bahasa arab terlihat makin luas dalam pergaulan dunia Internasional, sehingga sejak tahun 1973 bahasa ini diakui secara resmi sebagai bahasa yang sah untuk dipergunakan di lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa. Berarti di samping selaku bahasa agama Islam, bantu-membantu Bahasa Arab juga ialah alat komunikasi sebagaimana bahasa lainnya kebanyakan.[5]

Usaha yang dikerjakan biar dapat menguasai Bahasa Arab ialah dengan cara mempelajarainya. Bahasa Arab tidak mampu dipelajari secara keseluruhan dalam satu waktu, tetapi membutuhkan tahapan-tahapan pelajaran seperti yang diajarkan di forum pendidikan. Bahasa Arab telah menjadi mata pelajaran di lembaga-forum pendidikan utamanya forum pendidikan Agama. Akan tetapi lembaga pendidikan umum juga ada yang menampung mata pelajaran Bahasa Arab dalam pembelajaran.

Bahasa Arab yang dimaksud dalam tesis ini yaitu Bahasa Arab selaku mata pelajaran ialah mata pelajaran yang membuatkan kemampuan berkomunikasi ekspresi dan tulisan untuk mengetahui dan mengungkapkan informasi, fikiran, perasaan serta membuatkan ilmu wawasan, teknologi, dan budaya.

Area pelajaran utama dari pembelajaran Bahasa Arab mencakup empat aspek yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling bekerjasama. Misalnya, kemampuan mendengarkan memperlihatkan konstribusi terhadap pertumbuhan kemampuan mengatakan, dan sebaliknya yang pada gilirannya kedua kemampuan tersebut akan diperkuat oleh kemampuan membaca penerima bimbing atau sebalikya. Keterampilan menulis memperlihatkan konstribusi pada keahlian membaca dalam bentuk teks atau dokumentasi dan kesanggupan mendengar, mengatakan dan membaca sangat kuat pada keahlian menulis.[6]

b. Fungsi Bahasa Arab
Pelajaran Bahasa Arab yakni pelajaran yang penting untuk dipelajari juga tergolong klasifikasi bahasa aneh. Pentingnya pembelajaran Bahasa Arab itu mampu terlihat dari banyaknya fungsi yang dimiliki oleh Bahasa Arab dalam berbagai bidang yang hendak diterangkan selaku berikut:

1) Fungsi Bahasa Arab dalam Agama
Rakyat Indonesia yang tersebar di pelbagai kepulauan Nusantara sebagian besar memeluk agama Islam. Sebagai umat Islam, semua hukum-aturan dan perilaku manusia mesti berdasarkan al-Qur’an dan hadis. al-Qur’an dan hadis hanya memakai Bahasa Arab, tidak memakai bahasa selain Bahasa Arab. Oleh alasannya itu, mempelajari Bahasa Arab selaku bahasa kitab suci al-Qur’an bagi kaum muslimin di dunia ini ialah keperluan yang sangat utama.

Dalam Islam, tidak sedikit problem keagamaan atau duduk perkara aturan yang dihadapi, dan semua persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, mesti merujuk terhadap al-Qur’an dan hadis. al-Qur’an dan hadis tidaklah gampang diketahui oleh orang awam, sehingga membutuhkan dukungan para mujahidin atau hebat tafsir juga para ulama untuk menjelaskan kandungan al-Qur’an. Penjelasan mengenai hukum dan kandungan al-Qur’an banyak ditulis dalam kitab-kitab yang berbahasa Arab. Oleh alasannya itu, mempelajari Bahasa Arab berarti juga mengasah kesanggupan untuk mengetahui pedoman-aliran para ulama terdahulu dalam rangka membuatkan aliran-ajaran ulama pada periode kini, sehingga bisa menjawab duduk perkara-problem keagamaan.

2) Fungsi Bahasa Arab dalam Ilmu Pengetahuan
Pada zaman Khilafa Abbasiyah (132-656 H atau 750-1258 M) dikerjakan penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab, alasannya pada dikala itu, cendikiawan muslim belum dapat melahirkan ilmu pengetahuan yang originil menurut al-Qur’an.

Masa Abbasiyah yang pertama (132-232 H atau 750- 847 M) dikenal dengan kala penaburan benih untuk menumbuhkan ilmu pengetahuan yang ditandai dengan penerjemahan buku-buku ke dalam Bahasa Arab. Masa kedua (232-334 H atau 844-946) diketahui dengan abad tumbuh, berkembang, dan memetik balasannya atau dikenal juga dengan kala mengarang dan mencipta ditandai dengan lahirnya filosof Islam pertama, yaitu Abu Yusuf Ja’kub bin Ishaq al-Kindi dan yang lainnya mirip Abu Nasr Muhammad al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd.

3) Fungsi Bahasa Arab dalam Hubungan Internasional
Dunia Arab berisikan beberapa negara, namun mereka merasa ada dalam satu ikatan yang antara lain disebabkan oleh adanya ikatan kesatuan bahasa, adalah Bahasa Arab. Di samping itu, gerakan nasionalisme Arab juga memberikan pengaruh yang besar lengan berkuasa kepada kesadaran sebagai satu bangsa.

Sebagai salah satu dari gerakan nasionalisme ini tampak dalam bidang penggunaan Bahasa Arab selaku bahasa pemersatu yang digunakan di seluruh pelosok dunia Arab, sehingga orang-orang al-Jazair yang telah banyak memakai Bahasa Perancis, sejak lepas dari penjajahan Perancis secara drastis mewajibkan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi.

Pemakaian bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi dalam PBB menempatkan Bahasa Arab untuk berperanan selaku salah satu alat komunikasi dalam korelasi diplomasi Internasional.

4) Fungsi Bahasa Arab dalam Kebudayaan Nasional
Beberapa istilah dalam bahasa Arab yang diambil dari aliran agama Islam sering dipergunakan baik dalam lembaga resmi maupun tidak resmi seperti ucapan “Assalāmu’alaikum”, “Bismillāḥirrahmānirrahim”, dan Insyā Allah.

Bagi seorang yang mempelajari kesusasteraan Indonesia, aksara Arab yakni huruf yang harus dipelajari, sebab banyak buku-buku ibadah, tasawuf, hikayat, sejarah Nabi-nabi dan Rasul-rasul serta buku-buku roman sejarah yang ditulis dengan menggunakan tulisan Arab-Melayu yang juga sering disebut huruf Arab Jawi.

Bahasa Indonesia juga banyak yang diambil dari Bahasa Arab. Maka mempelajari Bahasa Arab juga ialah kunci yang menunjang aktivitas usaha untuk memperdalam wawasan kesusasteraan Indonesia dan pengembangan kosa kata yang dibutuhkan dalam pertumbuhan bahasa Indonesia pada kala kini. [7]

5) Fungsi Bahasa Arab dalam Hubungan Ekonomi
Pada era dahulu, memang terasa asing untuk mempelajari Bahasa Arab dengan tujuan mencari nafkah, sebab ketika itu bangsa-bangsa yang berbahasa Arab sendiri masih dalam keadaan lesu dan miskin, sehingga tidak memungkinkan untuk menerima keuntungan dari mereka. Akan tetapi zaman sekarang telah berganti. Bangsa-bangsa Timur Tengah kini menjadi kaya berkat ditemukannya minyak bumi, mereka menjadi pusat perhatian dan memiliki imbas yang besar dalam ikut menentukan penjalanan ekonomi dunia.

Begitu pentingnya bahan bakar minyak, risikonya telah mendorong masyarakat industri untuk berduyun-duyun mengambil bagian dalam rangka menikmati anugerah Tuhan berupa kekayaan yang melimpah-ruah tersebut. Belakangan ini para pedagang dan kontraktor Indonesia menyusul ikut mengadu nasib di sana, sehingga terdengar isu bahwa di kalangan dunia perekonomian kita banyak di antara mereka yang mulai tertarik mempelajari Bahasa Arab. Jika seluruhnya ini benar menjadi realita, maka akan beruntunglah orang yang menguasai Bahasa Arab. Bahkan lebih dari itu, Bahasa Arab akan semakin disenangi orang dan dipelajari di mana-mana.

6) Fungsi Bahasa Arab dalam Hubungan Sosial
Perlunya mempelajari Bahasa Arab, dapat pula dihubungkan dengan tujuan yang bernilai sosial. Misalnya untuk menjalin korelasi persahabatan antar bangsa, guna melancarkan amal bakti kemanusiaan, dipergunakan dalam dunia pariwisata dan yang lebih penting lagi adalah kedudukan Bahasa Arab sebagai bahasa persatuan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Siapapun orangnya tentu menghendaki mampu mengerti pembicaraan pihak lain, seperti dalam arena rapat biasa , dalam konferensi, konferensi puncak, muktamar, terlebih dengan dibentuknya banyak sekali organisasi Islam tingkat Internasional peranan Bahasa Arab tentu saja menjadi kian penting. Keterlibatan bangsa Indonesia dalam mejelis seperti itu adalah hal yang wajar, mengenang begitu eratnya korelasi kita dengan bangsa-bangsa di Timur- Tengah sejak era kemudian hingga sekarang. Selain memang secara resmi Indonesia merupakan anggota dari berbagai konferensi Islam tersebut. Dalam dunia pemberitaan utamanya surat kabar siaran radio, banyak dunia-dunia dan bukan kalangan Arab telah mengadakan edisi beritanya dalam Bahasa Arab. Antara lain yakni Jerman Barat, Republik Rakyat Cina, Uni Soviet, Korea Selatan, dan Malaysia. Bagi orang yang menguasai Bahasa Arab, berarti sudah memiliki satu di antara bahasa aneh yang lain untuk menangkap gosip lewat media komunikasi tersebut. Begitulah kesudahannya, dengan menguasai Bahasa Arab kita dapat mendapatkan sejumlah laba yang berhubungan dengan faktor kehidupan sosial umat insan.

7) Fungsi Bahasa Arab dalam Hubungan Politik
Kairo ialah tempat penting pertama dari kegiatan intelektual Bangsa Arab. Pada kala Ibn Khaldun di periode keempat belas dan kelima belas, telah tampak tanda-tanda kemunduran secara biasa di dunia Islam. Ibn Khaldun menunjuk pada kemunduran suasana politik dan intelektual pada masanya. Tetapi berkat sumbangan beberapa tokoh penting, Kairo tetap menjadi pusat intelektual dan terus memimpin dalam bidang ilmu pengetahuan dan penulisan. Orang-orang Mamluk yang berkuasa di Mesir dari era ketiga belas sampai pada permulaan kurun keenam belas yang kekuasaannya meluas sampai ke Syiria dan Palestina tidak mempunyai perhatian terhadap kajian-kajian Bahasa Arab sehingga menyebabkan Bahasa Arab kian mundur. Kemunduran ini makin parah dengan kedatangan orang-orang Turki pada bab permulaan era keenam belas.

Kenyataan bahwa dunia Arab terpecah menjadi beberapa unit politik merupakan sebuah hambatan utama untuk mewujudkan suatu pembaharuan dan kesatuan kebahasaan, terutama dari penduduk terkebelakang menuju penduduk terbaru. Selain itu, ketiadaan Lembaga Bahasa tertinggi antar bangsa Arab yang melaksanakan kerjasama perjuangan-usaha. Kesadaran ini sangat terasa di nyaris setiap negeri Arab dan dunia Arab pada umumnya. Suatu kesadaran bahwa Bahasa Arab tidak hanya mesti dibangkitkan kembali dan menjadi alat komunikasi yang menangani kesetiaan politik atau batas-batas perbatasan sebuah bangsa, tetapi Bahasa Arab harus menjadi bahasa nomor satu dan menjadi dan menjadi bahasa baku bila bahasa itu hendak dijadikan bahasa budaya dan agama.

Pentingnya suatu penyatuan bahasa tampaknya memperlihatkan kemungkinan yang lebih baik dikala Liga Negara-Negara Arab dibuat pada bulan Maret 1945. Liga Arab betujuan merealisasikan impian Bangsa Arab untuk menciptakan sebuah persatuan yang lebih besar antara Bangsa Arab. Badan-badan ini akan berusaha menyebabkan Bahasa Arab bisa mengungkapkan semua fatwa, sains modern dan agar Bahasa Arab menjadi bahasa pengirim dalam semua bidang ilmu, dan dalam semua tingkat pendidikan di seluruh negeri Arab.[8]

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam semua aktivitas haruslah memilih tujuan apalagi dahulu, agar aktivitas yang dilakukan lebih terarah. Begitu juga dengan pembelajaran Bahasa Arab, penentuan tujuan sangatlah penting, sebab akan berhubungan dengan bahan, tata cara, dan seni manajemen yang hendak dirancang dan dilaksanakan pada saat pembelajaran Bahasa Arab. Pada tujuan biasa Bahasa Arab ditujukan pada pencapaian tujuan:

a. Agar siswa mampu mengerti al-Qur’an dan al-Hadis selaku sumber hukum Islam.

b. Dapat mengetahui dan memahami buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam Bahasa Arab.

c. Supaya dapat berbicara dan mengarang dalam Bahasa Arab.
d. Untuk digunakan sebagai alat pembantu kemampuan lain, (suplementary).
e. Untuk membina ahli Bahasa Arab, yakni betul-betul profesional.[9]

Menurut silabus untuk sekolah tingkat menengah, progam pembelajaran Bahasa Arab secara biasa mempunyai tujuan agar para peserta latih berkembang dalam hal:

a. Kemampuan menyimak , berbicara, membaca, dan menulis secara baik.
b. Berbicara secara sederhana tetapi efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikan info, fikiran, dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk acara yang beragam, interaktif dan mengasyikkan.
c. Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan menanggapi dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan.
d. Menulis inovatif walaupun pendek sederhana aneka macam bentuk teks untuk menyampaikan berita, mengungkapkan anggapan dan perasaan.
e. Menghayati dan menghargai karya sastra.
f. Kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisis teks secara kritis.[10]

Tujuan khusus pembelajaran Bahasa Arab ialah supaya dapat berbicara (muhādaṡah), membaca (qirā’ah), mengarang (insya’), dan qawā’id (naḥwu ṣaraf) dengan memakai Bahasa Arab.[11]

Pertama sekali guru mengajarkan Bahasa Arab terhadap pelajar yang belum pernah mengenal bahasa itu hendaknya memulai dengan tahap-tahap pengenalan suara-bunyi bahasa. Dalam pelajaran menyimak, hendaknya guru memulai dengan dengan karakter-karakter Arab yang ada persamaannya dengan dengan suara huruf pada bahasa Indonesia mirip abjad بsama dengan b dalam kata watu dan seterusnya. Untuk membina dan mengembangkan kemahiran menyimak ini hendaknya latihan dijalankan berulang-ulang.[12]

3. Standar Kompetensi Lulusan

a. Mendengarkan/Istima’
Memahami aneka macam nuansa makna ragam teks lisan dengan ragam variasi tujuan komunikasi dan konteks.

b. Berbicara/Kalam
Mengungkapkan berbagai gagasan dan tujuan ragam nuansa makna secara mulut dalam aneka macam teks verbal dengan ragam variasi tujuan komunikasi dan konteks.

c. Membaca/Qira’ah
Membaca dan mengerti aneka macam nuansa makna yang ditemui dalam berbagai teks tertulis dengan variasi tujuan komunikasi struktur kalimat dan ciri-ciri bahasanya.

d. Menulis/Kitabah
Mengungkapkan makna kata, frase dan kalimat secara tertulis sesuai dengan tujuan komunikasinya dengan struktur kalimat yang biasa dipakai.[13]

4. Asas-Asas dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, asas yang disarankan untuk dipakai yakni asas kebermaknaan. Konsep penting yang mendasari asas ini yaitu:

a. Unsur-unsur bahasa, adalah kosa kata (mufradat), tata bahasa (qawa’id al-lugah), ejaan, dan pelafalan (aṣhwat), hendaknya dihidangkan dalam lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi, sehingga lebih memiliki arti. Lingkup situasi harus mencakup lingkup budaya Arab dan budaya siswa.

b. Pembelajaran komponen-bagian bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan dan pengembangan empat keahlian berbahasa, dan bukan untuk kepentingan penguasaan unsur-bagian bahasa itu sendiri.

c. Dalam acara pembelajaran, bagian-unsur bahasa yang dipandang sulit bagi siswa dapat disajikan tersendiri, secara sistematis sesuai dengan tema yang dibahas.

d. Dalam kegiatan pembelajaran, keempat keahlian berbahasa pada hakikatnya tidak mampu dipisahkan. Oleh alasannya itu, keterampilan berbahasa mesti dikembangkan secara terpadu.

e. Siswa harus dilibatkan dalam semua acara mencar ilmu yang bermakna, yaitu kegiatan yang mampu membantu untuk berbagi diri siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, juga membuatkan keahlian menjalin korelasi dengan pihak lain.[14]

5. Metode – Metode dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Metode yakni rencana menyeluruh yang bekerjasama dengan penyajian bahan pelajaran secara terstruktur dan didasarkan atas suatu approach. Jika approach bersifat axiomatis, tata cara bersifat prosedural.[15]

a. Metode Langsung (Mubasyarah / Direct Method)

Metode ini disebut metode pribadi sebab selama pelajaran, pengajar pribadi menggunakan bahasa aneh yang dijarkan. Ciri-ciri tata cara ini yakni:

1) Materi pelajaran terdiri dari kata-kata dan struktur kalimat yang banyak digunakan sehari-hari.
2) Gramatika diajarkan dengan melalui situasi dan dijalankan secara lisan bukan dengan cara menghafalkan kaidah-kaidah tata bahasa.
3) Aktivitas banyak dijalankan di dalam kelas.
4) Banyak latihan-latihan mendengarkan dan menirukan dengan tujuan semoga mampu dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.
5) Bacaan mula-mula diberikan secara mulut.
6) Sejak permulaan akseptor bimbing dilatih untuk bepikir dalam bahasa asing.

Salah satu kelemahan metode ini ialah penguasaan tata bahasa lebih sulit disebabkan akseptor didik mesti memahaminya lewat bahasa aneh yang mungkin masih belum dikuasainya.[16]

b. Metode Nahwu wa Tarjamah (Grammar and Translation Method)

Metode ini banyak menekankan pada penggunaan nahwu (tata bahasa) dan peraktek penerjemahan dari bahasa dan ke dalam bahasa sasaran.

c. Tariqah Sam’iyah Syafawiyah (Audio- Lingual Method)

Ciri-ciri metode ini yakni:

1) Metode ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat simbol-simbol suara yang dikenal oleh anggota penduduk untuk mengadakan komunikasi di antara mereka. Maka tujuan pokok pembelajaran Bahasa Arab ialah memberi bekal kemampuan bagi selain penutur Arab biar mampu berkomunikasi aktif dengan penutur Arab dengan berbagai kemampuan dan dalam berbagai situasi.

2) Guru dalam mengajarkan keahlian bahasa mengikuti urutan orisinil pemerolehan bahasa pertama yakni dari kemampuan mendengar kemudian menirukan bicara orang-orang sekitar dan mengucapkan kata-kata, membaca dan terakhir menulis. Menurut metode ini keempat ketrampilan bahasa dimulai dari istimā’, kalam, qirā’ah, dan kitabah.

3) Menurut sistem ini, bahwasanya suatu yang sungguh mungkin mengungkapkan bentuk-bentuk budaya di tengah-tengah percakapan yang disajikan dalam setiap pelajaran, maka secara alami percakapan akan berlangsung seputar kebiasaan hidup yang melingkupi insan mirip tentang makan, menyampaikan ucapan selamat, dan aneka macam bentuk-bentuk kebudayaan.[17]

d. Tariqah Qira’ah (Reading Method)

Ciri-ciri tata cara ini yaitu:

1) Metode ini memulai dengan memberi latihan sebentar terhadap siswa perihal keahlian bertutur kemudian mendengarkan beberapa kalimat sederhana dan mengucapkan kata-kata serta kalimat hingga siswa bisa mneyusun kalimat.

2) Setelah siswa berlatih mengucapkan beberapa kalimat lalu mereka membacanya dalam teks.

3) Setelah membaca teks dengan keras yang diikuti dengan beberapa pertanyaan seputar teks untuk menguatkan pengertian.

4) Membaca terbagi pada dua macam adalah membaca intensif dan membaca lepas masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda.

5) Qira’ah lepas mampu dikerjakan di luar kelas. Dibenarkan menawarkan tugas terhadap siswa untuk membaca dan menghalangi apa yang harus dibaca serta mendiskusikannya.

6) Membaca lepas menunjukkan manfaat dalam pencapaian siswa pada khazanah Arab, membaca kitab-kitab dan semi Arab.

e. Tariqah Ma’rifah (Cognitive Code-Learning Theory)

Ciri-ciri sistem ini adalah:

1) Metode ini berusaha untuk mengenalkan siswa perihal metode bunyi, tata bahasa, morfologi selaku bahasa kedua, maka prinsip dasarnya adalah biar siswa bisa berlatih bahasa.

2) Pelajaran dimulai dengan melepaskan kaidah dan disertai dengan menciptakan pola-contoh. Tujuan membuat teladan di sini ialah untuk melatih siswa dalam menerapkan kaidah dengan bentuk lainnya.

3) Latihan-latihan bisa dengan aneka macam aktivitas kebahasaan dalam kerangka pengembangan kompetensi komunikasi.

4) Menggunakan bahasa pembantu pada awal pembelajaran. Diawali dengan menerangkan kaidah hukum-hukum bunyi Bahasa Arab dengan perumpamaan baru kepada siswa.

5) Percakapan. Metode ini tidak memasukkan percakapan menjadi bab dari pelajaran, tetapi kerap kali sering kali percakapan dijadikan pembukaan acara pembelajaran bahasa yang lalu disusul dengan latihan-latihan.[18]

f. Metode Mim-mem (Mim-mem Method)
Mim-mem method yaitu singkatan dari mimicry atau meniru dan memorization atau menghafal. Metode ini kerap kali dikenal selaku informant-drill method. Menurut sistem ini, aktivitas berguru berupa demonstrasi dan drill gramatika dan struktur kalimat atau structure drill, latihan ucapan atau pronounciation drill, dan latihan menggunakan kosa kata dengan mengikuti atau menirukan guru dan native informant. Di dalam drill, native informant bertindak selaku drill master. Ia mengucapkan beberapa kalimat dan para murid kemudian menirukan beberapa kalimat sampai simpulan hafal. Gramatika diajarkan secara tidak langsung melalui kalimat-kalimat model. Pada tingkat yang lebih maju, pelajaran berupa diskusi dan dramatisasi. Variasi dari tata cara ini mengggunakan rekaman-rekaman dialog dan drill disebut audio-lingual metod atau terkadang dinamakan Aural-oral Approach.[19]

g. Metode al- Intiqo’iyyah (Metode Elektik)
Metode elektik yakni sebuah upaya para spesialis Bara untuk menyempurnakan metode audio lingual yang sungguh terkenal.[20]

Metode elektik ialah penyeleksian dan penggabungan. Di dalam Bahasa Arab, mtode ini disebut dengan beberapa nama, antara lain : Thariqah al-Intiqoiyyah, Mukhtarah, Taufiqiyyah, Mazdujah. Penggabungan metode-sistem yang dimaksudkan dalam sistem elektik hanya mampu dilaksanakan antara tata cara yang sehaluan. Dua metode yang maksudnya bertolak belakang, pasti tidak sempurna untuk digabungkan.[21]

Metode eklektik ini bisa menjadi sistem yang ideal bila didukung oleh penguasaan guru secara memadai kepada banyak sekali macam tata cara sehingga mampu mengambil sisi-sisi kekuatan dari setiap metode secara sempurna dan menyesuaikannya dengan keperluan program pengajaran yang ditanganinya, kemudian menerapkannya secara proporsional.

Metode ini didasarkan atas perkiraan bahwa :

1. Tidak ada metode yang ideal karena masing-masing mempunyai segi-segi kekuatan dan kekurangan.
2. Setiap metode memiliki kekuatan yang mampu dimanfaatkan untuk mengefektifkan pengajaran.
3. Lahirnya metode baru harus bukan selaku penolakan kepada tata cara lama, melainkan selaku penyempurnaan.
4. Tidak ada satu metode yang cocok untuk semua tujuan, guru, semua siswa, dan semua program pengajaran.
5. Dalam pembelajaran, yang terpenting yakni memenuhi kebutuhan pelajar, bukan memenuhi keperluan sebuah meetode.
6. Setiap guru memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk menentukan metodee yang tepat dengan kebutuhan pelajar.[22]


A. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam penelitian ini, khusus untuk pembelajaran Bahasa Arab, taktik pembelajaran Bahasa Arab yakni teknik atau cara yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran Bahasa Arab dikala proses pembelajaran berlangsung dalam rangka meraih tujuan pembelajaran Bahasa Arab yakni istima’ (menyima’), muhadaṡah/ kalam (mengatakan), qira’at (membaca), dan imla’ (menulis). Dalam penyusunan rangkaian acara Bahasa Arab, harus sesuai dengan pendekatan dan metode pembelajaran Bahasa Arab. Di sini dijelaskan bahwa sebelum menetapkan strategi pembelajaran Bahasa Arab, maka yang mesti dimengerti apalagi dahulu yaitu pendekatan pembelajaran Bahasa Arab dan mengetahui tata cara pembelajaran Bahasa Arab yang tepat dengan materi Bahasa Arab yang hendak disampaikan oleh guru terhadap penerima ajar.

2. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab yang Menjadi Acuan dalam Penentuan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab

pendekatan dalam Bahasa Arab yaitu naẓhariyath al-wihdah dan naẓariyah al-furu’.

a. Naẓariyah al-Wihdah
Naẓariyah al-wihdah dalam Bahasa Arab yakni pendekatan belajar yang menatap bahwa Bahasa Arab itu ialah satu kesatuan yang saling berkaitan bersahabat, tidak mampu dipisahkan. Menurut pendekatan ini dalam pembelajaran Bahasa Arab, saat mempelajari satu judul atau satu materi pelajaran, maka mampu meliputi keseluruhan pembelajaran Bahasa Arab ialah menyimak (istimā’), mengatakan (muhadaṡah), membaca (qirā’ah), dan menulis (imla’).

Pendekatan ini membantu peserta latih yang mencar ilmu Bahasa Arab di tingkat pemula artinya strategi ini baik dipakai bagi penerima latih yang masih gres mencar ilmu Bahasa Arab. Pendekatan nazariyah al-wihdah tidak mengenal pengkhususan pelajaran Bahasa Arab kepada bagian-bab.[23]

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam pendekatan nazariyah al-wihdah, bab-bagian Bahasa Arab yakni mutala’ah, tarjamah, muhadaṡah qawā’id ṣarfiyah, imla’, insya’dipelajari dalam satu kesatuan dalam satu judul atau satu bahan pelajaran untuk pencapai tujuan pembelajaran Bahasa Arab yakni al-istimā’, al-kalam, al-qira’ah, dan al-kitabah.

b. Nazariyah al-Furu’
Menurut pendekatan nazariyah al-furu’, pembagian-pembagian kemahiran Bahasa Arab ini berdasarkan sistem resmi dalam pembagian yang ditetapkan dalam agenda pembelajaran.

Kelebihan pendekatan nazariyah al-furu’ ialah pertama, nazariyah al- furu’ menimbulkan pelajaran lebih berkesan atau lebih membekas bagi siswa alasannya dipelajari siswa dengan lebih fokus terhadap bab-bagiannya dalam waktu yang khusus. Kedua, guru bisa mefokuskan pelajaran pada bagian yang ingin atau diminati oleh peserta asuh.

Kekurangan nazariyah al-furu’ yaitu memisahkan bahasa menjadi bab-bab. Oleh alasannya adalah pembagian-pembagian itu, akseptor ajar tidak mampu untuk mengetahui Bahasa Arab dari semua arah (tidak mengetahui bahasa secara utuh), akseptor bimbing cuma bisa dalam pengucapan Bahasa Arab dengan benar pada ketika belajar qawa’id saja, dan peserta ajar tidak cuma mampu melukiskan kata-kata dengan benar hanya pada ketika berguru imla’ dan mencar ilmu kaigrafi saja.[24]

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek observasi contohnya sikap, pandangan, motivasi, langkah-langkah secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan mempergunakan berbagai tata cara alamiah.[25]

a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama dan sumber data embel-embel. Sumber data utama yaitu kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari guru bidang studi Bahasa Arab, dan peserta bimbing yang belajar di SMP al-Hijrah kelas II/ VIII.

Data pelengkap dalam penelitian kualitatif mirip sumber data tertulis adalah buku, dokumen resmi atau dokumen langsung yang dimiliki oleh sekolah yang berhubungan dengan keperluan penenelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

Foto mampu digunakan sebagai sumber data karena foto mampu menggambarkan suatu peristiwa yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif. Foto dapat berasal dari pihak sekolah dan dapat juga diambil pribadi oleh peneliti saat menyaksikan sebuah kejadian yang berhubungan dengan penelitiannya. dan data statistik yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data statistik juga dapat dipakai sebagai sumber observasi untuk melihat pertumbuhan atau untuk menyaksikan kemajuan anak dalam pembelajaran Bahasa Arab.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu pengamatan, wawancara, dan studi dokumen.

a. Pengamatan (pengamatan)
Alasan menggunakan teknik pengamatan (observasi) yakni observasi didasarkan atas pengalaman secara pribadi yang merupakan alat ampuh untuk mengetes sebuah kebenaran, teknik pengamatan memungkinkan menyaksikan dan memperhatikan sendiri sebagaimana yang terjadi pada keadaan bergotong-royong. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sungguh bermanfaat. Dalam penelitian ini, peneliti dapat memperhatikan pribadi proses pembelajaran, metode dan strategi yang dipakai dalam pembelajaran Bahasa Arab dan memperhatikan sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMPIT al-Hijrah.

b. Wawancara
Wawancara ialah percakapan dengan maksud tertentu. percakapan itu dilaksanakan oleh dua pihak, ialah pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan balasan atas pertanyaan itu dengan maksud memperluas info yang diperoleh dari orang lain.

Dalam observasi ini, wawancara akan dilaksanakan antara peneliti dengan kepala sekolah, guru bidang studi Bahasa Arab, dan akseptor bimbing yang belajar di sekolah Islam terpadu al-Hijrah.

c. Studi Dokumen
Dokumen yaitu setiap materi tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan alasannya adalah adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen sudah lama dipakai dalam penelitian alasannya adalah dalam banyak hal dokumen dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen lazimnya dibagi atas dokumen langsung dan dokumen resmi. Dokumen langsung ialah catatan atau karangan seseorang secara tertulis perihal langkah-langkah, pengalaman. Dokumen resmi berisikan dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berbentukmemo, pengumuman, isyarat, hukum suatu forum masyarakat tertentu yang dipakai dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berupa materi-materi berita yang dihasilkan oleh suatu forum sosial misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan gosip yang disiarkan ke media massa.

3. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif berdasarkan Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Moleong yakni upaya yang dilaksanakan dengan dengan jalan melakukan pekerjaan dengan data mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari dan mendapatkan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang mampu diceritakan terhadap orang lain.

Dalam observasi ini, data yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan versi analisis data perbandingan tetap (constant dan comparative) yang dikemukakan oleh Glasser dan Strauss yang dikutip oleh Moleong.

Secara umum, proses analisis datanya meliputi reduksi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.

a) Reduksi data yaitu kenali satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan adalah bab terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna kalau dikaitkan dengan fokus dan duduk perkara observasi.
b) Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian yang mempunyai kesamaan.
c) Sintesisasi mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori yang lain.

4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memutuskan keabsahan data diharapkan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan didasarkan atas sejumlah standar tertentu. Ada empat standar yang dipakai, ialah derajat dogma (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (depenability), dan kepastian (confirmability).


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum Penelitian
1. Profil Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (Sekolah Menengah Pertama IT) al-Hijrah Lau Dendang
SMP Islam Terpadu Al Hijrah berada di jalan Perhubungan Desa Lau Dendang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Sekolah al-Hijrah bangkit pada tahun 2009 dengan izin operasional tahun 2010. Sekolah al-Hijrah berstatus swasta yang memiliki luas tanah 3180 M2 dan luas bangunan 500 M2 .

Sekolah al-Hijrah adalah sekolah biasa yang bertemaIslami. Terbukti dari kondisi peserta didik. Peserta memakai seragam kemeja panjang, celana panjang dan memakai peci bagi peserta asuh pria. Peserta asuh wanita memakai seragam baju kurung panjang, rok panjang dan memakai jilbab.

a. Guru Bidang Studi Bahasa Arab di SMP IT al-Hijrah Lau Dendang
Kesusksesan akseptor didik dalam mengerti pelajaran yang dipelajarainya tidak terlepas dari seorang guru bidang studi yang mengajar mereka. Guru bidang studi Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Arab dari Institut Agama Islam Negeri yaitu Fakultas Tarbiyah jurusan PBA (Pendidikan Bahasa Arab).

Guru bidang studi Bahasa Arab ialah guru yang kreatif. Ketika pembelajaran Bahasa Arab berlangsung, guru tidak semata-mata mengharuskan penerima latih untuk membisu selamanya di kelas. Terkadang guru mengajarkan mufradāt dengan cara berlangsung bantu-membantu peserta asuh di sekitar sekolah atau ke luar sekolah, kemudian guru mengenalkan benda-benda yang mereka lihat dengan memakai Bahasa Arab.

c. Peserta ajar di SMP IT al-Hijrah Lau Dendang
Pada dikala pembelajaran Bahasa Arab berjalan, berbagai macam respon penerima latih dalam menerima pelajaran. Sebagian penerima ajar bersemangat mengikuti pelajaran, sebagian berdiskusi dengan temannya meskipun tidak ditugaskan oleh guru, dan sebagian menulis.

d. Media Pembelajaran Bahasa Arab di SMP IT al-Hijrah Lau Dendang
Ketika pembelajaran Bahasa Arab berjalan, ada aneka macam media pembelajaran yang dipergunakan oleh guru bidang studi Bahasa Arab agar pelajaran lebih mempesona dan lebih singkat dipahami oleh akseptor ajar. Terkadang guru menggunakan infokus dalam pembelajaran. Media yang dipakai dalam pembelajaran selain infokus adalah media karton.

e. Buku Pelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang
Pembelajaran Bahasa Arab di sekolah umum masih jarang didapatkan. Buku-buku yang dirancang untuk akseptor asuh yang mencar ilmu Bahasa Arab di sekolah umum juga belum ditemukan. Oleh sebab itu, guru memiliki gagasan untuk memakai buku yang digunakan oleh penerima bimbing yang mencar ilmu di sekolah agama untuk tingkat Menengah yakni Madrasah Tsanawiyah.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bagian sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang

a. Mata pelajaran Bahasa Arab di SMP IT al-Hijrah Lau Dendang
Di sekolah al-Hijrah, penerima asuh mempelajari mata pelajaran Bahasa Arab. Sekolah al-Hijrah menampung mata pelajaran Bahasa Arab dalam pembelajaran mereka dengan alasan pertama, pembelajaran Bahasa Arab mampu mempermudah akseptor ajar dalam mengetahui dan menghafal al-Qur’an juga membiasakan pengucapan ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab dengan fasih. Kedua, pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah mampu menarik perhatian penerima ajar biar lebih mengasihi al-Qur’an dan lalu tertarik juga untuk mempelajarinya. Jika peserta latih mengetahui atau memahami dengan ayat-ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab, maka penerima ajar akan kian kepincut untuk mempelajari dan menghafalnya. Ketiga, Bahasa Arab dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Meskipun selama ini penerima bimbing cuma bergaul dengan sesama masyarakat Indonesia, tetapi suatu ketika dapat terjadi pergaulan peserta asuh yang makin luas sehingga keterampilan berbahasa Arab sangat diharapkan.

Mata pelajaran Bahasa Arab dipelajari oleh penerima didik sebanyak tiga kali dalam satu ahad yakni pada hari Selasa, Rabu, dan Sabtu. Pada hari Selasa dan Rabu, Bahasa Arab dipelajari selaku mata pelajaran wajib bagi penerima asuh. Pada hari Sabtu khusus untuk pelajaran muhadaSah (berbicara/ berkomunikasi) yang biasa disebut Arabic Club (kalangan belajar Bahasa Arab).

b. Guru Bidang Studi Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang
Guru bidang studi Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah mempunyai latar belakang pendidikan Bahasa Arab dari Institut Agama Islam Negeri adalah Fakultas Tarbiyah jurusan PBA (Pendidikan Bahasa Arab). Data ini memperlihatkan bahwa guru bidang studi Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang mempunyai pengetahuan tentang Bahasa Arab, dan menguasai ilmu dibidangnya. Guru bidang studi Bahasa Arab tidak memaksakan akseptor bimbing untuk wajib memahami pelajaran Bahasa Arab yang diajarkannya, namun guru berusaha memahami keadaan peserta bimbing dan berupaya mempertimbangkan teknik yang digunakan supaya penerima ajar lebih menyukai pelajaran Bahasa Arab dan mampu mengerti materi-bahan yang diajarkan dalam pembelajaran Bahasa Arab dengan segera dan tanpa merasa terpaksa.

Guru tidak memberikan tugas rumah (PR) terhadap peserta bimbing, alasannya adalah sekolah al-Hijrah yaitu sekolah yang membelajarkan peserta latih satu hari penuh (full day), ditambah dengan kewajiban penerima ajar yang harus menghafal al-Qur’an sebanyak satu juz setiap tahun sehingga kegiatan penerima didik sungguh padat lalu adanya peraturan bahwa guru dihentikan memberikan pekerjaan rumah (PR) terhadap penerima ajar.

c. Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang
Peserta asuh menggemari mata pelajaran Bahasa Arab, alasannya adalah guru bidang studi yang mengajar Bahasa Arab yaitu guru yang lembut, tidak menggunakan kekerasan dalam acara pembelajaran, guru yang memakai teknik pembelajaran yang menggembirakan. Adanya penggunaan media juga dapat mempesona perhatian akseptor bimbing seperti penggunaan infokus. Tetapi tidak bisa disangkal bahwa penerima latih tetap menilai Bahasa Arab ialah Bahasa yang sulit dipelajari.

d. Media Pembelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang
Ketika pembelajaran Bahasa Arab berjalan, ada banyak sekali media pembelajaran yang dipergunakan oleh guru bidang studi Bahasa Arab biar pelajaran lebih mempesona dan lebih cepat dimengerti oleh akseptor didik. Terkadang guru memakai infokus dalam pembelajaran. Media yang digunakan dalam pembelajaran selain infokus yakni karton. Materi pelajaran ditulis oleh guru di atas karton, lalu karton yang sudah ditulis ditempelkan di atas papan tulis.

e. Buku Pelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang
Pembelajaran Bahasa Arab di sekolah umum masih jarang ditemukan. Buku-buku yang dirancang untuk penerima asuh yang berguru Bahasa Arab di sekolah lazim juga belum ditemukan. Oleh alasannya itu, guru memiliki gagasan untuk menggunakan buku yang dipakai oleh akseptor ajar yang mencar ilmu di sekolah agama untuk tingkat Menengah adalah Madrasah Tsanawiyah. Guru bidang studi Bahasa Arab menggunakan buku Bahasa Arab yang juga dipakai di Madrasah Tsanawiyah kurikulum 2008. Penyusunan buku Bahasa Arab yang dijadikan sebagai sumber pelajaran Bahasa Arab di al-Hijrah sudah mengacu pada silabus pelajaran Bahasa Arab dalam Permenag No. 2 Th. 2008 untuk tingkat lanjutan pertama.

f. Silabus Bahasa Arab di Sekolah Menengah Pertama IT al-Hijrah Lau Dendang
Di dalam silabus dituliskan persyaratan kompetensi, kompetensi dasar, bahan pelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, sumber mencar ilmu, dan penilaian pembelajaran. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ditetapkan berdasarkan empat keahlian Bahasa yaitu, istima’, kalam (muhādaṡah), qira’ah, dan kitabah. Kemudian keempat keahlian tersebut dikembangkan ke dalam bahan , كيف نصلي ، نتعلم الحساب , مكتبة المدرسة , كرة القدم dan المهنة dengan memakai struktur kalimat dasar yang mencakup: فعل مضارع dalam جملة فعلية , عدد, أن + فعل مضارع , لن dan لام التعليل serta جمع التكسير. walaupun ada beberapa ketetapan dalam silabus perihal pembelajaran Bahasa Arab, bukan memiliki arti semua ketetapan itu menjadi satu-staunya ketetapan yang harus dibarengi tanpa satupun pengembangan dari guru bidang studi namun silabus dijadikan cuma selaku pemikiran atau model pembelajaran Bahasa Arab dan guru bidang studi boleh mengadakan pengembangan-pengembangan dalam pembelajaran Bahasa Arab dengan kretivitasnya dalam mengajar yang disesuaikan dengan kondisi penerima didik pada ketika mendapatkan pelajaran Bahasa Arab. Seperti penerapan tindakan pembelajaran, guru dapat merancang acara pembelajaran biar kegiatan mencar ilmu mengajar menjadi mempesona sehingga mudah dipahami dan tetap menempel dalam kenangan penerima latih.

e. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di SMP IT al-Hijrah Lau Dendang
Strategi atau teknik pembelajaran mampu dilihat dari langkah-langkah pembelajaran Bahasa Arab yang dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Arab. Sebelum memutuskan taktik atau Langkah-langkah pembelajaran Bahasa Arab, maka guru bidang studi terlebih dulu mesti mengenali dan menetapkan pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran Bahasa Arab. Strategi pembelajaran Bahasa Arab di al-Hijrah disesuaikan dengan pendekatan nazariyah al-wihdah adalah tidak ada pemisahan pembelajaran ilmu-ilmu Bahasa Arab. Penyampaian materi pelajaran antara istima’, kalam/ muhadaṡah, qira’ah dan kitabah secara serentak dan tidak terpisah-pisah.

Pendekatan nazariyah al-wihdah dalam penentuan taktik pembelajaran Bahasa Arab menurut penulis sangat bagus sekali, alasannya dengan waktu pembelajaran yang begitu singkat dan mata pelajaran yang banyak diterima oleh akseptor latih, penerima bimbing masih mampu mendapatkan dan mengerti pelajaran Bahasa Arab dengan berbagai ilmu-ilmu dalam Bahasa Arab. Dengan pendekatan nazariyah al-wihdah, peserta latih dapat mengetahui qawa’id, qira’ah, kitabah, muhadaṡah dalam setiap kali pembelajaran Bahasa Arab.

DAFTAR PUSTAKA
  • Alim Ibrahim, Abdul. Fi Turuqi al- Tadris al-Muwajjah al-Fani li Mudarris al-Lughah al-Arabiyah, ttp, Dar al-Ma’bakir, th.
  • Amin, M. Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Mikyat, 2006.
  • Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
  • Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,cet.1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
  • Assegaf, Abd. Rachman. Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
  • Azizy, Qodri. Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial: Mendidik Anak Sukses Masa Depan, Pandai dan Bermanfaat, Semarang: CV Aneka Ilmu, 2002.
  • B.Uno, Hamzah. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
  • Bawawi, Imam. Pengantar Bahasa Arab, Surabaya: al-Ikhlas,1981.
  • Budiman, Thahir. Belajar Kooperatif: Dalam Upaya Toleransi Melalui Pengembangan Multikultural di SD, Jakarta: Balai Litbang Agama, tt.
  • Daradjat, Zakiah Daradjat. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
  • Fatchurohman, Nanang. Madrasah: Sekolah Islam Terpadu, Plus dan Unggulan, Depok: Lendean Hati Pustaka, 2011.
  • G. Chejne, Anwar. The Arabic Language: Its Role In History, terj. Aliudin Mahjudin, Bahasa Arab dan Peranannya dalam Sejarah, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996.
  • Guza, Afnil. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Asa Mandiri, 2003.
  • H.A.R Tilaar. Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Transformatif Untuk Indonesia, Jakarta: PT Grasindo, 2002.
  • Hamid. Abdul et.al., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, Media, (Malang: UNI- Malang Press, 2008.
  • Husni, Jumrida. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam, http://jumridahusni.com/2011/02/ruang-lingkup-pendidikan-agama-islam, diakses pada hari kamis, 8 Oktober 2012.
  • Latief Muchtar, H.A et.al. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama Depag RI, 1971.
  • Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
  • Mashadi, Imron. Reformasi Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Era Multikultural, Jakarta: PT Saadah Cipta Mandiri, tt.
  • Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
  • Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
  • Nurindah, Rohmani. dan Abdurrahman, Psikolinguistik: Konsep dan Isu Umum, cet.1, Malang: UIN-Malang Press, 2008.
  • Permenag, Silabus Kurikulum Permenag RI No.2 Th. 2008.
  • Qowaid et.al. Inovasi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Pena Gitasatria, 2007.
  • Rohman, Saifur. Pendidikan Agama Islam Terpadu, http://zalva-kapeta.com/2009/05/desain-kurikulum-pai, diakses 5 September 2012.
  • Rosyidi, Imron. Pendidikan Berparadigma Inklusif, Malang: UIN-Malang Press, 2009.
  • Sabda, Saifuddin. Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq, Ciputat: PT Ciputat Press Group, 2006.
  • Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008.
  • Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
  • Sumardi, Muljanto. Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari sisi Metodologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
  • Taufik, Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan kreatif Berbasis ICT), Surabaya: PMN Surabaya, 2011.
  • Trianto. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
  • Taufiqurrohcman. Leksikologi Bahasa Arab, Malang: UIN-Malang Press, 2008.
  • Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, cet.1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.

Footnote
----------------------
[1]Rohmani Nurindah dan Abdurrahman, Psikolinguistik: Konsep dan Isu Umum, cet.1, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 46.
[2]Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 12.
[3]Afnil Guza, UU RI Nomor 20 Tahun 2003 (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), h. 71.
[4]Nanang Fatchurohman, Madrasah: Sekolah Islam Terpadu, Plus dan Unggulan (Depok: Lendean Hati Pustaka, 2011), h. 9.
[5]Imam Bawawi, Pengantar Bahasa Arab (Surabaya: al-Ikhlas,1981), h. 9.
[6]Permenag, Silabus Kurikulum Permenag RI No.2 Th. 2008.
[7]Latief Muchtar, H.A et.al. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam (Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama Depag RI, 1971), h. 63-73.
[8]Mahjudin, Bahasa Arab, h. 143.
[9]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, cet.1, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 189.
[10]Permenag, Silabus Pelajaran Bahasa Arab dalam Permenag RI No.2 Th. 2008.
[11]Anwar, Metodologi, h. 189.
[12]Muchtar, Pedoman Pengajaran, h. 127.
[13]Permenag, Silabus Pelajaran Bahasa Arab.
[14]Abdul Hamid. et.al., Pembelajaran Bahasa Arab: Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, Media, cet.1, (Malang: UNI- Malang Press, 2008), h. 165.
[15]Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari sisi Metodologi (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 12
[16]Muchtar, Pedoman Pengajaran, h. 95.
[17]Ibid, h. 23
[18]Ibid., h. 33
[19]Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, h. 39.
[20] Henry Guntur Tarigan, Strategi Pengajaran Dan Pembelajaran Bahasa (Bandung, Angkasa, 1993), h. 116
[21] Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab ( Malang, Misykat,,2005), h. 71-72
[22] Araby Shalah Abdul Majid, Ta’allum al-Lughat al-Hayyah wa Ta’limuha (Beirut, Maktabat Al-Lubnan, 1981).
[23]Abdul Alim Ibrahim, Fi Turuqi al- Tadris al-Muwajjah al-Fani li Mudarris al-Lughah al-Arabiyah, (ttp, Dar al-Ma’pandai, th), h. 50.
[24]Ibid, h. 52.
[25]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon